fbpx

AI yang Mampu Mendeteksi Konten yang Ditulis oleh AI

Detektor AI, juga dikenal sebagai detektor tulisan AI atau detektor konten AI, adalah alat yang dirancang untuk mengidentifikasi teks atau output lain yang dihasilkan oleh alat kecerdasan buatan (AI) seperti ChatGPT.

Meskipun alat-alat ini relatif baru dan bersifat eksperimental, mereka dianggap agak tidak dapat diandalkan saat ini. Mereka beroperasi dengan menilai kemungkinan bahwa sebuah tulisan dihasilkan oleh AI, terutama dengan menentukan probabilitas konten yang dihasilkan oleh ChatGPT.

Bagaimana Cara AI Mendeteksi Konten yang Ditulis oleh AI?

Detektor AI umumnya bergantung pada model bahasa yang mirip dengan yang digunakan dalam AI writing tools yang ingin mereka deteksi. Model bahasa pada dasarnya meninjau masukan dan bertanya, “Apakah ini jenis hal yang akan saya tulis?” Jika jawabannya adalah “Ya”, maka disimpulkan bahwa teks tersebut kemungkinan dihasilkan oleh AI.

Demikian pula, teknologi bahasa neural yang digunakan oleh alat deteksi AI dan perangkat lunak penghasil konten serupa belajar dari pengalaman sebelumnya. Oleh karena itu, algoritma dalam detektor AI juga menanyakan pada dirinya sendiri, “Apakah ini jenis teks yang saya latih untuk hasilkan?”

Faktor yang Mempengaruhi Proses Deteksi

1. Kerumitan Teks

Kerumitan dalam teks merujuk pada seberapa mudah atau sulit sebuah teks untuk dipahami. Tulisan AI cenderung lebih mudah dipahami karena menggunakan kata-kata dan kalimat yang lebih sederhana dalam upaya meniru cara manusia menulis. Sebaliknya, saat orang menulis, mereka sering menggunakan cara yang lebih rumit dan kreatif untuk menjelaskan sesuatu, membuat tulisan mereka lebih sulit diprediksi. Itulah sebabnya, alat deteksi AI bisa mengetahui apakah sesuatu ditulis oleh manusia berdasarkan level kerumitan dari teks yang ada.

2. Variasi Kalimat

Variasi kalimat merujuk pada tingkat perbedaan antar kalimat dalam sebuah teks. Ketika sebuah teks memiliki kalimat yang terlihat sama atau mirip, maka teks tersebut dianggap punya tingkat variasi yang rendah dan kemungkinan berasal dari robot. Hal ini karena AI cenderung menulis dengan cara yang mudah ditebak sehingga kalimatnya sering terdengar mirip. Di sisi lain, tulisan manusia cenderung lebih variatif dan beragam karena adanya kreativitas. Jadi, ketika kalimat dalam sebuah teks tidak terlalu berbeda, kemungkinan itu ditulis oleh AI.

Alat Pendeteksi AI vs. Alat Pendeteksi Plagiarisme

Meskipun sama-sama digunakan untuk mencegah kecurangan akademik, alat pendeteksi AI dan alat pendeteksi plagiarisme memiliki cara kerja yang berbeda. Alat pendeteksi AI menilai karakteristik khusus teks seperti kerumitan teks dan variasi kalimat, sementara alat pendeteksi plagiarisme membandingkan teks dengan database sumber yang telah ada.

Meskipun pengecek plagiarisme sering menandai teks yang dihasilkan oleh AI sebagai plagiarisme karena menggunakan sumber tanpa menggunakan kutipan, mereka kurang efektif dalam menemukan tulisan yang dibuat oleh AI dibandingkan dengan detektor AI.

Keakuratan Alat Pendeteksi AI

Meskipun alat pendeteksi AI yang ada saat ini sudah cukup canggih, akurasinya masih belum mencapai angka 100%. Alat-alat pendeteksi AI ini hanya mampu menebak seberapa besar kemungkinan sebuah teks ditulis oleh AI, namun tidak mampu membuat kesimpulan yang pasti. Mereka hanya mampu memberikan label kepada teks yang diperiksa sebagai hasil tulisan manusia atau hasil tulisan AI, dan memberikan hasil dalam bentuk persentase atau probabilitas.

Alat pendeteksi AI juga berpotensi membuat kesalahan dalam hasil deteksinya. Konten yang ditulis oleh manusia juga bisa saja memiliki tingkat kerumitan dan juga variasi kalimat rendah sehingga terlihat seperti tulisan dari AI.

Kesimpulan

Kecerdasan buatan (AI) telah merevolusi pembuatan konten dan deteksi plagiarisme. Dengan detektor AI, kita dapat mengidentifikasi konten yang dihasilkan AI berdasarkan faktor-faktor seperti tingkat kerumitan teks dan juga variasi kalimat. Meskipun demikian, penting untuk disadari bahwa detektor AI juga memiliki keterbatasan dan masih memerlukan pengembangan lebih lanjut. Sebagai pengguna, kita harus bisa memahami kemampuan dan keterbatasan detektor AI untuk menjaga integritas informasi digital.

Kalau kamu tertarik mengeksplorasi lebih dalam mengenai kecerdasan buatan (AI), ingin memperdalam pengetahuan tentang ilmu data serta bagaimana hal tersebut diterapkan dalam berbagai industri, hingga membuka peluang karir sebagai talenta data, bergabunglah dalam Bootcamp Algoritma Data Science School yang memiliki serangkaian program yang membantumu menguasai dunia data di industri yang kamu minati.

Kunjungi algorit.ma untuk mendapatkan informasi lebih lanjut. Tunggu apa lagi, mari bergabung dengan Algoritma sekarang!

. . .

Artikel ini merupakan kontribusi dari Algoritma Data Science School. Algoritma merupakan sekolah data science di Indonesia dengan kurikulum yang relevan dengan industri dan instruktur yang berpengalaman lama di machine learning, Artificial intelligence, dan data visualisasi. Kini, Algoritma telah mendidik lebih dari 1,000 murid dan lebih dari 100 klien korporat.

. . .

Gerakan Nasional 1000 Startup Digital adalah upaya bahu membahu penggerak ekosistem startup digital Indonesia untuk saling terkoneksi, saling berbagi pengetahuan dan pengalaman.

Diinisiasi sejak 2016, gerakan ini diharapkan mendorong terciptanya mencetak startup yang menjadi solusi atas masalah dengan memanfaatkan teknologi digital. #1000StartupDigital memberikan pembinaan bagi calon founder untuk membentuk tim, membuat MVP, hingga meluncurkan produknya ke pasar.

Referensi:
– 
https://medium.com/@nousherhassantariq/ai-detection-countering-chatgpt-automation-today-a5019a205242
– https://www.scribbr.com/ai-tools/how-do-ai-detectors-work/

Bagikan artikel ini