fbpx

Mantapkan Ide Startupmu dengan Minimum Viable Testing

Pernahkah kamu melihat sebuah demo games atau sampel dari produk yang sedang digalang dananya di Kickstarter atau Indiegogo? Mungkin beberapa dari kamu pun cukup familiar dengan P.T atau Playable Trailer dari proyek Silent Hill yang tidak dilanjutkan oleh Hideo Kojima akibat selisih pendapatnya dengan Konami.

Produk tersebut adalah bentuk dari Minimum Viable Product (MVP), yakni produk yang diluncurkan oleh sebuah startup untuk tes kelayakan jual dari produk atau jasa yang dipasarkan. Proses penyebaran dan pengumpulan data konsumen tersebut dinamakan Minimum Viable Testing.

Manfaat Minimum Viable Testing

Setiap bisnis perlu dilakukan dengan perencanaan yang matang agar mendapatkan profit. Menurut Eric Ries (penulis dari The Lean Startup), MVP adalah “versi lain dari sebuah produk baru yang memberikan kesempatan bagi startup untuk mempelajari dan mengumpulkan data yang dibutuhkan tentang customer secara maksimal dengan usaha yang lebih sedikit”.

Manfaat lain dari MVT adalah efisiensi waktu. Dengan melakukan MVT, banyak perusahaan mampu menghemat waktu dan mempercepat peluncuran produk. Dalam periode peluncuran MVP, di saat yang bersamaan, startup tersebut telah mendapatkan publikasi dan pengguna potensial.

Menghemat pengeluaran merupakan pertimbangan lain yang bisa kamu pikirkan untuk melakukan MVT. Dengan hanya meluncurkan fitur-fitur utama dan terpenting yang ingin kamu tes secara langsung pada calon pengguna, kamu tidak harus memasukkan semua hal dalam MVPmu, yang prosesnya tentu memakan dana yang lebih besar.

Salah satu contoh perusahaan yang sukses dengan MVT-nya adalah Uber. Sebelum berbasis aplikasi, Uber merupakan jasa transportasi berbasis web. Kesuksesan web tersebut membuat Uber berkembang menjadi salah satu layanan jasa transportasi terbesar di dunia.

Cara Melakukan Minimum Viable Test yang Tepat Guna

Menurut Gagan Biyani (founder Udemy), ada tiga hal esensial yang harus diperhatikan oleh pendiri startup dalam membuat Minimum Viable Product. Pertama, kamu harus menanyakan dua pertanyaan ini kepada diri sendiri: apa yang bisa saya janjikan pada customer saya? Apa hal utama yang mereka cari dari produk saya? Fokuslah kepada hal-hal yang simpel dan menyasar tepat kepada kebutuhan target market kamu.

Berikutnya, kamu harus mempersiapkan diri dan memperkirakan skenario terburuk apa saja yang bisa terjadi dengan MVP-mu. Apakah yang membuat hal ini tidak berhasil? Apa yang secara tiba-tiba bisa mengubah sistem yang sudah familiar dengan startupmu? Persiapkan pula rencana pemasaran yang solid dan kenali target market kamu agar tidak membuang waktu selama melakukan MVT.

Terakhir, fokus pada inti utama produkmu. Gagan Biyani menyebutnya dengan ‘atomic unit’ dan mencontohkan Google, Amazon, serta Coinbase dengan atomic unit mereka masing-masing (mesin pencari, pembelian buku daring, dan transaksi kripto). Jika kamu bisa menjawab dengan singkat dan tepat mengenai atomic unit dari produkmu, maka sangat besar kemungkinan bahwa MVP yang akan kamu sebarkan ke konsumen potensial ini akan sukses dan tepat guna.

Yang Harus Diperhatikan dalam Minimum Viable Testing

Sering kali, sebuah startup tidak memilih fitur yang tepat untuk diuji ke publik karena terjebak dalam mindset ‘testing’ dan ‘efisiensi’. Padahal, karena MVT sendiri melibatkan partisipan organik dengan potensi besar menjadi pengguna tetap produk/jasa kamu, sebaiknya maksimalkanlah kesempatan ini dan cermat dalam memilih apa yang ingin kamu sajikan kepada khalayak umum.

Kesalahan awam dalam MVT adalah tidak adanya titik tengah antara dua keputusan ini, yaitu meluncurkan fitur secara berlebihan dan terlalu sedikit menonjolkan fitur penting. Rundingkan baik-baik dengan tim product dan marketing mengenai apa yang bisa menjadi selling point dari produkmu, karena siapa tahu, fitur itulah yang akan menonjol dan membuat pembeda bagi produkmu di mata masyarakat.

Ingat bahwa setiap keputusan bisnis perlu pertimbangan yang matang dan kesan pertama akan selalu membekas di hati calon konsumenmu. Jangan menyerah untuk terus berinovasi, ya!

. . .

Gerakan Nasional 1000 Startup Digital adalah upaya bahu membahu penggerak ekosistem startup digital Indonesia untuk saling terkoneksi, saling berbagi pengetahuan dan pengalaman.

Diinisiasi sejak 2016, gerakan ini diharapkan mendorong terciptanya mencetak startup yang menjadi solusi atas masalah dengan memanfaatkan teknologi digital. #1000StartupDigital memberikan pembinaan bagi calon founder untuk membentuk tim, membuat MVP, hingga meluncurkan produknya ke pasar.

Karena Indonesia maju, #MulaiDariKamu!

Bagikan artikel ini