fbpx

Buyer Persona: ‘Sosok’ yang Bisa Selamatkan Startup dari Kesalahan Merugikan

Salah satu alasan terbesar mengapa rencana pemasaran startup gagal adalah karena mereka tidak memperlakukan pelanggan potensial selayaknya ‘sesama manusia’. Ini adalah kesalahan yang mudah dilakukan.

Ketika kamu memiliki KPI target untuk dipenuhi, kamu harus berpikir dalam hal angka dan metrik. Tetapi, jika kamu mulai melihat dunia hanya melalui lensa angka dan mulai mengabaikan elemen manusia, sangat besar kemungkinan pesanmu tak akan sampai ke audiensmu.

Lalu, apa solusinya? Buatlah buyer persona, atau disebut persona pembeli.

Persona pembeli adalah representasi fiktif dari pelanggan ideal kamu, berdasarkan data nyata dan dikategorikan berdasarkan segmen pasar.

Saat kamu membayangkan ‘orang’ yang ingin kamu rangkul saat membuat konten dan pesan pemasaran kamu, kemungkinan besar kamu akan menciptakan sesuatu yang relevan dan bermakna bagi mereka.

Agar persona pembeli ini efektif, mereka harus didasarkan pada data nyata, bukan hanya berdasarkan asumsi atau apa yang kamu anggap benar berdasarkan pengalaman kamu sendiri dengan beberapa orang yang kamu kenal.

Lantas, bagaimana kamu bisa menemukan informasi ini sebagai startup, tanpa kelompok pelanggan yang ada untuk dipelajari dan tidak memiliki anggaran besar untuk riset pasar?

Nah, begini caranya:

1. Mulai dari Hal Kecil

Jika kamu menargetkan beberapa segmen pasar, kamu harus fokus hanya pada beberapa persona untuk memulai. Lebih baik mengetahui dan memahami beberapa persona secara menyeluruh daripada memiliki pemahaman hanya di tingkat permukaan tentang banyak persona.

Setelah kamu berhasil menjalankan kampanye yang didasarkan pada persona awal kamu, kamu bisa mulai membuat persona lebih banyak lagi.

2. Buat Wawancara

Meskipun wawancara membutuhkan lebih banyak waktu daripada survei atau kelompok fokus, teknik ini relatif lebih murah dan mudah dilakukan.

Survei memiliki tingkat respons yang rendah, jadi kamu harus menemukan ribuan orang di pasar target kamu untuk dikirimi.

Grup fokus cenderung mahal karena kamu menghosting sekelompok individu di sebuah tempat atau platform. Wawancara, di sisi lain, dapat dilakukan melalui telepon.

Kamu hanya membutuhkan sekitar belasan orang jika kamu mendapatkan sampel yang benar-benar representatif dari audiens target kamu.

3. Tanya ‘mengapa’. Gali terus.

Selama wawancara kamu, jangan takut untuk menggali jawaban yang diberikan orang. Tanya “kenapa?” untuk mencari tahu apa yang mendasari jawaban.

4. Carilah kesamaan

Saat kamu melakukan wawancara, kamu akan mulai melihat tumpang tindih dalam tanggapan.

Setelah kamu menyelesaikan semua percakapan kamu, analisis semua tanggapan dan cari jawaban yang muncul di sebagian besar wawancara — inilah hal-hal yang ingin kamu fokuskan.

5. Buat ‘persona’ gabungan kamu

Langkah terakhir adalah membangun karakter persona kamu. Beri nama fiktif, dan jelaskan siapa dia dan apa yang dia pedulikan. Buat cerita yang mampu ‘menghidupkan’ orang tersebut.

Sekarang, saat kamu membuat kampanye pemasaran, kamu dan tim pemasaran kamu memiliki titik referensi yang akurat. Saat kamu bertanya-tanya apakah tagline tertentu akan beresonansi, “tanyakan” persona target kamu.

Saat kamu mempertimbangkan media sosial mana untuk mempromosikan iklan baru kamu, kamu tidak akan membuang-buang uang untuk platform yang tidak digunakan audiens kamu.

Persona tidak hanya membuat pemasaran kamu lebih efektif, tetapi juga menyelamatkan kamu dari kesalahan yang merugikan.

Referensi:
https://www.startups.com/library/expert-advice/how-startups-can-build-effective-buyer-personas#1000StartupDigital

. . .

— Tulisan dibuat oleh Sattwika Duhita.

Bagikan artikel ini