fbpx

Jadi Leader Bertanggung Jawab Tanpa Harus Burnout

To do list hari ini:

– Evaluasi kinerja tim produksi

– Meeting dengan tim operasional jam 10 pagi

– Cek ke finance tentang gaji pegawai

– Follow up tim customer relationship tentang keluhan pelanggan

– Cek tagihan sewa kantor

– Follow up ke tim tentang renewal subscription apps

Gimana, sudah mulai ‘puyeng’ belum baca to-do-list dari leader tim produksi?

Itu hanya sebagian kecil yang bisa diambil dari tanggung jawab seorang leader. Memang begitu banyak hal yang harus dipikirkan, dikerjakan, dan diselesaikan. Jika tidak dapat ditangani dengan tepat, beban kerja sedemikian besar dapat memicu burnout atau kelelahan. Pastinya, kamu tidak mau hal tersebut terjadi, bukan? Jadi, tenang dulu, beberapa tips berikut ini akan membantumu menjalani peran leader yang bertanggung jawab tanpa harus burnout. Simak baik-baik, ya!

Dahulu, ada sebuah gagasan yang populer untuk dilakukan para leader, yaitu ‘kepemimpinan yang melayani’. Artinya, leader mendahulukan kebutuhan tim di atas kebutuhan sendiri. Sisi positifnya, itu akan membawamu ke lingkungan kerja yang penuh kasih dan lebih humanis. Dalam kepemimpinan yang melayani, pesannya adalah, leader berperan untuk melayani orang lain, sehingga akan lebih fokus pada menyenangkan orang lain dan sulit untuk mengatakan tidak.

Namun, di era seperti sekarang, gagasan ‘kepemimpinan yang melayani’ dapat menjadi penyebab kelelahan atau burnout.

‘Kepemimpinan yang melayani’ bukan lagi sebuah gagasan yang relevan di era digital yang serba cepat seperti sekarang. Saat ini, kamu lebih tepat untuk menerapkan gagasan ‘kepemimpinan yang bertujuan’, yang fokusnya adalah menciptakan dampak positif. Itu akan membutuhkan pikiran strategis di mana ada beberapa aspek yang perlu diterapkan.

Pertama, leader perlu sering untuk mengajak karyawan berinteraksi. Contohnya, ini adalah penerapan gagasan dari ‘kepemimpinan yang melayani’:

– “Apa yang dapat saya lakukan untuk membantumu agar berhasil?”

– “Dukungan seperti apa yang kamu butuhkan dari saya?”

Meskipun ini adalah pertanyaan yang sangat bagus, dan akan memberikan hasil yang lebih optimal daripada perintah kasar terhadap anggota tim, leader justru akan menjebak diri sendiri dari kelelahan. Ia akan melayani dan bertanggung jawab penuh terhadap semua yang dilakukan anggota timnya. Ini tidak sepenuhnya salah, akan tetapi menciptakan efek negatif yaitu kelelahan.

Untuk itu, leader dapat menciptakan perubahan untuk menyesuaikan diri ke tujuan yang lebih tepat. Misalnya dengan mengajukan pertanyaan:

– “Apa yang kamu perlukan agar berhasil mencapai tujuan kita?”

– “Bantuan apa yang perlu kamu dapatkan?”

Perubahan bahasa kecil ini ternyata berhasil mengubah dinamika emosional. Daripada pemimpin harus bertanggung jawab sepenuhnya untuk mendukung karyawannya, menanyakan kepada karyawan apa yang mereka butuhkan agar sukses akan menciptakan rasa tanggung jawab bersama. Leader akan memposisikan diri untuk memberikan dampak positif terhadap hasil kerja karyawannya, namun mereka tidak mengambil tanggung jawab penuh untuk mendukung hasil tersebut.

Kedua, berhubungan dengan pengambilan keputusan. Ketika leader menjadi pemimpin yang melayani, tantangannya adalah fokus untuk menyenangkan orang lain. Mengapa begitu? Alasannya akan ada banyak elemen pekerjaan, seperti tenggat waktu yang ketat dan umpan balik yang menantang, yang semuanya harus dilakukan pemimpin. Ketika seorang pemimpin menyusun keputusannya dari sudut pandang untuk membantu semaksimal mungkin, hal ini bisa menyebabkan kelelahan.

Sebaliknya, para pemimpin dapat menyusun keputusan mereka berdasarkan tujuan. Misalnya saja dalam rapat, daripada bertanya:

“Bagaimana perasaanmu mengenai hal ini?”

“Apakah hal tersebut layak untuk dilakukan?”

Pemimpin lebih baik bertanya:

“Apa dampaknya?”

“Bagaimana hal ini akan berdampak pada karyawan atau pelanggan kita?”

Dari pertanyaan di atas, sudah jelas bahwa pemimpin mengajak karyawan untuk berpikir dan ikut berjuang memberikan yang terbaik sesuai dengan tujuan (misalnya meningkatkan kepuasan pelanggan).

Pergeseran sudut pandang ini tampaknya terlihat sederhana, tetapi memberikan dampak yang besar apabila berhasil diterapkan. Itu akan mendorong tim untuk berpikir tentang bagaimana pekerjaan mereka berdampak pada tujuan organisasi secara keseluruhan. Hal ini akan mengubah cara berpikir anggota tim, sehingga melihat diri mereka adalah bagian yang nyata dari keseluruhan yang lebih besar dalam startup.

. . .

Gerakan Nasional 1000 Startup Digital adalah upaya bahu membahu penggerak ekosistem startup digital Indonesia untuk saling terkoneksi, saling berbagi pengetahuan dan pengalaman.

Diinisiasi sejak 2016, gerakan ini diharapkan mendorong terciptanya mencetak startup yang menjadi solusi atas masalah dengan memanfaatkan teknologi digital. #1000StartupDigital memberikan pembinaan bagi calon founder untuk membentuk tim, membuat MVP, hingga meluncurkan produknya ke pasar.

Karena Indonesia maju, #MulaiDariKamu!

Bagikan artikel ini