fbpx

Hindari Gagal Menangani Revenue, Begini Caranya

Sebelumnya, 1000s telah mengulas mengenai runway dan revenue pada startup. Dana dalam sebuah startup adalah sebuah roda yang menggerakkan ide luar biasamu untuk tetap hidup. Ada banyak jebakan dalam menjadi seorang founder, terutama ketika terdapat peluang yang menggiurkan dan berlabel ‘beneficial untuk startupmu’. Hati-hati akan jebakan feel-good task ini, sebab dengan cost yang besar, belum tentu dampaknya pun besar dan berkelanjutan bagi startup kamu.

Ada beberapa kesalahan yang biasanya terjadi saat kamu menangani revenue perusahaanmu sebagai seorang founder. Kamu bisa menyimaknya di sini, dan mencari tahu cara menanganinya juga.

Tak Bisa Membedakan Menghasilkan Revenue dan Mencari Dana

Ide besar terkadang membutuhkan dana yang besar juga. Ini tidak terjadi dalam semalam. Setiap orang memiliki aliran dana dan peta bisnis yang berbeda, jadi jangan terpaku dari situ. Membuat startup dan mencari dana merupakan hal yang harus kamu perhatikan dengan sangat ketat, dan tidak bisa diperlakukan seperti sihir yang bisa terjadi dalam semalam.

Hal yang harus diingat adalah: revenue dan dana merupakan dua hal yang berbeda. Dana yang kamu miliki bisa kamu dapatkan dari investor, sementara revenue adalah pendapatan kotor dari produk atau jasa yang kamu jual. Maka sebelum mulai mendapatkan revenue, ada dana yang kamu butuhkan untuk membangun startupmu.

Saran dari Joe Procopio, seorang entrepreneur dan coach, adalah membagi-bagi dana yang ada menjadi bagian-bagian kecil, dan menggunakan sebagian kecil dana tersebut sampai mendapatkan revenue, sehingga kamu terhindar dari dana boros yang berlebih.

Membangun Perusahaan Sebelum Mematangkan Produk

Penting untuk mematangkan produk sebelum mendirikan perusahaan atau membuat PT, apalagi untuk perizinan sebuah PT butuh dana yang cukup besar. Memiliki prestise dan bentuk fisik yang menandakan bahwa perusahaanmu ‘hidup’ memang menyenangkan, namun hindari berfokus pada pengeluaran-pengeluaran ini sebelum produkmu matang dan siap jual:

  • Website atau kehadiran di media sosial
  • Logo atau statatmen brand
  • Jajaran direksi, advisor atau manajemen
  • Perencanaan finansial berskala besar.
  • Kantor yang besar, baju perusahaan, atau merchandise.

Bukannya startup tidak boleh memiliki hal-hal ini. Tetapi bagaimana dinamisnya pendapatan awal harus diperhatikan dengan saksama, dan penting juga untuk memikirkan tujuan sebenarnya dari keberadaan hal-hal di atas. Contoh umum dari jebakan ini adalah membangun aplikasi web yang luar biasa dan kemudian menyadari semua hal yang benar-benar dibutuhkan end user hanyalah tiga atau empat klik dari aplikasi yang lebih sederhana.

Membentuk dan Mempekerjakan sebuah Tim sebelum Mematangkan Produk

Menjalankan startup memang sulit bila dilakukan sendiri. Tetapi untuk kesehatan mental kamu sebagai founder, serta untuk integritas visimu, masuk akal untuk mencapai sejauh mungkin pendapatan kamu dengan tim yang ada dan secukupnya saja.

Kamu mungkin bukan ahli di bidang coding, tetapi ada sejumlah alat SaaS yang dapat membawa kamu menuju ke MVP yang kamu harapkan. Contoh lainnnya, kamu mungkin bukan ahli keuangan, tetapi kebanyakan dari kita dapat memanfaatkan fungsi dari software-software spreadsheet di tahap-tahap awal perusahaanmu.

Bila kamu pun masih ragu, kamu pun perlu mengingat bahwa sebagai founder, memang sebaiknya kamu bisa menguasai banyak hal untuk mengawasi kemajuan startup kamu ke depannya meski telah memiliki staff sekalipun. Bahkan bisa saja kamu tidak memiliki sentuhan ajaib di dunia penjualan, tetapi jika idemu cukup bagus, mungkin saja orang yang tepat untuk menyampaikannya ke tangan pelanggan pertamamu.

Dalam merintis startup di tahap awal, hematlah pengeluaranmu sebaik mungkin dengan dana seefisien mungkin, terutama bila kamu memulai dengan bootstraping. Demi runway startup yang lebih panjang, kamu harus cermat dalam mengawasi danamu. Semangat, ya!

Bagikan artikel ini