fbpx

Belajar Cara Mengenal Konsumen dan Menjadi Unggul di Temu Gagasan Rintisan: B2B, B2C dan B2G

Serunya bertemu dan menggali inti Rintisan bersama para founder dan pegiat startup digital!

Sabtu, 18 November 2023 kemarin, untuk pertama kalinya Temu Gagasan Rintisan diadakan di Surabaya! Kali ini, Temu Gagasan membahas isi Buku Saku Rintisan sekaligus menjadi momen perilisan volume terbaru Rintisan, yaitu Vol. 33 yang bertemakan B2B, B2C dan B2G.

Di edisi Temu Gagasan ini, para peserta diajak untuk memahami dimensi bisnis dalam sebuah startup. Beragam tips, wawasan, dan pengalaman dari founder dan ahli digital dibagikan di sini, khusunya terkait cara mengenal dan menjalin hubungan yang baik dengan konsumen baik dalam dimensi B2B (Business to Business), B2C (Business to Customer), dan B2G (Business to Government).

Acara ini terbagi menjadi dua panel. Pada panel pertama, dihadirkan dua pembicara yang membawakan tema “Crafting Innovation Across B2B, B2C, and B2G Dimensions.” Kedua pembicara diantaranya adalah Ahmad Rizqi Meydiarso (CEO, Feedloop) dan Rizki T. Susetiadi (Product Manager, IDCloudHost). Berbagai pengalaman berharga serta tips and tricks dalam dunia bisnis menjadi inti pembicaraan yang seru di sesi Panel ini.

Ketika membahas terkait model bisnis, Rizqi mengatakan memilih model bisnis yang tepat sangatlah penting karena kita tidak bisa terus bergantung pada pendanaan, karena fungsi pendanaan adalah sebagai kick start awal startup.

“Pendanaan itu seperti mesin yang harus kita putar dulu. Pada akhirnya, sebuah mesin tadi harus terus perputar. Nah, mesin yang berputar harus punya revenue. Revenue-nya dari mana? Itu kita harus pilih. Secara bisnis model, itu kita punya produk, ada value proposition dari produk itu, kita decide siapa yang beli. Yang beli bisa perorangan, bisa bisnis, bisa government,” ujar Rizqi.

Lalu, bagaimana cara untuk memutuskan model bisnis kita? Menurut Rizqi, ini bergantung pada pain points yang mau kita selesaikan. Jika B2C, berarti pain points langsung berasal dari user. Jika B2B, berarti kita memberikan solusi dari suatu proses bisnis. Jika B2G, pastikan produk kita mendukung program dan kegiatan pemerintah yang sedang berjalan.

Rizki T. Susetiadi menambahkan, mengetahui arah market kita sangatlah penting demi bisa mendapatkan revenue.

“Kalau marketnya massa, berarti kamu harus hadir kan di dalam mass market. Maka marketing-nya yang harus kenceng. Kamu pengen jadi Gojek, kalau kamu nggak ada di social media, gimana orang mau pesen Gojek? Kamu mau jadi Tokped, tapi kalau kamu nggak punya penjual banyak, pengguna banyak, nggak akan terjadi transaksi.”

“Ketika di B2G, kamu harus tahu dulu apa yang sedang dicari oleh pemerintah. Jangan pemerintah lagi mau pemilu, kamu bicaranya adalah tentang program-program yang tidak relate dengan apa yang sedang dilakukan pemerintah. Kalau B2B itu kamu harus punya network, kamu harus bisa menganalisa proses bisnisnya. Mostly, kalau B2B itu kita harus jadi solusi dari proses bisnisnya. Kalau B2C, kita memikirkan apa yang orang butuhkan tapi mereka belum kepikiran,” ujar Rizki.

Setelah panel pertama usai, acara dilanjutkan dengan sesi Panel Profil Startup bersama Dedhy Bharoto Trunoyudho (COO, Garda Pangan) sebagai pembicara, serta L. Yumna Fariha (Facilitator, I’m Remarkable) sebagai moderator.

Sebagai startup yang bergerak di bidang social entrepreunership, Garda Pangan berusaha memberikan solusi atas isu sampah makanan di Indonesia. Startup ini membantu banyak industri makanan untuk mengelola makanan berlebih, yang kemudian didonasikan kepada masyarakat yang membutuhkan. Selain didonasikan, sisa makanan juga akan dioleh menjadi alternatif pakan ternak berprotein tinggi.

Dedhy sendiri merupakan alumni program Gerakan Nasional 1000 Startup Digital di mana ia berhasil membawa ide dan gagasannya sampai ke tahap Demo Day. Lewat program 1000 Startup Digital, Dedhy mendapatkan modal ilmu dari para mentor dan membuka pintu-pintu peluang untuk perkembangan startupnya.

Ada satu pesan penting yang Dedhy sampaikan kepada calon founder di Indonesia, yaitu pentingnya tekad dan kesabaran dalam mendirikan sebuah usaha yang kita cita-citakan. Menurutnya, suatu hasil tidak bisa diraih secara instan. Butuh kerja keras dan sifat tahan banting akan hal-hal yang tidak sesuai dengan ekspetasi kita. Tidak jarang, setelah 6 bulan atau bahkan 1 tahun mendirikan startup, kita belum juga membuahkan hasil. Namun, jika kita langsung patah semangat begitu saja, kita tidak akan bisa tahu hasil yang bisa kita capai ke depannya.

“Sekarang itu ketika semua serba instan, orang akan cenderung bisa mengharapkan hasil yang instan. Dan ketika orang tidak melihat hasil yang dia lihat setelah 6 bulan, setahun, tidak ada hasilnya, yaudah akhirnya down. Padahal kan sayang. Sama seperti dulu saya approach ke hotel, dari 2018 sampai 2021, terus nggak dapat partner. Kalau dari 2021 awal kita nggak lanjut, kita nggak akan bisa dapat partner sebanyak ini dan dapat exposure sebanyak ini,” pesan Dedhy.

Itulah beberapa poin penting dari sekian banyak ilmu berharga yang bisa didapat dari acara Temu Gagasan edisi B2B, B2C dan B2G! Kamu ingin menghadiri acara Temu Gagasan selanjutnya? Pantengin terus media sosial @1000StartupDigital untuk mendapatkan info terbaru seputar pendaftaran Temu Gagasan!

Sampai bertemu di Temu Gagasan berikutnya!

. . .

Gerakan Nasional 1000 Startup Digital adalah upaya bahu membahu penggerak ekosistem startup digital Indonesia untuk saling terkoneksi, saling berbagi pengetahuan dan pengalaman.

Diinisiasi sejak 2016, gerakan ini diharapkan mendorong terciptanya mencetak startup yang menjadi solusi atas masalah dengan memanfaatkan teknologi digital. #1000StartupDigital memberikan pembinaan bagi calon founder untuk membentuk tim, membuat MVP, hingga meluncurkan produknya ke pasar.

Karena Indonesia maju, #MulaiDariKamu!

Bagikan artikel ini