fbpx

Mengapa Terkadang CEO Mengambil Keputusan yang Buruk?

Karena CEO juga manusia, bisa bikin kesalahan dan untuk itu harus ada yang mengingatkan.

Tidak semua keputusan memberikan hasil yang baik bagi semua pihak. Menjadi seorang CEO artinya mengemban tugas dalam pengambilan keputusan dan siap dalam menghadapi pro kontranya. Ada kalanya, CEO bisa keliru mengambil langkah dan menyebabkan adanya keputusan yang buruk. Ini semua tidak menjadi masalah, asalkan kamu tau penyebabnya dan cara mengatasinya.

Supaya lebih jelas, yuk cari tahu apa saja yang menjadi penyebab CEO bisa mengambil keputusan yang buruk:

  • Terlalu mengandalkan intuisi
    Intuisi terkadang memang dibutuhkan. Namun, mengandalkan intuisi untuk segala urusan sepertinya bukan hal yang bijak, pada khususnya dalam pengambilan keputusan. Sebagai CEO, ada ratusan keputusan yang harus diambil setiap harinya. Yang membuat keputusan menjadi tidak tepat adalah karena pemimpin punya template jawaban yang sudah disiapkan sebelumnya. Maksudnya, pemikiran yang jernih kerap terhalangi oleh jawaban dan keputusan template berdasarkan hasil pengalaman nyata sebelumnya. Padahal, kondisi saat ini dan kondisi di masa lalu sudah jelas berbeda dan tidak bisa disamakan dalam pengambilan keputusan.

Kondisi saat ini dan kondisi di masa lalu sudah jelas berbeda dan tidak bisa disamakan dalam pengambilan keputusan.

  • Menggunakan Sedikit Informasi Sebagai Pertimbangan
    Jangan membiasakan diri untuk mengambil keputusan dari sedikit informasi yang ada. Informasi yang belum utuh bisa menimbulkan ketidakadilan dalam keputusan atau jadi tidak valid. Bagaimana pun, jangan korbankan waktu dengan mengambil keputusan menggunakan sudut pandang yang sempit. Gunakan sumber informasi lain dan data yang ada untuk menelaah, sekiranya keputusan terbaik apa yang akan diambil.

Informasi yang belum utuh bisa menimbulkan ketidakadilan dalam keputusan atau jadi tidak valid.

  • Terlalu Percaya Diri
    Sebagai seorang CEO, percaya diri adalah kunci. Tapi, dalam pengambilan keputusan, terlalu percaya diri bisa jadi berbahaya. Memang menjadi CEO sama artinya dengan mendapatkan label “orang yang pintar”. Semua pemimpin dilahirkan dan dibentuk untuk menjadi pintar. Tentu saja menjadi CEO butuh banyak kemampuan dan pengetahuan. Terbiasa merasakan hal ini memberikan kepercayaan diri yang tinggi, seakan CEO adalah ahli dalam segalanya. Contohnya, apakah kamu pernah merasa bahwa kamu lebih baik dalam bidang sales daripada karyawanmu yang beberapa kali mungkin melakukan kesalahan? Padahal sudah seharusnya seorang CEO memberikan kepercayaan pada karyawan. Jadi CEO tidak harus jadi pintar dalam segala hal. Faktanya, kebanyakan CEO yang hebat adalah seorang generalis yang memimpin banyak tim spesialis.

Sudah seharusnya seorang CEO memberikan kepercayaan pada karyawan.

  • Sudut Pandang yang Terbatas
    Saat perusahaan masih bertumbuh, sebagai CEO kita akan tahu hampir dari semua bagian pekerjaan dan tanggung jawab tiap divisi. Namun, saat perusahaanmu makin besar, tentu saja banyak hal yang berubah. Mungkin dahulu kamu menangani permasalahan teknis, yang mungkin sekarang ditangani oleh karyawanmu. Kamu sekarang lebih berfokus untuk urusan manajemen dan langkah strategis. Adanya kesenjangan atau kekurangan sudut pandang ini lah yang menjadikan informasi menjadi tidak lengkap. Solusinya adalah tanyakan pada level menengah atau tingkat manajerial bagaimana perkembangannya sebelum kamu melangkah lebih jauh untuk mengambil keputusan.

Adanya kesenjangan atau kekurangan sudut pandang ini lah yang menjadikan informasi menjadi tidak lengkap.

Untuk menghindari terjadinya pengambilan keputusan yang salah, kamu dapat menerapkan beberapa tips ini:

  • Perlambat proses pengambilan keputusan. Kamu bisa mengajari beberapa langkah taktis kepada tim dan
    mendelegasikan pengumpulan informasi pada mereka. Gunakan informasi ini sebagai kerangka dasarmu dalam mengambil keputusan.
  • Berulang-ulang, tanyakan pada diri sendiri, “Apa yang harus saya cari tahu saat ini?” dan “Apa yang belum saya ketahui?”
  • Ingat bahwa CEO tidak ahli dalam semua bidang. Berikan kepercayaan pada anggota tim untuk berusaha semaksimal mungkin dan berfokuslah pada kompetensi yang kamu miliki.
  • Jangan mengandalkan visibilitas yang sempit. Perluas jejaringmu dengan manajer lintas divisi agar mendapatkan
    informasi secara menyeluruh.
  • Hindari adanya konflik kepentingan. Pertimbangkan adanya ketidaksetujuan tim lain akan keputusan yang mungkin
    akan kamu buat. Evaluasi secara transparan tentang pertimbangan tersebut dan sediakan solusi yang win-win.
  • It takes time. Mencari waktu untuk berpikir sendiri secara jernih dan matang, tentu saja tidak ada salahnya. Dengan meluangkan waktu untuk memikirkan masalah dan solusinya, kamu akan melihat celah atau potensi yang membantumu dalam pengambilan keputusan.

. . .

Artikel ini telah terbit pada Buku Saku RINTISAN Edisi 4: Leadership. Silakan klik link ini untuk membaca artikel eksklusif lainnya di RINTISAN.

Bagikan artikel ini