fbpx

Sudah Benarkah Caramu dalam Membuat Analisis SWOT?

Hari itu Jumat. Jam sudah menunjukkan pukul 16.45, di mana sebentar lagi semua karyawan boleh pulang karena jam kerja usai. Namun, di detik menjelang berakhirnya jam kantor, kamu dan anggota tim dikejutkan dengan berita bahwa tetangga sebelah atau pesaing sengitmu mencapai puncak penjualannya dan mengungguli produkmu. Bubar sudah rencana akhir pekanmu. Itu karena sekarang yang muncul di pikiranmu hanyalah “bagaimana cara agar produkmu menang di pasar.” Lantas, bagaimana solusinya?

Ada banyak alat yang bisa digunakan sebagai pendukung untuk menganalisis pemasaran. Salah satunya adalah SWOT.

Kamu tidak asing dengan analisis ini? Atau sudah pernah menggunakannya?

Bagi yang belum familiar, SWOT adalah kependekan dari Strength, Weakness, Opportunity, dan Threat. Ini melibatkan daftar yang menjadi kekuatan, kelemahan, peluang, serta ancaman yang dihadapi oleh perusahaan, divisi, atau aspek lain. Nah, pertanyaannya: apakah kamu telah menyusun SWOT dengan urutan yang tepat?

Mari kita bahas lebih jauh lagi.

Pada umumnya, hasil analisis SWOT hampir selalu ditampilkan dengan tabel 2×2, menggunakan satu dimensi yang mewakili faktor internal dan eksternal perusahaan, atau dimensi lain yang menggambarkan hal positif atau negatif. Contohnya seperti ini.

Sumber: liveplan.com

Yang perlu digarisbawahi, SWOT sebenarnya tidak dapat menjadi satu-satunya analisis yang dipakai karena SWOT merupakan daftar atau kategori dari faktor internal dan eksternal yang berkaitan dengan subjek yang dijadikan bahan evaluasi. Hasil dari penjabaran daftar atau kategori pada SWOT lebih cenderung termasuk wawasan atau insight. Jarang yang menampilkan solusi atau tindakan yang bisa dilakukan.

Akan tetapi, SWOT bisa jadi alat yang tepat untuk menambah wawasan atau melakukan perencanaan apabila kamu mengubah cara penggunaannya. Pada umumnya, orang-orang terbiasa untuk mengerjakan secara urut. Yang pertama melakukan penjabaran tentang kekuatan (Strength), kelemahan (Weakness), peluang (Opportunity), dan yang terakhir adalah ancaman (Threat). 

Apabila kamu menggunakan urutan seperti itu, pendekatan tersebut dirasa kurang efektif. Hal ini merujuk pada pengalaman Laurence Minsky dan David Aron dalam menjadi coach bagi berbagai jenama populer serta memiliki ribuan siswa. Mereka berdua menemukan bahwa cara mengidentifikasi faktor internal terlebih dahulu (kekuatan dan kelemahan), kemudian faktor eksternal (peluang dan ancaman), bukan cara yang tepat.

Cara yang lebih tepat adalah dengan mengidentifikasi faktor eksternal terlebih dahulu, dilanjutkan dengan faktor internal. Mengapa pendekatan ini lebih disarankan?

Menurut Laurence Minsky dan David Aron dalam artikel yang dipublikasikan di Harvard Business Review menyebutkan, prioritas untuk fokus di faktor eksternal justru membuatmu berpikir lebih luas tentang faktor internal. Hal ini justru bisa mengurangi terjadinya bias. Maksudnya adalah, dengan meninjau faktor eksternal pertama kali, akan membantumu untuk mengungkap faktor internal yang mungkin belum pernah terpikirkan sebelumnya.

Kemudian, kamu bisa mulai mendeskripsikan apa saja faktor-faktor yang mempengaruhi secara eksternal dan internal. Usahakan untuk menulis dengan jelas dan tidak terlalu subjektif dan menggunakan kalimat yang terlalu sederhana. Berikut adalah contoh yang kurang tepat: menulis “harga” atau “mesin” sebagai deskripsi dari faktor eksternal dan internal. Hal ini menimbulkan tanda tanya, seperti apa harga dan mesin yang bisa mempengaruhi faktor internal dan eksternal?

Jika memang faktor harga mempengaruhi, akan lebih tepat apabila penulisannya seperti ini: biaya harga produk lebih terjangkau daripada pesaing, atau perusahaan sanggup menjalankan beberapa strategi harga atau kampanye pemasaran.

Namun, tidak hanya cukup di situ saja, SWOT akan lebih sempurna apabila ditutup dengan adanya rekomendasi. Misalnya seperti ini:

Peluang: Promosi harga dapat dijalankan oleh perusahaan

Ancaman: Persaingan dapat menjatuhkan rencana-rencana yang sudah disusun oleh perusahaan

Kekuatan: Biaya produk lebih murah daripada kompetitor

Kelemahan: Karena sedang resesi ekonomi, orang-orang lebih pilih-pilih untuk belanja karena jumlah uang yang dimiliki terbatas

Dari deskripsi tentang SWOT di atas, ada rekomendasi yang dapat dihasilkan, yakni:

Mengingat kondisi sedang resesi, kemampuan kami untuk melakukan penghematan biaya dibandingkan dengan kompetitor mengarah pada rekomendasi bahwa kami akan menurunkan harga jual.

Untuk memudahkanmu dalam membuat rekomendasi, kamu bisa menggunakan template seperti:

Mengingat kondisi (faktor eksternal), kemampuan kami untuk (faktor internal) mengarah pada rekomendasi kami bahwa kami (rekomendasi).

Siap merumuskan SWOT dengan lebih baik? Mulai dengan urutan OTSW dan lengkapi dengan rekomendasi yang bisa dikembangkan secara menyeluruh, ya!


Gerakan Nasional 1000 Startup Digital adalah upaya bahu membahu penggerak ekosistem startup digital Indonesia untuk saling terkoneksi, saling berbagi pengetahuan dan pengalaman.

Diinisiasi sejak 2016, gerakan ini diharapkan mendorong terciptanya mencetak startup yang menjadi solusi atas masalah dengan memanfaatkan teknologi digital. #1000StartupDigital memberikan pembinaan bagi calon founder untuk membentuk tim, membuat MVP, hingga meluncurkan produknya ke pasar.

Karena Indonesia maju, #MulaiDariKamu!

Bagikan artikel ini