Menganut kata pepatah, “banyak jalan menuju Roma”, di dunia startup dan teknologi juga punya banyak jalan untuk meraup keuntungan sebanyak-banyaknya. Para founder, developer, dan tim hebat yang ada di dalam startup selalu mencari cara agar dapat melakukan monetisasi lewat aplikasi atau layanan yang dibuatnya.
Kali ini, kami akan membeberkan 7 strategi monetisasi aplikasi yang terbukti menghasilkan revenue dan juga relevan di industri masing-masing. Langsung tengok aja, yuk!
1. Affiliate Marketing
Affiliate marketing atau yang biasa disebut dengan afiliasi, mekanismenya sama seperti saat kita menjualkan produk milik orang lain. Pada prinsipnya, afiliasi punya mekanisme yang hampir serupa dengan reseller, yaitu sama-sama menjual produk orang lain. Di dalam afiliasi, juga dilakukan upaya promosi agar calon customer tertarik untuk membeli produk yang kita jual. Perbedaannya, jika reseller mendapatkan keuntungan dari margin yang ditambahkan ke dalam harga pembelian, maka afiliasi keuntungannya didapatkan setelah produk berhasil terjual.
2. Transaction Fees
Biaya transaksi juga disebut dengan komisi. Di mana pada setiap transaksi yang terjadi akan ada pemotongan biaya. Model monetisasi ini termasuk yang paling adil bagi supplier dan juga vendor, karena pemotongan biaya akan terjadi jika barang terjual.
Dengan tidak adanya biaya lainnya seperti biaya di muka (down payment), atau biaya yang akan dikenakan jika tidak melakukan penjualan, strategi monetisasi melalui transaction fees cenderung menarik perhatian vendor untuk bekerja sama dengan supplier atau pengembang.
3. Freemium
Menjadi strategi monetisasi yang cukup banyak digunakan, freemium merupakan layanan gratis yang diberikan kepada user dan menyediakan layanan premium untuk user berbayar. Biasanya monetisasi freemium digunakan untuk startup dengan basis perangkat lunak. Tantangan menggunakan freemium adalah penyampaian message atau value produk harus relevan dan juga powerful kepada calon customer.
4. Advertising
Iklan bisa menjadi salah satu sumber pemasukan yang sangat besar jika strategi penerapannya tepat. Seperti media konvensional layaknya televisi atau koran, pendapatan terbesar mereka juga berasal dari iklan yang dipasang oleh vendor atau pihak ketiga. Pada umumnya, monetisasi melalui iklan bisa digunakan untuk layanan berbasis web atau aplikasi. Syaratnya, platform yang digunakan untuk beriklan harus punya traction yang tinggi sehingga bisa menjadi keunggulan untuk menarik minat pihak ketiga.
5. E-commerce
Monetisasi selanjutnya yang kerap digunakan oleh startup adalah electronic commerce, yang disingkat menjadi e-commerce. Pada prinsipnya, e-commerce ini adalah layanan di mana user bisa berbelanja di platform yang sama seperti layanan utama atau business core dijalankan.
Distribusi dan seluruh transaksinya dilakukan secara online di platform tersebut, mulai dari pemesanan hingga pembayaran. Monetisasi dengan e-commerce berlaku tidak hanya untuk produk fisik saja seperti barang perabotan rumah tangga di Bukalapak atau Tokopedia. Akan tetapi bisa dalam bentuk produk non-fisik, contohnya seperti Adobe yang menjual berbagai macam program atau software secara online.
6. Virtual Goods
Barang virtual termasuk sebagai strategi monetisasi yang kerap digunakan oleh industri game. Sebut saja avatars, coins, skin, hero, costume, pets, weapon, hingga potions, semuanya termasuk ke dalam virtual goods. Mayoritas game, termasuk World of Warcraft, DotA, Farmville, hingga Angry Birds, menjadikan virtual goods sebagai salah satu kanal untuk revenue stream. Di tahun 2015, revenue yang diperoleh DotA dari virtual goods jumlahnya melebihi $238 juta, sebuah angka yang tentu saja tidak main-main. Pertanyaannya, bagaimana memahami virtual goods sebagai salah satu upaya untuk strategi monetisasi?
Salah satu cara memahaminya adalah dengan menjadikan virtual goods bukan sebagai produk, melainkan sebagai layanan yang diberikan oleh bisnis kepada customer. Karena virtual goods dapat meningkatkan pengalaman bermain user. Selain itu, virtual goods bisa menjadi upaya pendekatan kepada komunitas game, tempat di mana mereka menghabiskan banyak waktu untuk berinteraksi dengan gamers lainnya.
7. Subscription
Subscription termasuk cara monetisasi aplikasi yang biasa digunakan oleh banyak industri digital dan teknologi. Beberapa di antaranya adalah bisnis yang berkaitan dengan pendidikan, seperti kursus online, hingga bisnis entertainment. Contohnya langganan musik ataupun movie streaming. Penghasilan dari subscription didapatkan dari biaya yang dibayarkan oleh user per bulan (atau dalam waktu tertentu), hingga per tahun. Monetisasi dengan subscription sangat cocok digunakan untuk layanan yang bisa digunakan dalam jangka panjang. Dampaknya, pemilik bisnis harus rutin melakukan pembaruan aplikasi hingga inovasi fitur atau layanan agar customer melanjutkan subscription dan berhasil menjadi retention customer.
Nah, dari penjelasan di atas, mana yang paling relevan diterapkan di startupmu? Atau mungkin kamu punya kombinasi strategi dari beberapa penjelasan di atas? Jangan lupa segera diskusikan dengan rekan kerjamu supaya idenya bisa segera terealisasi, ya!
Gerakan Nasional 1000 Startup Digital adalah sebuah gerakan untuk mewujudkan potensi Indonesia menjadi The Digital Energy of Asia dengan mencetak startup yang menjadi solusi atas masalah dengan memanfaatkan teknologi digital.
Diinisiasi sejak 2016, #1000StartupDigital berfokus mendorong early-stage startup pada sektor agrikultur, kesehatan, pendidikan, pariwisata, logistik, dan maritim.
Karena Indonesia maju, #MulaiDariKamu!
Bagikan artikel ini