fbpx

Stop Budaya Menyalahkan! Ini 3 Cara Menanggapi Kesalahan Anggota Tim

Dalam proses memaknai perjalanan sebagai manusia, kenyataannya kita tidak sebaik yang kita kira. Mengapa bisa begitu?

Menurut sumber dari Harvard Business Review, otak merespons pengalaman buruk lebih kuat daripada pengalaman baik. Faktanya, sekitar lima pengalaman positif sama dengan satu pengalaman negatif.

Berkaitan dengan pengalaman negatif di tempat kerja, ada satu perilaku yang dianggap ‘mematikan’. Ini bukan kritik pedas, sikap diam atau cuek dari orang lain, atau pihak yang defensif, akan tetapi sikap beracun ini adalah menyalahkan orang lain.

Secara tidak sadar, kita sering menyalahkan orang lain ketika terjadi kesalahan. Kita akan membuat tameng pertahanan terhadap diri sendiri dan merasa paling benar. Parahnya, kita sering tidak menyadari betapa seringnya kita menyalahkan. Sungguh, sebuah paradoks yang sering hadir di sekitar kita, bukan?

Lalu, bagaimana cara meminimalisir dan perlahan-lahan mulai menghilangkan budaya menyalahkan di dalam tim yang ada di tempat kerja? Kamu dapat menerapkan beberapa tips berikut.

1. Tanamkan pola pikir ‘kita semua sedang belajar’

Semua manusia melakukan kesalahan. Jadi, tidak ada gunanya menyalahkan, bahkan hingga mempermalukan orang lain. Kita sering lupa bahwa kesalahan dan kegagalan adalah pengalaman pahit sekaligus pelajaran terbaik. Saat kamu melakukan kesalahan, kamu akan belajar dari hal itu.

Jika posisimu sebagai pemimpin, kamu dapat mendiskusikan kesalahanmu dan pelajaran yang bisa diambil. Hal itu akan menciptakan ruang aman psikologis, sehingga mendorong orang lain untuk mengikuti apa kamu lakukan.

Contohnya kamu dapat melakukan pembekalan secara rutin dengan tim saat proyek telah selesai. Tujuannya agar semua orang dapat belajar untuk memahami apa saja yang salah, apa penyebabnya, dan bagaimana kita menggunakan informasi tersebut untuk bergerak maju dengan strategi yang lebih kuat. Itulah pentingnya kebiasaan pembelajaran di dalam tim untuk memunculkan emosi positif dan atmosfer yang saling mendukung.

Jika muncul rasa ingin menyalahkan, ingatlah bahwa satu sikap negatif saja dapat membuatmu mundur lima langkah dan semakin jauh dari tujuan.

2. Fokus pada apa yang bisa kamu ubah

Kamu tidak bisa mengharapkan orang lain untuk berubah. Ingat bahwa kamu hanya bisa mengontrol diri sendiri. Saat kita menyalahkan orang lain atas masalah yang kita hadapi, ini justru mencoreng akuntabilitas kita. Alasannya, kita seolah menjadi korban dan terkena dampak paling besar dari kesalahan orang lain.

Jadi, Pikirkan kembali masalah dengan mempertimbangkannya secara menyeluruh. Mengapa hal itu bisa terjadi? Apa yang bisa menjadi penyebabnya? Mengapa penyebab itu bisa terjadi? Apa yang perlu kita lakukan agar hal tersebut tidak terjadi lagi di kemudian hari?

Pemimpin yang tidak baik akan bertanya, “Siapa yang salah?”. Namun, pemimpin yang sebenarnya akan bertanya, “Di mana letak kegagalan dari proses ini?”.

Contoh dari artikel Harvard Business Review, suatu ketika anggota tim dari penulis artikel, yaitu Michael Timms, secara tidak sengaja menghapus template survei tanpa menyimpan salinan lain. Asisten penulis dan penulis pun merasa frustrasi dan kesal dengan karyawan ini.

Daripada menyalahkan orang tersebut, para pemimpin bertanya kepada diri mereka sendiri, “Bagaimana kami berkontribusi terhadap masalah ini?”

Setelah berpikir bersama, mereka menyadari bahwa tidak ada protokol keamanan yang diterapkan untuk melindungi template dan file. Sehingga, solusi sederhananya adalah dengan membuat folder untuk menyimpan salinan semua template.

Solusi bisa tercapai jika pemimpin dan tim memeriksa apa yang salah dari sistem, dibandingkan dengan memeriksa apa yang salah dari karyawan.

3. Kesalahan orang lain bisa saja dikarenakan kesalahan kita di masa lalu

Kita mungkin tidak menyebabkan semua masalah kita sendiri, namun tindakan atau kelambanan kita di masa lalu sering kali berkontribusi terhadap masalah di masa depan.

Jadi, ketika kamu dihadapkan pada suatu masalah, bahkan masalah yang disebabkan oleh orang lain, tanyakan pada diri sendiri:

  • “Bagaimana saya dapat berkontribusi terhadap masalah ini?”
  • Bagaimana saya bisa menghadapi situasi ini, orang ini, dan diri saya sendiri, dengan pola pikir yang positif?”

Mengajukan pertanyaan-pertanyaan ini akan memberimu gagasan dan mencegah masalah yang sama terulang kembali, dan bagaimana mendiskusikannya dengan cara yang positif tanpa menjatuhkan orang lain.

. . .

Gerakan Nasional 1000 Startup Digital adalah upaya bahu membahu penggerak ekosistem startup digital Indonesia untuk saling terkoneksi, saling berbagi pengetahuan dan pengalaman.

Diinisiasi sejak 2016, gerakan ini diharapkan mendorong terciptanya mencetak startup yang menjadi solusi atas masalah dengan memanfaatkan teknologi digital. #1000StartupDigital memberikan pembinaan bagi calon founder untuk membentuk tim, membuat MVP, hingga meluncurkan produknya ke pasar.

Karena Indonesia maju, #MulaiDariKamu!

Bagikan artikel ini