fbpx

Gak Perlu Berkelit, Begini Cara Menghadapi Obrolan yang Sulit

Saat lagi ngobrol sama orang lain, mungkin ada hal yang membuat kita ngerasa nggak nyaman. Contohnya karena topik yang dibahas adalah tentang penilaian kinerja yang mungkin membuatmu deg-degan, kritikan dari atasan, atau penolakan yang diterima tim account executive dari penawaran yang ditujukan untuk client.

Pada artikel kali ini, kita akan mempelajari beberapa cara yang bisa digunakan saat menghadapi obrolan yang sulit. Namun, sebelum itu, kita cari tahu dulu apa saja yang menjadi penyebab percakapan menjadi kaku, kurang ‘ngalir’, atau kesulitan lainnya saat sedang mengobrol:

Nggak Pede

Jadi karena kita merasa bahwa nada dari lawan bicara kita terdengar mengintimidasi. Atau ini pertama kalinya mengobrol dengan lawan bicara sehingga kita belum mengenal betul seperti apa karakternya dan bagaimana cara meresponnya.

Takut Ditolak

Sebagai makhluk sosial, manusia pasti ingin diakui dan merasa diterima oleh lingkungan sekitarnya. Begitu pun situasinya saat ada di dalam percakapan. Rasa takut ditolak idenya, atau saat bernegosiasi, kerap menjadi penghalang dan membuat percakapan tidak tersampaikan pesannya secara utuh, karena ada beberapa hal yang kita hindari untuk disampaikan.

Takut Menyakiti Orang Lain

Saat berbicara, peluang untuk timbul konflik akan selalu ada. Entah itu perbedaan pendapat dan berdebat, adalah hal yang wajar terjadi dalam sebuah percakapan. Dari sini, kemudian akan timbul perasaan takut menyakiti hati orang lain dan menghindari adanya perselisihan.

Tidak Menyampaikan Tujuan dan Maksud dengan Jelas

Dalam setiap komunikasi yang tercipta, akan selalu ada pesan yang disampaikan. Banyak orang terjebak di dalam obrolan yang ‘nggak nyambung’ atau kesannya membicarakan yang ‘itu-itu aja’ sehingga membuat percakapan menjadi sulit dan terkesan kabur maknanya.

Untuk mengatasi hal-hal di atas, teknik di bawah ini akan membantumu membuat obrolanmu lebih lancar dan menghindarkan dari terjadinya percakapan yang sulit.

Jangan Lupakan Persiapan

Bak mau perang, kamu harus punya pedang dan tameng untuk menyerang dan bertahan. Begitu pula saat terlibat dalam sebuah percakapan, kamu harus punya persiapan mental dan emosional.

Percayalah, persiapan yang kamu lakukan akan menambah kepercayaan diri karena kamu sudah memahami poin apa saja yang akan kamu katakan. Kamu juga bisa memikirkan respon dari feedback yang diberikan oleh lawan bicara. Cari tahu juga profil dari orang yang akan kamu temui. Ini sangat penting untuk mengenal karakter lawan bicara agar pembicaraan nggak kaku.

Setidaknya, jika percakapan yang sulit terjadi, kamu sudah tahu respon seperti apa yang akan kamu berikan. Hal lain yang menentukan kondusif atau tidaknya sebuah pembicaraan adalah lokasi atau setting tempat. Misalnya, kamu sedang dealing project di kafe yang sedang ada live music. Tentu hal ini bisa mengganggu suasana saat ngobrol. Semakin kondusif tempat ngobrolnya, maka pembicaraannya juga semakin menyenangkan.

Buang Jauh Asumsi

Pada dasarnya, asumsi itu seperti jebakan yang ada di depan mata. Terasa dekat, karena kita sendiri yang membuat asumsi tersebut, seakan asumsi tersebut memang valid. Asumsi bisa muncul terutama jika kita sudah sangat mengenal lawan bicara dan melihatnya dari sisi kacamata yang sama.

Padahal bisa jadi dia punya pandangan yang berbeda. Solusinya adalah cobalah untuk membuka pikiran akan peluang dan pendapat dari orang lain. Belajarlah untuk respect terhadap pandangan orang lain. Dengan ini
maka kamu berhasil membuka perspektif dan memberikan ruang bagi mereka untuk berekspresi.

Menjadi Setara

Sikap ‘minder’ bisa muncul ketika percakapan berlangsung. Pada umumnya, hal ini bisa terjadi karena adanya perbedaan. Misal perbedaan usia, jabatan (antara atasan dengan staf), status pekerjaan (misal antara aktor dengan fans), atau beberapa pihak merasa bahwa pihak lain memiliki pengalaman lebih banyak, sedangkan dirinya sendiri masih merasa kurang mampu.

Ini merupakan sikap inferior yang harus dibuang jauh-jauh. Sebaliknya, tumbuhkan sikap percaya diri bahwa kita semua mampu menjalankan obrolan ini dengan baik. Caranya, kembali lagi ke poin pertama untuk melakukan persiapan dengan matang. Pembicaraan akan menjadi sulit jika salah satu orang merasa lebih paham dan lebih mengerti daripada yang lainnya.

Cobalah tidak memposisikan diri untuk lebih unggul atau kurang unggul dari lawan bicaramu. Jadilah setara atau selevel. Lakukan kontak mata saat berbicara dan gestur tubuh yang menandakan kalau kamu mendengarkan, menghormati, dan memahami sudut pandang mereka. Jangan mencoba untuk terlalu mendominasi percakapan atau mengambil alih sehingga kesannya kamu tidak memberikan ruang berbicara untuk mereka.

Buat Percakapan Menjadi Sejelas Mungkin

Salah satu penyebab percakapan menjadi sulit adalah karena terjadinya miskomunikasi. Solusi untuk menghadapi hal ini adalah menjelaskan tentang maksud yang kita inginkan kepada lawan bicara. Buat ia paham serta mengerti dengan apa yang kita sampaikan. Kamu juga bisa memberikan contoh spesifik untuk mendukung pernyataanmu sehingga lawan bicaramu punya perspektif yang sama denganmu.

Terakhir, kamu akan bisa punya obrolan yang berkualitas jika sering berlatih. Cobalah untuk menyampaikan ide dan gagasan, minimal kepada teman terdekat. Kemudian jika sudah terbiasa, kamu bisa mengajak orang lain di sekitarmu untuk membangun percakapan yang kondusif dan menyenangkan.

. . .

Artikel ini telah terbit pada Buku Saku RINTISAN Edisi 4: Leadership. Silakan klik link ini untuk membaca artikel eksklusif lainnya di RINTISAN.

Bagikan artikel ini