fbpx

Apakah Jadi CEO Ada Kedaluwarsanya?

Menjadi founder dan menjabat sebagai CEO di startup adalah sebuah langkah besar yang tidak semua orang bisa dapatkan. Terlebih setelah berhasil membangun startup dengan susah payah dan berdarah-darah, pasti rasa kepemilikan yang begitu tinggi tertanam dalam value startup kita, bukan?

Namun, seiring berjalannya waktu dan semakin pesatnya perkembangan perusahaan, akan ada masa di mana founder CEO harus berpikir ulang: apakah masih lanjut untuk duduk di kursi tahta sebagai CEO? Atau harus mundur dan menyerahkan tongkat kepemimpinan CEO pada orang lain? Akankah menjadi CEO ada masa kedaluwarsanya?

Menurut buku The Hard Thing About Hard Things yang ditulis oleh Ben Horowitz, CEO yang efektif harus mengetahui apa saja yang bisa dieksekusi. Menurut Horowitz, founder CEO pada umumnya punya performa terbaiknya di masa awal berdirinya startup dan mulai merasa kesulitan saat perusahaan tumbuh lebih kompleks.

Masalah perusahaan besar akan sangat berbeda dengan early stage startup. Ada banyak hal yang harus dicari solusinya, misalnya berkaitan dengan menurunkan biaya operasional, merampingkan organisasi, mengelola pertambahan karyawan, dan lain-lain.

Jika ternyata menjadi CEO ada kedaluwarsanya, seperti apakah transisi yang bisa dilakukan?

1. Beri jeda dari posisi CEO menuju non-CEO

Ternyata penemuan dari Bradley Hendricks, Travis Howell, dan Christopher Bingham yang dipublikasikan di Harvard Business Review menjelaskan bahwa founder dapat memberikan value paling banyak di awal startup berkembang. Lebih jelasnya, rata-rata terjadi di waktu setelah 6 tahun menjabat sebagai CEO, founder menjadi punya value lebih di posisi non-CEO, misalnya posisi chief yang lain, atau dewan komisaris.

Contoh nyatanya terjadi pada Google. Saat pendapatannya mencapai $100 juta, salah satu investor terbesar Google pada waktu itu adalah Sequoia Capital, yang merasa khawatir jika founder Larry Page dan Sergey Brin tidak cukup memiliki kemampuan manajerial untuk memimpin perusahaan yang berkembang pesat. Sequoia paham benar tentang value yang dibawa oleh para founder, namun berusaha mendorong mereka untuk merekrut CEO eksternal.

Hingga pada akhirnya, jabatan CEO jatuh pada Eric Schmidt yang sukses membawa perusahaan sampai IPO dan bertumbuh lebih baik dari masa sebelumnya. Pada intinya, kolaborasi antara CEO eksternal dan founder harus tetap berjalan. Seperti Schmidt yang membimbing Page dan Brin tentang manajerial, sedangkan ia sendiri juga mengembangkan produk baru dan kegiatan inti bisnis lainnya.

2. Mengikuti kata hati untuk merealisasikan mimpi

Kita hidup pasti punya banyak mimpi. Begitu pula founder, yang pasti punya lebih dari satu mimpi. Oke, mimpi membangun startup sudah tercapai. Lalu selanjutnya, adakah hal lain yang bisa direalisasikan?

Banyak founder yang menjadi CEO sukses kemudian mengundurkan diri untuk mengejar wishlist mereka yang lain. Misalnya saja John Huntsman, Sr. yang meninggalkan Huntsman Chemical untuk membangun Huntsman Cancer Institute. Demikian pula dengan Bill Gates yang mundur dari Microsoft dan fokus membangun Gates Foundation. Di dalam negeri, ada cerita tentang Achmad Zaky yang mundur dari jabatannya sebagai CEO Bukalapak dan sekarang membangun Init 6, perusahaan modal ventura yang punya misi untuk mengembangkan early startup.

Ternyata kuncinya ada pada dukungan peran dari orang-orang di balik layar seorang CEO. Misalnya peran anggota dewan dan eksekutif yang berani mendorong CEO untuk terus mengobarkan api semangatnya sebagai founder. Tidak hanya itu saja, anggota dewan dan eksekutif juga punya peran untuk mengarahkan ke jalur yang dapat membantu CEO mencapai tujuannya. Di sisi lain, founder CEO harus fokus untuk mengembangkan kapasitas diri sebagai CEO sembari introspeksi. Contohnya, “apakah kamu ingin mendedikasikan waktu dan energi untuk perusahaan yang sudah semakin besar?” Jika ternyata jawabannya tidak, pertimbangkan pilihan lain yang mungkin lebih cocok dan selaras dengan misi hidupmu sebagai founder.

3. Melibatkan founder ketika memilih CEO eksternal

Ketika ternyata CEO eksternal harus direkrut dan menggantikan peran founder CEO, akan lebih baik jika founder sudah terlibat sejak awal. Ini terjadi di Apple, di mana Steve Jobs yang secara pribadi mempekerjakan Tim Cook untuk memegang tongkat kekuasaan sebagai CEO di Apple. Akibatnya, harga saham Apple meningkat 1.022% di bawah masa jabatan Cook. Begitu pula yang terjadi di Twitter, di mana founder CEO yaitu Jack Dorsey tiba-tiba mundur dan menyerahkan kekuasaannya pada CTO, Parag Agrawal.

Artikel ini akan ditutup oleh sebuah analogi: seorang founder yang menjadi CEO dapat dengan sukses menaiki satu persatu tangga dalam membangun startupnya. Namun, untuk bisa memenangkan pertarungan dan memperbesar perusahaan, founder CEO bisa jadi lebih baik jika menyerahkan tongkat estafet kepada orang lain yang layak. Semoga artikel ini dapat menjadi bahan introspeksi bagi para founder, baik itu tetap jalan terus, atau mundur secara sukarela demi kebaikan founder maupun perusahaan.

. . .

Gerakan Nasional 1000 Startup Digital adalah upaya bahu membahu penggerak ekosistem startup digital Indonesia untuk saling terkoneksi, saling berbagi pengetahuan dan pengalaman.

Diinisiasi sejak 2016, gerakan ini diharapkan mendorong terciptanya mencetak startup yang menjadi solusi atas masalah dengan memanfaatkan teknologi digital. #1000StartupDigital memberikan pembinaan bagi calon founder untuk membentuk tim, membuat MVP, hingga meluncurkan produknya ke pasar.

Karena Indonesia maju, #MulaiDariKamu!

Bagikan artikel ini