fbpx

Ingin Meningkatkan Rasa Respect Karyawan pada Leader? Ini Praktiknya Menurut Penelitian

Ada beberapa wawasan menarik yang dapat kita pelajari dari penelitian yang dilakukan oleh Harvard Business Review tentang menunjukkan rasa hormat. Inilah beberapa petunjuk tentang aktivitas sehari-hari yang praktikal dan dapat diterapkan oleh leader untuk meningkatkan rasa hormat pada karyawannya.

a. Menghargai keberagaman

Tema ‘keberagaman’ memang sebenarnya cukup rumit untuk diaplikasikan, terutama di tempat kerja dengan perbedaan latar belakang karyawan yang kompleks. Tetapi, ini tidak berarti mustahil. Beberapa ‘alasan’ umum dari karyawan yang merasa tidak dihargai adalah karena ‘mereka merasa berbeda’ atau ‘merasa tidak cocok’. Mengapa mereka bisa merasa berbeda dan tidak cocok?

Itulah mengapa penting sekali bagi leader di startup untuk memperlakukan karyawan secara adil dan setara. Leader perlu tahu apa saja yang menjadi blind spot atau kekhawatiran karyawan. Sebab, karyawan yang merasa diakui, merasa setara, dan cocok, adalah landasan paling awal dari munculnya rasa hormat.

b. Terhubung dengan masalah dan kekhawatiran karyawan

Faktanya, leader perlu menjaga tingkat keakraban dengan karyawan untuk membangun rasa hormat. Meskipun, secara realistis, leader tidak bisa untuk mengetahui segala sesuatu yang terjadi pada setiap karyawan, tetapi itu masih bisa diupayakan. Bagaimana caranya?

Leader harus berusaha untuk menyampaikan bahwa mereka selalu ada untuk karyawan yang punya masalah dan ingin berbagi kekhawatirannya. Tunjukkan bahwa kamu sebagai leader punya misi untuk tetap berhubungan dengan sebanyak mungkin karyawan yang kamu bisa, untuk mengetahui kabar mereka dan mendukungnya saat diperlukan. Beberapa pertanyaan yang bisa ‘memancing’ percakapan yang lebih pribadi adalah:

“Apakah kami memungkinkanmu untuk menyeimbangkan antara pekerjaan dan kehidupan pribadi?”

“Bagaimana kabar keluargamu saat ini?”

c. Dapat dipercaya

Tahukah kamu, bahwa perasaan tidak dipercaya dapat menular?

Berdasarkan penelitian dari Harvard Business Review tentang kepercayaan, jika satu orang di tim tidak mempercayai kamu sebagai atasan, hal ini akan menurunkan tingkat kepercayaan anggota tim lainnya secara signifikan. Ini adalah emosi yang menular.

Kepercayaan dapat ditingkatkan oleh tiga faktor, yakni hubungan positif, berbagi keahlian/pengetahuan, dan konsistensi. Jika kamu sebagai leader karyawan dengan hormat, itu juga berkorelasi positif dengan meningkatkan kepercayaan mereka terhadapmu.

d. Menyelesaikan konflik

Menurut artikel dari Harvard Business Review, konflik dalam sebuah tim ibarat api kecil di hutan. Jika diketahui lebih awal akan mudah dipadamkan, tetapi jika diabaikan dapat menimbulkan kerusakan yang parah. Untuk itu, leader perlu menyelesaikan konflik dengan cepat ketika hal tersebut terjadi. Leader yang penuh hormat tidak akan mundur saat ada konflik. Justru mereka akan bersedia terlibat dalam penyelesaian konflik.

e. Menyeimbangkan ‘hasil’ dengan rasa peduli terhadap orang lain

Saat hasil lebih penting daripada orang yang memberikannya, orang akan merasa tidak dihargai. Untuk itu leader perlu menyeimbangkan hasil dengan kenyataan yang dihadapi oleh karyawan yang menghasilkannya. Perusahaan dan leader secara proaktif harus mendengarkan kebutuhan dan masukan dari karyawan untuk membangun budaya kerja yang sehat.

f. Mendorong diskusi terbuka atas permasalahan dan perbedaan pendapat

Salah satu cara menyampaikan rasa hormat adalah dengan bertanya pada orang lain. Tapi itu saja tidak cukup. Sebagai pemimpin, ada tiga langkah dasar yang dapat dilakukan. Pertama, bertanya dengan jelas dan kontekstual. Kedua, aktif mendengarkan. Ketiga, kamu harus mengambil aksi untuk terlibat. Saat leader bersedia untuk menampung pendapat, menggali masalah, dan menerima perbedaan yang terjadi, itu menunjukkan bahwa leader menghargai karyawan sekaligus menaruh rasa hormat.

g. Memberikan umpan balik yang jujur dengan cara yang bermanfaat

Memberikan umpan balik adalah salah satu tantangan yang harus dihadapi oleh leader. Alasannya, jika disampaikan dengan cara yang tidak tepat, hasilnya tidak akan baik. Umpan balik harus disampaikan secara jujur dengan cara yang tepat. Misalnya jika seorang karyawan melakukan 90% pekerjaannya dengan benar dan 10% salah, umpan balik yang jujur akan menghasilkan 90% positif dan hanya 10% yang bersifat korektif.

Sebaliknya, pada kebanyakan kasus, leader justru memberikan 0% umpan balik positif dan 10% umpan balik korektif. Hal itu justru menyiratkan bahwa leader hanya peduli dengan kesalahan atau kekeliruan. Sikap menunjukkan perilaku negatif, tanpa menyeimbangkannya dengan tanggapan positif, dapat membuat karyawan merasa tidak dihargai.

. . .

Gerakan Nasional 1000 Startup Digital adalah upaya bahu membahu penggerak ekosistem startup digital Indonesia untuk saling terkoneksi, saling berbagi pengetahuan dan pengalaman.

Diinisiasi sejak 2016, gerakan ini diharapkan mendorong terciptanya mencetak startup yang menjadi solusi atas masalah dengan memanfaatkan teknologi digital. #1000StartupDigital memberikan pembinaan bagi calon founder untuk membentuk tim, membuat MVP, hingga meluncurkan produknya ke pasar.

Karena Indonesia maju, #MulaiDariKamu!

Bagikan artikel ini