fbpx

Memanfaatkan OKR Sebagai Alat Pengukur Kinerja yang Efektif

“Duh, nanti gimana ya hasilnya? Apakah selama ini kinerjaku sudah sesuai standar yang ditetapkan kantor?” Kalau batinmu bisa ngomong, bisa jadi kalimat itu yang akan kamu katakan. Lalu kemudian kamu jadi penasaran, gimana caranya melakukan pengukuran kinerja yang efektif?

Kali ini kita akan membedah bersama tentang sebuah alat ukur atau metode yang disebut OKR (Objective and Key
Results). OKR merupakan sebuah metode untuk menetapkan prioritas yang jelas dan memisahkan apa yang benar-benar penting. Saat merancang OKR, kamu sudah harus tahu tujuanmu dan sejauh mana nantinya akan dicapai. Agar lebih kenal jauh dengan OKR, mari kita tengok sekilas sejarah tentang OKR. Dahulu di tahun 1954, Peter Drucker mengembangkan sebuah metode dengan nama management by objective (MBO). MBO ini yang menjadi cikal bakal dari OKR.

Kemudian OKR digunakan secara internal oleh Intel hingga akhirnyamenyebar luas setelah diperkenalkanoleh John Doerr, seorang mantankaryawan Intel yang saat itu sudahbekerja sebagai konsultan di venturecapital yang sedang berinvestasi di Google. Saat itu, di tahun 1999, John Doerr menyampaikan tentang OKR pada Larry Page dan Sergey Brin, yang menjadi founder Google. Sejak saat itu, metode OKR diterapkan di Google hingga mampu tumbuh pesat dari 40 karyawan hingga lebih dari 200.000 karyawan di masa sekarang. Wah, kalau begitu, apakah OKR hanya bisa diterapkan di perusahaan besar saja?

Siapa saja yang bisa menggunakan OKR?

OKR dapat digunakan pada semua level usaha, baik itu perusahaan besar, maupun perusahaan rintisan atau startup. OKR applicable diterapkan di semua tingkatan, baik level strategis hingga level staff. Bisa juga digunakan di semua divisi atau industri, tidak hanya startup dan teknologi saja. Beberapa perusahaan yang menggunakan OKR adalah Google, Spotify, Twitter, LinkedIn, Airbnb, Walmart, The Guardian, dan perusahaan-perusahaan lainnya. Ngobrolin tentang alat untuk mengukur kinerja, di dalam perusahaan juga akrab menggunakan key performance indicator (KPI).

Lalu, apa bedanya OKR dengan KPI?

Agar semakin mudah dalam memahami, sekarang kita gunakan ilustrasi jika kamu ingin bepergian ke suatu tempat menggunakan mobil. Contohnya saja, kamu ingin tamasya bersama keluarga ke tempat yang sejuk, adem, bisa jalan-jalan atau melakukan kegiatan santai. Setelah memilih beberapa tempat yang memenuhi kriteria di atas, akhirnya muncul dua pilihan: Kebun Raya Bogor atau kah Taman Safari.

Akhirnya setelah melalui perbincangan, keluargamu sepakat untuk memilih pilihan kedua. Menurut ayah dan ibumu, melihat fauna lebih seru daripada melihat flora. Sedangkan adikmu menyumbang suara karena ia sudah lama tidak melihat gajah dan jerapah.

Kemudian keluargamu berangkat ke Taman Safari menggunakan mobil dan berangkat dari daerah Kemang, Jakarta
Selatan pada pukul 7 pagi. Setelah masuk mobil dan mengecek maps, ternyata kamu melihat indikator bensin yang sudah menipis sehingga memutuskan untuk mampir sebentar ke pom bensin dan mengisi bensin hingga full. Karena
letak pom bensin tidak searah dengan perjalanan ke Taman Safari, maka kamu memilih untuk mengubah rute di GPS agar tetap bisa ke pom bensin dan melanjutkan perjalanan ke Taman Safari.

Dari ilustrasi ini, kita sambungkan analoginya ke arah OKR dan KPI. Perbincangan menentukan tujuan piknik disebut dengan strategi. Kamu dan keluarga memutuskan kemana akan pergi, hingga akhirnya memilih Taman Safari. Kamu bisa menyebut ini dengan strategi.

GPS sebagai pemandu sistem navigasi menuju pom bensin dan Taman Safari adalah OKR. Dengan adanya GPS, kamu merasa terbantu untuk melacak dan memastikan bahwa kamu sudah ada di rute dan arah yang tepat untuk menuju Taman Safari. Akan tetapi, GPS tidak membantumu menetapkan tujuan danmerumuskan strategi, tapi GPS sangat penting digunakan agar kamu bisa sampai ke Taman Safari.

Sedangkan indikator yang ada di dashboard mobil yang menunjukkan bahwa tangki bensin sudah hampir kosong dianalogikan seperti KPI. Indikator ini memberitahumu apakah keadaan sudah baik-baik saja, atau ada yang perlu diperbaiki.

Semoga dengan ilustrasi ini, kamu semakin memahami pentingnya OKR, ya.

Kemudian, setelah paham tentang OKR dari analogi tersebut, bagaimana cara merumuskannya?

Pada umumnya, OKR hanya memiliki satu objective atau tujuan dalam satu kuartal (3 bulan) dan maksimal lima key results. Di dalam OKR, harus tertulis angka yang digunakan sebagai target atau patokan agar pengukurannya jelas.

Objective adalah tujuan yang ingin dicapai. Sedangkan key results adalah ukuran yang digunakan untuk mengetahui seberapa banyak usaha yang diperlukan untuk mencapai objective.

Dua pertanyaan yang membantumu untuk merumuskan OKR adalah

A. Apa tujuan yang harus dicapai?
B. Bagaimana cara mencapai tujuan tersebut?

Supaya lebih jelas, berikut adalah contoh rumusan OKR

Objective: Bekerja sama dengan 30 partner dalam 1 kuartal

Key Results:
A. Kontak partner yang potensial sebanyak 30 partner setiap minggunya
B. Melakukan pitching dengan calon partner sebanyak 15 kali dalam seminggu

Contoh lainnya

Objective: Pelanggan menyukai produk rasa baru

Key Results:
A. 100.000 unit terjual dalam 1 bulan
B. 10.000 unit dikembalikan dalam 1 bulan
C. 40.000 rating bintang 4-5 dari ulasan di website marketplace A

Dengan merumuskan OKR seperti di atas, perusahaan dan karyawan sama-sama mendapatkan hal positif. Karyawan dapat lebih fokus dalam bekerja, sedangkan perusahaan akan lebih terarah dalam mencapai tujuannya. Menerapkan OKR dalam perusahaan artinya menunjukkan transparansi terhadap performa karyawan dan juga pimpinan. Sehingga nantinya akan tercipta kolaborasi yang lebih maksimal karena tiap divisi atau tiap skuad memahami secara jelas objective dan key results yang harus dicapai.

Bagi kamu yang ingin lebih tahu banyak tentang OKR, yuk, tonton video dari John Doerr sebagai praktisi OKR di perusahaan global berikut ini!

. . .

Artikel ini telah terbit pada Buku Saku RINTISAN Edisi 4: Leadership. Silakan klik link ini untuk membaca artikel eksklusif lainnya di RINTISAN.

Bagikan artikel ini