fbpx

Hindari 4 Kesalahan Umum Ini saat Storytelling

Dalam mempromosikan produknya, perusahaan umumnya mengandalkan ‘otak kiri’nya yang kerap mempertimbangkan logika, harga, serta menjual spesifikasi produk.

Namun menurut Daniel Pink, “Otak kanan yang dominan adalah salah satu sumber baru bagi terciptanya keunggulan kompetitif.” Meningkatkan keterlibatan menggunakan otak kanan dapat dilakukan dengan menggabungkan ide dan emosi. Cara paling tepat untuk merealisasikan hal itu adalah dengan bercerita. Namun, ada beberapa kesalahan yang kerap terjadi ketika seseorang sedang melakukan storytelling.

Apa saja kesalahan tersebut? Dilansir dari artikel yang dipublikasikan di review.firstround.com, berikut adalah penjelasannya:

1. Menceritakan, bukan menunjukkan

Dalam bercerita, alih-alih berbicara dan menunjukkan semuanya di hadapan audiens, ada baiknya kamu menceritakannya secara lengkap. Beri tahu audiens apa yang harus mereka lakukan, apa yang harus mereka rasakan, hingga apa yang harus mereka alami. Dengan begitu, kamu seakan membimbing mereka mengambil kesimpulan sendiri, bukan menunjukkan secara terang-terangan. Percayalah bahwa audiensmu tidak hanya mampu mencerna informasi, namun juga aktif mendengarkan cerita sembari membayangkan dan mengambil kesimpulan.

2. Terlalu banyak jargon dengan kata-kata sulit

Steve Jobs bercerita dalam kampanye Think Different yang terkenal, “Bagi saya, pemasaran adalah tentang nilai. Ini adalah dunia yang sangat rumit, ini adalah dunia yang sangat bising, dan kita tidak akan mendapatkan kesempatan untuk membuat orang ingat banyak tentang kita. Jadi kita harus sangat jelas tentang apa yang kita ingin mereka ketahui tentang kita.”

Jadi, gunakanlah kata-kata yang jelas dan mudah dicerna oleh audiensmu. Bercerita menggunakan istilah teknis yang sulit, terdengar ‘canggih’ dan hanya dipahami segelintir kelompok, menggunakan akronim, adalah cara paling mudah untuk membuatmu kehilangan audiens.

3. Terlalu impersonal

Bayangkan apabila produk dijual dengan menyelipkan pesan yang tidak personal bagi audiensnya. Menurutmu, apakah produk tersebut akan diminati? Jawabannya tidak. Produk yang impersonal akan lebih sulit untuk diterima oleh audiens karena mereka merasa tidak relevan. Apa pun produk yang kamu jual, baik itu sayur, perabot dapur, hard tech, hingga alat medis, usahakan selalu mempersonalisasikan protagonis dalam cerita. Ciptakan karakter protagonis ini tampak nyata sehingga audiens tidak sabar apa yang akan terjadi selanjutnya. Mereka merasa terlibat dan masuk ke dalam cerita yang diperankan oleh protagonis tersebut.

Contohnya datang dari brand Subway, sebuah restoran cepat saji yang mengusung healthy food. Subway terkenal mengambil kesempatan untuk menaikkan pendapatan menjadi berkali lipat. Bagaimana caranya? Ini berawal dari seorang mahasiswa bernama Jared Fogle yang membuktikan bahwa ia bisa menurunkan berat badan dengan luar biasa menggunakan diet sandwich dari Subway.

Cara ini jauh lebih menarik daripada melakukan promo pilihan sandwich baru yang lebih sehat. Fogle menggunakan produk Subway untuk merealisasikan kehidupan yang lebih baik. Mulanya, ceritanya ditulis di koran kampus, hingga selanjutnya ia menjadi aset oleh waralaba Subway lokal, dan berlanjut oleh agen iklan Subway Chicago. Cerita Fogle mengalir sebagai kampanye utama untuk Subway selama 10 tahun dan berhasil meningkatkan pendapatan perusahaan tersebut.

4. Tidak otentik

Ada sebuah cerita yang menggambarkan tentang hal yang tidak otentik. Di Washington, terdapat pusat perawatan kanker besar yang pernah bertanya kepada seorang pasien bernama Audrey untuk menggunakan fotonya dalam kampanye kesadaran kanker. Ia kebetulan adalah atlet triatlon. Saat iklan tersebut mulai dijalankan (kala itu di bus dan majalah), Audrey dan jaringannya (teman, keluarga, hingga rekan sesama atlet) sangat terkejut karena ia diposisikan sebagai penyintas kanker. Bagi orang yang mengenal Audrey, institusi tersebut telah mencoreng kredibilitasnya. Bagaimanapun, orang ingin mendengar dan tergerak oleh kisah nyata. Maka dari itu, jadikan cerita sebagai bagian dari budayamu, sehingga dapat mengakar kuat dan direpresentasikan dalam setiap kegiatan yang ada di perusahaan.

Itu tadi beberapa kesalahan yang umumnya terjadi ketika seseorang sedang melakukan storytelling. Apakah kamu pernah melakukan salah satunya? Atau bagaimana strategimu dalam memanfaatkan cerita untuk menambah nilai perusahaan atau produkmu?

. . .

Gerakan Nasional 1000 Startup Digital adalah upaya bahu membahu penggerak ekosistem startup digital Indonesia untuk saling terkoneksi, saling berbagi pengetahuan dan pengalaman.

Diinisiasi sejak 2016, gerakan ini diharapkan mendorong terciptanya mencetak startup yang menjadi solusi atas masalah dengan memanfaatkan teknologi digital. #1000StartupDigital memberikan pembinaan bagi calon founder untuk membentuk tim, membuat MVP, hingga meluncurkan produknya ke pasar.

Karena Indonesia maju, #MulaiDariKamu!

Bagikan artikel ini