fbpx

Bagaimana Agar Karir Kita Tidak Punah oleh AI?

Jika ada satu hal yang paling hits dan booming di tahun ini, tidak lain jawabannya adalah teknologi kecerdasan buatan. Banyak orang membicarakan, dan tentu saja menggunakan ChatGPT. Penggantinya yang baru saja diluncurkan, yaitu GPT-4 menjadi bahan pembicaraan yang ‘panas’, terutama terkait dengan masa depan bisnis, pekerjaan, dan pembelajaran.

Dikutip dari artikel Harvard Business Review, ChatGPT menjadi aplikasi konsumen dengan pertumbuhan tercepat dalam sejarah, bahkan sanggup melampaui Instagram dan TikTok. Banyak perusahaan besar yang was-was dengan hadirnya teknologi AI. Di satu sisi, memang teknologi tersebut membantu kehidupan manusia. Namun, di sisi lain, sekaligus dapat menghancurkan banyak hal, termasuk profesi manusia. Lucunya, sekaligus pahitnya, manusia punya saingan baru, bukan hanya kompetitor atau orang lain, melainkan pesaingnya adalah mesin (AI).

Hal itu membuat setiap individu perlu melakukan banyak upaya agar tidak ‘punah’ ditelan oleh teknologi. Seperti apa strategi yang dapat dilakukan agar masa depan karir kita tidak terancam oleh AI? Simak ulasannya di bawah ini, seperti yang dikutip dari artikel Harvard Business Review.

1. Menghindari hal-hal yang dapat diprediksi

Satu hal yang penting diingat adalah, AI tidak dapat menghasilkan wawasan yang baru. Sejatinya, AI adalah mesin canggih yang dapat membuat prediksi dengan menebak kata berikutnya yang paling mungkin untuk muncul. Meskipun GPT-4 adalah mesin ampuh untuk menghasilkan ide dan membuat draft awal, kamu bisa tetap terlihat berbeda dengan melakukan hal sebaliknya yang disarankan oleh AI. Dengan kata lain, kamu dapat melawan kebijaksanaan konvensional atau memberikan sesuatu yang tidak dapat diprediksi. Contohnya adalah sesuatu yang lebih humanis, seperti merangkul kepribadian manusia, memberanikan diri mengungkapkan kebetulan yang terjadi, serta ketidakpastian yang selalu muncul dalam hidup manusia.

2. Mengasah keterampilan yang ingin ditiru oleh mesin

Walaupun saat ini AI dapat memberikan tanggapan dan menunjukkan empati, memberikan suguhan hal-hal berbau kreativitas, hingga menghasilkan lelucon, akan tetapi semua hal tersebut masih didasarkan pada prediksi teks. Celahnya, AI saat ini belum mampu menampilkan sisi manusia. Jika manusia bisa terhubung untuk menanggapi emosi dan meresponnya secara langsung, AI belum mampu melakukannya. Manusia benar-benar memahami dan peduli terhadap apa yang dipikirkan dan dirasakan oleh orang lain. Manusia juga dapat memahami diri sendiri dan dapat menciptakan sesuatu yang belum bisa dilakukan oleh mesin. Ini adalah kekuatan untuk membedakan diri dengan AI.

3. Menggandakan ‘dunia nyata’

Teknologi AI menguasai dunia digital. Namun, tidak dengan apa yang dilakukan oleh manusia. Kita hidup di dunia realita, di mana kita berbicara dengan anggota keluarga, lewat di depan rumah orang lain dan menyapa tetangga, melakukan meeting di tempat kerja, dan lain-lain yang berinteraksi dengan manusia. Ini yang penting untuk diketahui di mana AI tidak punya kuasa untuk melakukan hubungan analog layaknya manusia. Teknologi yang mengesampingkan interaksi kehidupan nyata, seperti hubungan kita dengan orang lain akan menurunkan kesejahteraan manusia. Oleh karena itu, teknologi tersebut harus dikelola dengan sangat hati-hati.

4. Mengembangkan merek pribadi

Kekuatan merek masih menjadi kekuatan yang membuat seseorang punya nilai tambah, dibandingkan dengan teknologi AI. Para pemimpin perusahaan bersedia membayar mahal agar dapat bekerja dengan orang-orang yang dipandang sebagai orang paling ahli di bidangnya. Untuk itu, mengembangkan personal branding dapat memberikan sisi lebih baik, selain harus terus mengembangkan keterampilan utama dan pendukung.

5. Mengembangkan keahlian

GPT-4 serta teknologi ahli lainnya adalah mesin canggih yang dapat membeberkan fakta dalam hitungan detik. Kekurangannya, fakta-fakta tersebut belum dapat dikonfirmasi kebenarannya secara penuh. Bahkan, ‘halusinasi’ data, atau data yang ternyata tidak benar dapat muncul dan bisa jadi bias atau menimbulkan informasi yang berbahaya. Untuk itu, keterampilan manusia selalu dibutuhkan untuk mengkonfirmasi draft awal yang dihasilkan dari AI. Jadi, walaupun AI merupakan mesin yang canggih, itu tidak dapat dipercaya 100%, karena hasilnya belum pasti akurat. Setidaknya untuk saat ini, teknologi AI belum dapat berjalan sejauh itu. Itu alasannya mengapa mengembangkan keterampilan yang diakui di bidang pekerjaanmu adalah hal yang sangat penting.

Dari kelima hal tersebut, mana yang sudah kamu persiapkan sedari dini? Ingatlah untuk selalu membuka peluang, membangun koneksi, serta mendapatkan wawasan yang tidak mungkin dilakukan lewat AI. Dengan begitu, kita masih memiliki banyak keunggulan kompetitif dan unik yang punya nilai jual.

. . .

Gerakan Nasional 1000 Startup Digital adalah upaya bahu membahu penggerak ekosistem startup digital Indonesia untuk saling terkoneksi, saling berbagi pengetahuan dan pengalaman.

Diinisiasi sejak 2016, gerakan ini diharapkan mendorong terciptanya mencetak startup yang menjadi solusi atas masalah dengan memanfaatkan teknologi digital. #1000StartupDigital memberikan pembinaan bagi calon founder untuk membentuk tim, membuat MVP, hingga meluncurkan produknya ke pasar.

Karena Indonesia maju, #MulaiDariKamu!

Bagikan artikel ini