fbpx

Langkah Sukses Membangun Bisnis Startup

Bisnis startup berawal dari ide yang dikembangkan hingga kemudian divalidasi dan diterjemahkan menjadi prototipe. Itu adalah garis besar fase startup pada masa early stage. Kemudian, seperti apa cara yang tepat dalam memaksimalkan potensi ketika membangun startup? Bagaimana langkah-langkah penting yang perlu ditempuh pendiri startup?

Kamu dapat menemukan jawabannya dalam Breakout Session di Ignition Gerakan Nasional 1000 Startup Digital yang bekerja sama dengan Block71. Dengan moderator Agustin, Program Manager dari BLOCK71 serta menghadirkan pembicara Dr. Jonathan Chang (CEO Fintopia), Wasudewan (CEO 99.co / Rumah 123), dan Hartman Harris (Co-founder & CBO ATTN).

1000 x BlOCK71: Langkah Sukses Membangun Bisnis Startup

Artikel ini merangkum perbincangan mereka yang bisa kamu baca di sini:

Ketika seorang pendiri startup yakin akan ide-idenya, ia mulai dari membangun visi dan misi. Visi dan misi ini harus kuat supaya founder punya pondasi yang kuat dalam melangkah. Tugas dan tanggung jawab sebagai founder tidak dapat diemban seorang diri. Makanya founder membutuhkan co-founder dalam bekerja sama di startup. Lalu, bagaimana agar founder dapat menemukan co-founder yang tepat?

Ternyata ada beberapa faktor yang mempengaruhi. Memilih co-founder tidak harus seseorang yang sudah kita kenal secara dekat. Yang terpenting adalah sikap saling menghargai. Seorang founder harus bisa mendengar saran dari co-founder serta mau menerima kritiknya. Begitu pula sebaliknya.

Antara founder dan co-founder juga harus saling memiliki chemistry. Memilih co-founder tidak selalu berdasarkan dari latar belakang atau kemampuannya saja. Misal seorang founder ahli dalam bidang bisnis, sehingga harus mencari co-founder yang pintar teknologi. Poinnya, founder dan co-founder harus saling melengkapi, baik itu dari segi kemampuan, kerja sama, dan banyak hal lainnya. Mereka berdua harus memiliki tujuan akhir yang sama. Percuma saja apabila ternyata visi dan misi tidak selaras. Karena, semua pendiri pasti punya ego. Jadi, tujuan yang sama dapat menjadi jembatan yang jelas apabila founder dan co-founder memiliki perbedaan pendapat.

Selanjutnya, visi misi yang sudah dibangun oleh pendiri, harus bisa diterjemahkan ke dalam struktur paling dasar dari organisasi. Artinya baik karyawan tingkat bawah, menengah, atas, hingga jajaran pendiri harus memahami tentang visi dan misi perusahaan. Visi dan misi bukanlah hal abstrak yang hanya menjadi pajangan di dinding saja. Lebih dari itu, visi dan misi harus diimplementasikan dalam budaya perusahaan, proses, pola pikir, hingga ke company values.

Kemudian, jika berbicara tentang investor, maka ada beberapa poin penting yang perlu dibahas. Yang pertama, apabila startup sudah mantap untuk terjun dalam fase pendanaan dan mencari investor, maka founder harus siap mental apabila suatu saat nanti perannya sebagai pendiri perlu diganti. Untuk itu, pendiri harus bisa mengumpulkan pengaruh diri. Misalnya, apa saja USP yang dimiliki oleh perusahaan sehingga para investor merasa nyaman berkomunikasi dengan kita? Karena, investor awal yang menaruh kepercayaannya pada perusahaan, akan punya potensi dalam mengajak investor lainnya untuk membantu kita pada putaran pendanaan berikutnya.

Baik pendiri maupun investor harus memiliki mutual respect dan chemistry. Selalu teliti dan perhatikan setiap hal yang tertera pada kontrak sebelum pendiri membubuhkan tanda tangan pada surat kontrak kerja sama untuk investasi. Pastikan apabila kamu ingin melakukan raising fund, maka harus lakukan due diligence pada investor juga. Meskipun umumnya investor yang melakukan due diligence pada startup, namun pendiri startup juga harus melakukan riset mendalam terhadap investor. Tujuannya agar pendiri tidak asal memilih investor dan menjadi yakin terhadap keputusan yang akan diambil. Mencari investor bukan semata mencari orang yang ingin menyuntikkan dana pada perusahaan. Cari investor yang bisa bantu dan terlibat langsung dalam startup, punya koneksi luas, serta banyak memberikan masukan terhadap perkembangan bisnis.

Terutama bagi founder pemula, penting untuk mengetahui bahwa ketika investor mau untuk berinvestasi di startup, pada umumnya mereka fokus pada tiga hal. Mereka investasi di foundernya (latar belakang founder, kemampuan, dan lain-lain), visi misi, serta keyakinan investor terhadap business model dari startup tersebut. Kemudian, fundraising atau pendanaan bukan satu-satunya jawaban ketika kamu belum meraih tujuan. Yakinkan terlebih dahulu, apakah memang harus secepat ini untuk funding? Adakah cara lain yang dapat ditempuh selain funding? Misalnya untuk dapat menaikkan traction, startup bisa melakukan partnership dengan vendor yang relevan.

Kamu ingin #RintisSolusiDigital dan membuat startup, namun masih bingung harus mulai dari mana? Mari rintis startupmu bersama mentor dan praktisi digital dengan bergabung di Gerakan Nasional 1000 Startup Digital. Cari tahu lebih lanjut dengan mengunduh aplikasinya sekarang di Play Store dan App Store atau kunjungi http://1000startupdigital.id/aplikasi

Buka dan telusuri aplikasi #1000StartupDigital untuk terus update dan ikuti programnya sekarang, yuk!

. . .

Gerakan Nasional 1000 Startup Digital adalah upaya bahu membahu penggerak ekosistem startup digital Indonesia untuk saling terkoneksi, saling berbagi pengetahuan dan pengalaman.

Diinisiasi sejak 2016, gerakan ini diharapkan mendorong terciptanya mencetak startup yang menjadi solusi atas masalah dengan memanfaatkan teknologi digital. #1000StartupDigital memberikan pembinaan bagi calon founder untuk membentuk tim, membuat MVP, hingga meluncurkan produknya ke pasar.

Karena Indonesia maju, #MulaiDariKamu!

Bagikan artikel ini