fbpx

Membiasakan Belajar dari Kegagalan Sekaligus Kesuksesan

Supaya mengurangi bias ketika membuat solusi

Ada pepatah yang mengatakan bahwa ‘kegagalan adalah guru terbaik’. Hal itu tidak sepenuhnya salah. Hanya saja ternyata tidak tepat apabila diaplikasikan pada bisnis. Ternyata, menurut Emre Soyer dan Robin M. Hogarth dalam artikelnya yang ditulis di Harvard Business Review, mereka menuliskan tiga jebakan umum yang membuat para pemimpin jatuh ketika mencoba belajar dari kegagalan. Lebih lengkapnya, kamu dapat membaca artikel ini, ya.

Jebakan 1:

Berinvestasi pada strategi yang salah

Ketika kesalahan terjadi, wajar apabila kita mencari tahu apa penyebab kesalahan tersebut dan mencari akar permasalahannya. Pada umumnya kita hanya berkutat pada meneliti kesalahan tersebut, tanpa memedulikan bagian lain yang berhasil. Namun, jika kita hanya mencari pola di antara kesalahan, hasilnya bisa saja tidak akurat.

Contohnya kamu ingin meningkatkan kinerja tim penjualan, di mana 75% tenaga penjualanmu memenuhi target, sedangkan 25% sisanya tidak. Kemudian, kamu menganalisis mengapa 25% tim-mu mengalami kesulitan mencapai target dengan mendalami alur kerja mereka. Hasilnya ternyata sebagian besar karyawan tidak menggunakan alat pencatat terintegrasi dalam sistem manajemen kontak.

Kemudian, kamu menyimpulkan bahwa akar penyebabnya adalah masalah kinerja karena mereka tidak menggunakan pencatat terintegrasi tersebut. Solusinya, kamu berinvestasi dalam strategi pelatihan teknis dan prosedur pemantauan agar karyawan dapat memanfaatkan sistem dengan hasil maksimal.

Mungkin solusi tersebut terdengar masuk akal, tetapi apakah sudah tepat? Bagaimana jika ternyata mayoritas dari tenaga penjualan 75% yang berhasil mencapai target tidak menggunakan alat pencatat sistem?

Kesimpulannya, penting sekali untuk menganalisis keberhasilan bersamaan dengan kegagalan, karena ada kemungkinan bahwa penyebab (yang ditemukan dalam kasus kegagalan) merupakan penyebab umum.

Jebakan 2:

Mengabaikan strategi yang akan membantu

Dikutip dari Harvard Business Review, selain memberikan ilusi pemahaman berbasis data tentang akar penyebab kegagalan, berfokus secara eksklusif pada analisis hasil negatif juga dapat menyebabkan kita kehilangan strategi yang sebenarnya akan membantu meningkatkan kinerja di masa mendatang.

Jika mengambil contoh yang sama, mungkin analisis terhadap tenaga penjualan yang sukses akan mengungkapkan bahwa mereka semua mulai mempersiapkan panggilan penjualan penting seminggu sebelumnya. Sementara tenaga penjualan yang gagal cenderung ‘cuek’ dan tidak melakukan persiapan.

Persiapan memang bukanlah bagian dari sistem atau proses penjualan secara standar, sehingga analisis terhadap karyawan yang berkinerja buruk saja mungkin tidak akan mengidentifikasi ‘persiapan’ sebagai masalah yang penting. Tetapi, apabila tenaga penjualan yang berhasil juga diidentifikasi, hasilnya mungkin investasi yang dilakukan dalam alat manajemen waktu atau pertemuan tentang perencanaan mungkin menghasilkan dampak yang signifikan.

Jebakan 3:

Tidak memperhatikan kemungkinan hasil yang tampaknya baik ternyata didorong proses yang buruk

Kebanyakan orang tidak akan menyangka bahwa hasil baik yang selama ini didapat tidak mungkin dihasilkan dari proses yang buruk. Namun, ini bisa jadi jebakan yang berbahaya. Pada faktanya, hasil yang baik belum tentu berasal dari proses yang baik. Jadi jangan hanya berfokus pada pengurangan kegagalan saja, tanpa memahami apa yang menjadi penyebab dari kesuksesan. Sebab, pada akhirnya kita akan menemukan bahwa setidaknya sebagian dari pencapaian sebenarnya ada risiko yang menyelimuti dan ‘tidak tampak’.

Dengan contoh yang sama, misalnya tenaga penjualan yang memenuhi target bisa saja melakukan hal yang curang terhadap rekan-rekannya. Analisis masalah yang fokusnya pada tenaga penjualan yang tidak mencapai target saja akan berimbas tidak tercapainya solusi yang tepat.

Pengalaman masa lalu memberikan pelajaran yang berharga untuk masa sekarang dan yang akan datang, hanya jika dimanfaatkan secara efektif. ‘Efektif’ di sini ternyata konteksnya adalah belajar dari kegagalan sekaligus kesuksesan. Sebab, dengan begitu, kita akan mendapatkan banyak wawasan dari berbagai sudut pandang yang akan mengarahkan kita menuju solusi paling tepat dari masalah yang ada.

. . .

Gerakan Nasional 1000 Startup Digital adalah upaya bahu membahu penggerak ekosistem startup digital Indonesia untuk saling terkoneksi, saling berbagi pengetahuan dan pengalaman.

Diinisiasi sejak 2016, gerakan ini diharapkan mendorong terciptanya mencetak startup yang menjadi solusi atas masalah dengan memanfaatkan teknologi digital. #1000StartupDigital memberikan pembinaan bagi calon founder untuk membentuk tim, membuat MVP, hingga meluncurkan produknya ke pasar.

Karena Indonesia maju, #MulaiDariKamu!

Bagikan artikel ini