fbpx

Mengapa Seseorang Bisa Menjadi Pemimpin?

Menurutmu, mengapa seseorang bisa menjadi pemimpin yang sukses?

Misalnya, mengapa bapak A berhasil menduduki kursi kepemimpinan di perusahaan dengan kinerja yang memuaskan? Sedangkan bapak B tidak bisa melakukan hal tersebut? Apa saja yang membuat seseorang berhasil menjadi pemimpin?

Apakah mereka dikaruniai bakat yang hebat? Apakah mereka lulusan sekolah ternama? Apakah mereka orang yang populer?

Semua pertanyaan tersebut dijawab dalam artikel di bawah ini yang ditulis berdasarkan penjelasan dari artikel yang ditulis oleh Daniel Goleman dalam Harvard Business Review.

Ada beberapa kriteria pemimpin sukses yang mungkin bisa kita sebutkan, misalnya cerdas, visi yang mapan, tangguh, berkualitas, dan lainnya. Hal tersebut memang diperlukan sebagai pemimpin, namun ternyata tidak cukup. Ada hal lain yang kerap diabaikan namun sama pentingnya, yaitu kecerdasan emosional yang menjadi pembeda antara pemimpin yang luar biasa dengan yang ‘biasa-biasa saja’.

Menurut Goleman, ada beberapa hal yang menjadi komponen pembentuk dari kecerdasan emosional. Uniknya, tanpa kecerdasan emosional, pemimpin dapat menjadi orang yang jago, cerdas, dan punya banyak keunggulan lainnya, tapi tidak akan bisa menjadi ‘pemimpin yang hebat dan luar biasa.’

Poin pertama yang penting bagi seorang pemimpin adalah memiliki kesadaran diri (self-awareness). Kesadaran diri punya pemahaman tentang emosi, kekuatan, kelemahan, kebutuhan, dan dorongan seseorang. Pada umumnya, orang dengan kesadaran tinggi adalah orang yang tidak terlalu kritis atau terlalu berharap. Justru sebaliknya, mereka jujur dengan diri sendiri dan orang lain.

Mengenali bahwa diri ini punya kesadaran diri adalah dengan menelaah apakah kita punya kemampuan untuk menilai diri secara realistis dan berterus terang. Ciri orang dengan kesadaran diri tinggi adalah mampu bicara secara akurat dan terbuka, tidak berlebihan, dan mereka merasa nyaman membicarakan keterbatasan dan kekuatan yang dimiliki. Orang dengan kesadaran diri tinggi tahu kapasitas mereka, kapan harus menolak, dan kapan harus meminta bantuan.

Poin kedua adalah tentang regulasi diri (self-regulation). Mereka yang memiliki regulasi diri tinggi dapat menguasai diri ketika perubahan secara mendadak datang atau hal-hal terjadi di luar rencana. Mereka dapat menyikapi perubahan tersebut dengan sikap dewasa secara emosional, tidak terlalu panik, dapat mencari informasi penting, dan bertindak melakukan aksi yang nyata.

Poin ketiga dalam kecerdasan emosional adalah tentang motivasi. Mereka punya dorongan kuat untuk mencapai dan melampaui harapan diri sendiri maupun orang lain. Ciri yang jelas tampak pada hasrat untuk melakukan dan menyelesaikan sesuatu. Orang dengan motivasi tinggi cenderung menunjukkan sikap untuk menyelesaikan tantangan, kreatif, suka belajar, dan punya energi besar dalam melakukan sesuatu secara lebih baik. Motivasi tinggi juga dapat dibuktikan dengan komitmen akan kinerja dan terhadap organisasi. Ketika seorang pemimpin menyukai pekerjaan mereka, maka ia secara tidak langsung menunjukkan komitmen pada organisasi secara sungguh-sungguh.

Yang keempat, adalah tentang empati. Karena menjadi pemimpin itu sulit, banyak ide dan pikiran yang harus dikumpulkan dari para anggota tim. Tidak semuanya senada, dan konflik pada tim akan selalu ada. Namun kolaborasi yang kompak dan menghasilkan tujuan dapat dicapai apabila pemimpin menilai dengan empati. Yakni dengan merasakan dan memahami sudut pandang dari para anggota tim karena mereka memiliki hak dan kontribusi yang setara. Sederhananya, empati adalah tentang memahami susunan emosional para anggota tim. Tentu saja ini dapat dicapai apabila pemimpin memiliki cara pandang yang luas serta berpikiran terbuka.

Terakhir adalah tentang keahlian sosial (social skill), atau kemampuan berjejaring. Orang yang punya keterampilan ini umumnya memiliki kenalan yang banyak dan mampu menemukan titik temu dengan semua jenis orang. Umumnya orang dengan keterampilan sosial yang tinggi mahir dalam melakukan manajemen tim serta persuasi untuk mengajak orang lain mengikuti apa yang menjadi tujuannya. Ciri lainnya dari yaitu pemimpin ini dapat membentuk kolaborasi hebat, semangat untuk bekerja menyebar ke para anggota tim lain, serta mereka memiliki motivasi kuat untuk mencari solusi.

Kabar baiknya, semua poin di atas adalah hal yang dapat dipelajari dan dilatih. Memang tidak mudah, namun tidak ada yang tidak mungkin jika seorang pemimpin meluangkan waktu untuk belajar dan mau berkomitmen dalam meningkatkan kecerdasan emosionalnya.

. . .

Gerakan Nasional 1000 Startup Digital adalah upaya bahu membahu penggerak ekosistem startup digital Indonesia untuk saling terkoneksi, saling berbagi pengetahuan dan pengalaman.

Diinisiasi sejak 2016, gerakan ini diharapkan mendorong terciptanya mencetak startup yang menjadi solusi atas masalah dengan memanfaatkan teknologi digital. #1000StartupDigital memberikan pembinaan bagi calon founder untuk membentuk tim, membuat MVP, hingga meluncurkan produknya ke pasar.

Karena Indonesia maju, #MulaiDariKamu!

Bagikan artikel ini