fbpx

Ingin Startupmu Sukses? Perkuat Tim Startup-mu dengan 5 Langkah Ini

Setiap startup–atau organisasi serta perusahaan–membutuhkan strategi komunikasi yang baik untuk meminimalisasi konflik dan beralih ke pola diskusi yang produktif.

. . .

Coba bayangkan, suatu hari kamu datang terlambat ke sebuah rapat di kantor. Pernyataan mana yang akan membuatmu lebih tenang: pertama, “kamu tuh datang terlambat terus ya saat rapat”, atau kedua, “kamu datang terlambat lagi saat rapat… ada apa?”

Tak jarang, pernyataan pertama lebih berpotensi berujung konflik. Memang konflik dan perdebatan di dalam tim adalah hal yang wajar. Bahkan sering kali, konflik menjadi salah satu langkah besar menghasilkan ide dan inovasi yang membuat startupmu lebih berkembang. Namun, bukan berarti pola komunikasi selalu diwarnai konflik. Sebab, konflik yang tak terselesaikan dan mengandung anggapan sepihak bisa berujung perpecahan tim.

Setiap startup–atau organisasi serta perusahaan–membutuhkan strategi komunikasi yang baik untuk meminimalisasi konflik dan beralih ke pola diskusi yang produktif.

Sebetulnya, apa yang dimaksud dengan pola komunikasi yang baik dan produktif?

Menurut pelatih eksekutif terkenal Ann Mehl dan Jerry Colonna, ada perbedaan besar antara berbicara dan berbicara agar kamu dapat didengar. Dengan pengalaman melatih pemimpin senior di perusahaan seperti Kickstarter, Etsy, SoundCloud, dan banyak lagi, mereka muncul dengan taktik konkret untuk memperbaiki dan membangun komunikasi yang baik. Menekankan kesadaran, tanggung jawab dan empati, metode ini disebut non-violence communication atau “komunikasi tanpa kekerasan”.

Pilihan bahasa memiliki dampak besar pada apa yang dapat kamu lakukan. Penggunaan atau penyalahgunaan kata-kata kita dalam percakapan sehari-hari dapat bersifat transformatif atau destruktif. Dan meski kamu mungkin tidak menganggap apa pun yang pernah kamu katakan sebagai “kekerasan”, Mehl telah melihat bagaimana kata-kata dapat memicu perpecahan di tempat kerja.

“Komunikasi tanpa kekerasan memungkinkan kita membingkai ulang cara kita mengekspresikan diri dan mendengarkan orang lain,” katanya. “Teknik ini membantu kita berbicara tentang apa yang kita amati, bagaimana perasaan kita, apa kebutuhan kita, dan bagaimana kita menanggapi permintaan orang lain,”

Tujuan komunikasi tanpa kekerasan — terkadang disebut komunikasi welas asih — adalah untuk memberdayakan fungsi memberi dan menerima. Jika diterapkan dengan benar, ini dapat menggantikan reaksi spontan dan pola lama yang tidak efektif. Itu bisa dibangun seperti kebiasaan apa pun.

Salah satu tekniknya adalah A-E-I-O-U Model of Managing Conflict.

A-E-I-O-U, yang merupakan singkatan dari Acknowledge, Express, Identify, Outcome, and Understanding (Akui, Ekspresikan, Identifikasi, Hasil, dan Pemahaman), adalah metode yang dapat digunakan untuk menyelesaikan berbagai kebuntuan komunikasi: anggota tim-ke-founder, peer-to-peer, co-founder ke founder. Ini sangat berguna untuk startup awal agar semua orang mengenal satu sama lain dan belajar bersama. Tidak peduli berapa usia perusahaanmu atau bagaimana strukturnya, anggota tim harus selalu merasa nyaman mendekati manajer dan berkomunikasi di lapangan permainan yang setara. Aturan lainnya: menemukan solusi untuk masalah yang dihadapi menjadi tujuan utama. Untuk melakukan itu, kamu harus memisahkan orang yang berkonflik denganmu dari masalah itu.

Seperti apa metode A-E-I-O-U diterapkan?

Jika dijabarkan, metode ini terdiri dari:

MENGAKUI (acknowledge): (Lihat niat positif) Asumsikan orang lain dalam argumen bermaksud baik. Cobalah untuk memahami alasannya dan nyatakan dengan lantang langsung kepada mereka. Beritahukan bahwa kamu tahu mereka mencoba melakukan sesuatu yang baik, dan bahwa kamu memahami mengapa mereka melakukan apa yang mereka lakukan.

EXPRESS (express): (Apa yang kamu lihat) Tegaskan niat positif yang telah kamu identifikasi dan ungkapkan perhatian khusus kamu sendiri. Berikan pernyataan yang tulus dengan kata-katamu sendiri: “Saya berpikir/saya merasa.” Jika kamu menengahi konflik, undanglah masing-masing pihak untuk meluangkan waktu beberapa menit untuk mengklarifikasi kekhawatiran atau masalah mereka secara tepat.

IDENTIFIKASI (identify): (Mengusulkan solusi) Tentukan dengan jelas tujuan dan rekomendasimu. Apa hasil yang ingin kamu capai?. Cobalah membangun konsensus dengan menunjukkan bagaimana solusi kamu akan menyelesaikan masalah semua orang, bukan hanya masalahmu sendiri .

HASIL (outcome): (Uraikan manfaatnya) Apa untungnya bagi lawanmu jika mereka setuju memakai solusi darimu? Orang merespons lebih positif ketika mereka dapat melihat alasan kuat mengubah tindakan atau perilaku mereka. Jangan lupa salah satu motivator yang paling kuat adalah pengakuan sederhana (yaitu “Terima kasih, saya menghargai fleksibilitasmu dalam masalah ini,” atau “Saya berutang budi kepadamu”). Pernyataan seperti ini sangat membantu membangun harmoni.

PENGERTIAN (understanding): (Minta umpan balik) Buat kesepakatan tentang tindakan atau langkah berikutnya, atau bekerja sama untuk mengembangkan alternatif. Menanyakan sesuatu seperti, “Bisakah kita setuju untuk mencoba ini sebentar untuk melihat apakah ini berhasil untuk kita berdua?” memberi orang lain pilihan untuk menerima proposalmu tanpa mengakui kekalahan.

Keberhasilan sebuah startup dibangun dari hal-hal kecil, salah satunya adalah pola komunikasi dan penyelesaian konflik yang baik. Karenanya, bangunlah kesuksesan startupmu perlahan dan memulainya dengan penerapan metode A-E-I-O-U di dalam pola komunikasi antar tim kamu. Semangat ya, founders!

. . .

Gerakan Nasional 1000 Startup Digital adalah upaya bahu membahu penggerak ekosistem startup digital Indonesia untuk saling terkoneksi, saling berbagi pengetahuan dan pengalaman.

Diinisiasi sejak 2016, gerakan ini diharapkan mendorong terciptanya mencetak startup yang menjadi solusi atas masalah dengan memanfaatkan teknologi digital. #1000StartupDigital memberikan pembinaan bagi calon founder untuk membentuk tim, membuat MVP, hingga meluncurkan produknya ke pasar.

Karena Indonesia maju, #MulaiDariKamu!

Bagikan artikel ini