fbpx

Bagaimana Menciptakan Budaya Kerja yang Berkualitas?

Produk yang berkualitas, berapa pun rentang harganya, akan selalu dicari oleh konsumen. Misalnya, produk yang bermain di harga rendah pun, orang akan tetap mencari produk yang ‘bagus dan murah’. Apalagi jika harga produk mahal, kualitas seakan sudah menjadi kewajiban karena harus sebanding, bahkan melebihi dari harga yang dibayarkan oleh konsumen. Kesimpulannya, apa pun produknya, kualitas sangatlah penting.

Saat ini, hampir sebagian besar konsumen adalah orang yang cerdas dan cermat dalam mengambil keputusan pembelian. Mereka tidak segan mencari testimoni atau ulasan produk dari pelanggan terdahulu, menggulirkan layar smartphone dan membandingkan merek satu dengan lainnya, hingga mungkin menemukan data objektif yang disajikan oleh institusi misalnya Consumer Reports.

Bahkan, konsumen yang kecewa akan kualitas produk, berani menyuarakan pendapatnya di media sosial. Hal ini bisa saja membahayakan reputasi merek, hingga berimbas ke penurunan penjualan. Oleh karena itu, jika diurutkan hingga ke akar, produk yang berkualitas dapat tercipta apabila perusahaan membangun budaya kerja yang berorientasi akan kualitas. Lalu, bagaimana cara membangun budaya kualitas tersebut? Artikel ini akan menyajikan beberapa langkah dalam membangun budaya kualitas, dilansir dari artikel yang dipublikasikan oleh Harvard Business Review.

Penekanan kepemimpinan

Hal yang umumnya menjadi tantangan adalah, para pemimpin punya iktikad baik untuk menunjukkan kualitas, tetapi ada kesenjangan antara apa yang mereka katakan dengan apa yang dilakukan. Dampak buruknya, karyawan menjadi bias tentang arti kualitas, dan mempertanyakan apakah kualitas benar-benar penting. Contohnya datang dari perusahaan media penyimpanan, yaitu Seagate, yang menggunakan rangkaian mekanisme keterlibatan kepemimpinan untuk membantu para eksekutif mengidentifikasi kesenjangan antara keputusan mereka dan budaya perusahaan.

Caranya dengan menyepakati budaya ideal dan perilaku apa saja yang dibutuhkan untuk mencapai budaya berorientasi kualitas. Langkah berikutnya, tim kualitas dan SDM akan membandingkan definisi ‘budaya ideal’ tersebut dengan pengamatan karyawan yang menceritakan tentang hal-hal yang perlu diperbaiki. Kemudian para pemimpin mengikuti lokakarya agar mereka berhasil dalam menemukan perilaku yang menghalangi mereka mencapai tujuan (yang sudah dibicarakan atau dinyatakan). Cerita tersebut merupakan kisah nyata tentang penerapan penekanan kepemimpinan terhadap budaya kualitas.

Memastikan kredibilitas pesan

Sepertinya hampir semua perusahaan mengunggulkan kualitas produk mereka di setiap pesan atau slogan. Namun hal itu akan sia-sia apabila pesan tersebut tidak dipercaya oleh karyawan. Para pemimpin yang kreatif dan cerdas paham betul tentang bagaimana menciptakan pesan yang berkualitas. Apa pun kampanyenya, pesan harus selalu ‘segar’ dan update sehingga beresonansi dengan karyawan, atau mereka merasa relevan dengan apa yang disampaikan oleh para pemimpinnya. Manajer dan pimpinan tim harus secara teratur menguji pesan dengan karyawan mereka serta memanfaatkan umpan balik untuk perbaikan secara terus-menerus.

Meningkatkan kepemilikan dan pemberdayaan karyawan

Salah satu ciri dari budaya kualitas adalah karyawan bebas untuk memberi penilaian dalam situasi yang di luar aturan. Ini dapat dicapai dengan memberikan bimbingan yang tepat. Memberikan kebebasan selain di luar aturan, artinya memberikan karyawan ruang untuk berkreasi. Tidak hanya itu, karyawan juga bisa mengambil tindakan diskresi, yaitu bebas mengambil keputusan sendiri dalam situasi yang dihadapi (ini tentu ada pengecualian dan peraturan yang berlaku, tidak semata-mata ‘bebas’). Karyawan juga bisa menciptakan peluang dengan mengamati tindakan berkualitas yang ada di luar aturan. Selain itu, sesi diskusi kelompok dapat diciptakan untuk menentukan akar penyebab kesalahan dan mengidentifikasi tindakan korektif untuk meminimalisir terjadinya kesalahan.

Untuk menciptakan budaya kualitas, maka perusahaan perlu mencoba satu-persatu dan melakukan banyak eksperimen. Tentu saja aturan tiap perusahaan akan berbeda. Namun, satu hal yang pasti, budaya berorientasi kualitas digerakkan oleh pemimpin perusahaan yang punya empati dan menerapkan nilai-nilai perusahaan dengan harapan dapat mengeluarkan produk-produk berkualitas yang dapat memecahkan masalah konsumen.

. . .

Gerakan Nasional 1000 Startup Digital adalah upaya bahu membahu penggerak ekosistem startup digital Indonesia untuk saling terkoneksi, saling berbagi pengetahuan dan pengalaman.

Diinisiasi sejak 2016, gerakan ini diharapkan mendorong terciptanya mencetak startup yang menjadi solusi atas masalah dengan memanfaatkan teknologi digital. #1000StartupDigital memberikan pembinaan bagi calon founder untuk membentuk tim, membuat MVP, hingga meluncurkan produknya ke pasar.

Karena Indonesia maju, #MulaiDariKamu!

Bagikan artikel ini