Tahukah kamu, ternyata dua pertiga perusahaan rintisan atau startup tidak pernah menunjukkan hasil yang positif. Kaget mengetahui hal ini, seorang profesor kewirausahaan di Harvard Business School bernama Tom Eisenmann melakukan penelitian tentang hal ini. Eisenmenn menuangkan penelitiannya tentang startup dalam sebuah buku yang berjudul ‘Why Startup Fail’. Berikut adalah ringkasan dari artikelnya yang dilansir dari artikel Harvard Business Review.
Gagalnya perusahaan tidak selalu tentang pendiri. Ada banyak orang lain yang ikut memegang andil penting dalam kehancuran perusahaan. Sebut saja karyawan, mitra strategis, hingga investor.
Menurut Eisenmann, VC akan mencari pendiri melalui beberapa karakteristik, antara lain ketangguhan, semangat, pengalaman memimpin tim start-up, dan sebagainya. Terlepas dari kemampuan andal yang dimiliki oleh pendiri, ada pihak lain yang memegang kontribusi besar terhadap kemajuan perusahaan. Atau sebaliknya, berkontribusi dalam menjatuhkan perusahaan. Untuk itu, sangat penting untuk memastikan semua kolaborator dari perusahaan memiliki kemampuan dan sepak terjang yang mumpuni. Ini termasuk pemangku kepentingan yang luas, karyawan, mitra strategis, dan investor, semuanya dapat berperan dalam kejatuhan usaha.
Kemudian, awal pembentukan startup juga mempengaruhi berhasil atau gagalnya perusahaan. Ada langkah penting yang umumnya ditempuh oleh para pendiri, yaitu melalui lean startup. Salah satu tahapan yang kerap terlewatkan oleh pendiri adalah meneliti kebutuhan pelanggan sebelum menguji produk. Kebutuhan pasar dan kebutuhan pelanggan adalah yang utama. Jadi, produk dengan fitur yang luar biasa namun tidak menjawab kebutuhan pasar dan pelanggan sama dengan sia-sia.
Menurut Eisenmenn, banyak pengusaha yang mengaku menjalankan konsep lean startup namun hanya mengadopsi sebagian saja. Secara khusus, mereka meluncurkan MVP dan mengulanginya setelah mendapatkan umpan balik. MVP berfungsi untuk menguji bagaimana tanggapan pelanggan terhadap produk sehingga para pendiri dapat meminimalisir risiko, misalnya dari segi waktu dan uang untuk membangun dan memasarkan produk yang ternyata tidak dibutuhkan oleh satu orang pun.
Namun apabila pendiri tidak meneliti tentang kebutuhan pelanggan sebelum memulai MVP mereka, pendiri akhirnya membuang-buang waktu dan modal yang berharga untuk MVP yang kemungkinan besar tidak sesuai dengan target marketnya. Eisenmenn menyebut hal ini dengan istilah false starts atau awal yang salah.
Untuk menghindari hal ini, tim dapat mendefinisikan masalah yang ingin diselesaikan, mendapatkan umpan balik satu per satu dari pelanggan potensial, dan memvalidasi kepada pelanggan secara langsung.
Penting sekali untuk mewawancarai early adopters dan prospek yang punya potensi besar melakukan pembelian. Jika kebutuhan mereka bervariasi, pendiri harus mempertimbangkan perbedaan tersebut saat merumuskan peta jalan produk. Selain itu, wajib untuk melakukan analisis persaingan, termasuk pengujian pengguna atas solusi yang ada, untuk memahami kekuatan dan kekurangan produk pesaing. Langkah selanjutnya, survei dapat membantu tim dalam mengukur perilaku dan sikap pelanggan. Tujuannya untuk mengumpulkan data yang berguna saat melakukan segmentasi dan mengukur pasar potensial.
Setelah pendiri mengidentifikasi segmen pelanggan prioritas dan benar-benar memahami kebutuhan mereka yang belum terpenuhi, langkah tim selanjutnya adalah melakukan brainstorming untuk mencapai berbagai solusi. Tim harus membuat prototipe beberapa konsep dan mendapatkan umpan balik melalui sesi empat mata dengan pelanggan potensial.
Yang terakhir, untuk dapat mengevaluasi solusi, tim harus melakukan serangkaian tes MVP. Artinya, tim menempatkan produk aktual di tangan pelanggan untuk melihat bagaimana tanggapan mereka. Agar pemborosan tidak terjadi, MVP terbaik adalah yang memiliki fidelitas terendah yang diperlukan untuk mendapatkan masukan yang andal.
Startup yang mengalami kegagalan pada tahun-tahun pertamanya menunjukkan bahwa pendiri perlu melakukan banyak hal secara ‘benar’ untuk dapat meminimalisir risiko kegagalan. Namun berita baiknya, kamu dapat menjadi salah satu dari sekian banyak startup yang berhasil dan sukses, dengan cara belajar dari pengalaman dan kesalahan dari startup lainnya.
. . .
Gerakan Nasional 1000 Startup Digital adalah upaya bahu membahu penggerak ekosistem startup digital Indonesia untuk saling terkoneksi, saling berbagi pengetahuan dan pengalaman.
Diinisiasi sejak 2016, gerakan ini diharapkan mendorong terciptanya mencetak startup yang menjadi solusi atas masalah dengan memanfaatkan teknologi digital. #1000StartupDigital memberikan pembinaan bagi calon founder untuk membentuk tim, membuat MVP, hingga meluncurkan produknya ke pasar.
Karena Indonesia maju, #MulaiDariKamu!
Bagikan artikel ini