fbpx

Bagaimana Memprioritaskan Teknologi Dalam Pengembangan Produk?

Pertimbangan awal: kapan targetmu untuk mencapai 10.000 user?

“Kalau jualan makanan kan harus beli bahannya dulu, dimasak, dibungkus, disajiin atau dianter. Kalau anak startup mah enak ya, sekali bikin, udah deh dapet uang terus kalau usernya banyak.”

Tak sedikit orang yang berpikir bikin startup yang produknya web atau app itu gampang. Jangan bilang kalau kamu adalah salah satunya di antara mereka ya!

Dalam membangun produk teknologi, banyak sekali riset yang harus dilakukan untuk memastikan fitur sesuai dengan kebutuhan pengguna.

Dari riset yang dilakukan, banyak penyesuaian yang harus dilakukan. Ada yang mudah, ada yang susah. Pertanyaannya, yang mana dulu nih yang diprioritaskan?

Jangan-jangan, pas udah develop fitur sesuai feedback pengguna, tahunya nggak kepake?

Sebagai renungan, tonton dulu nih video-nya Chief Financial Officer-nya Zoom:

Dalam 3 bulan, jumlah pengguna Zoom naik dari awalnya 10 juta…jadi 200 juta! Wih, dengan banyaknya isu keamanan yang diresahkan, gimana nge-handlenya tuh ya?

Gimana milih tools teknologi terbaik kalau startup kita mau scale?

Untuk menjawab pertanyaan itu, harus kita lihat dari banyak sudut pandang!

Biasanya untuk co-founder dengan bidang teknologi (hacker) bahasnya ini nih:

Sumber: Slide Mas Reydi

Hal di atas, biasanya bikin co-founder yang latar belakangnya bisnis (hustler) dan desain (hipster) bingung. Memang, platform di atas itu punya kelebihannya masing-masing. Ada yang lebih canggih tapi ribet bikinnya. Ada yang mudah dan cepet bikinnya, tapi kalau user tambah banyak, performanya jadi turun. Nah, makanya kita harus lihat sudut pandang yang lebih luas dan strategis.

Namun, untuk memilih yang cocok, ada beberapa pertimbangan yang harus masuk dalam hitungan bagi para sahabat founder sekalian.

1. Business Priorities vs Tech Agenda

Ingat, bikin startup itu utamanya bukan canggih-canggihan produk. Tapi, bikin produk yang bisa menyelesaikan masalah-nya user. Kejar ketepatgunaannya. Kalau mau canggih-canggihan, salurkan dengan ikutan hackathon aja.

Oh iya, yang perlu diingat juga nih. Terpenting. Apapun teknologi yang mau kamu pakai, kamu harus pikirkan, nanti buat nyari talent yang bisa ngerjainnya gampang ngga? Kalau baru sanggup rekrut-rekrut anak magang yang masih kuliah, kamu harus luangin waktu untuk ngajarin lho.

2. Making Money vs Maintainable Infrastructure

Oke, mungkin kamu udah punya rencana untuk infrastruktur teknologi yang mantap. Tapi uangnya belum ada. Silakan putar otak, cari alternatif basic yang sanggup kamu bayar, namun ga mengurangi performa produkmu. Sarannya, fokus kejar product-market fit dulu, biar keliatan duitnya, baru deh mantapin infrastruktur semaumu.

3. Product Usability vs Maintainable Code

Sebelum menyentuh angka 10.000 user atau mencapai BEP (break even point), dahulukan usability daripada maintainability. Ya, walaupun bagusnya kalau bisa sejalan dua-duanya, lihat dulu, resource yang ngerjainnya menyanggupi ngga? Jangan sampai keteteran~

. . .

Artikel ini berdasarkan sesi Inkubasi Minggu ke-1 dengan topik “Building a Scalable Technology Stack” oleh Reydi Sutandang, Chief Technology Officer Happy5 pada 4 April 2020.

Bagikan artikel ini