Tumbasin adalah platform aplikasi yang membantu masyarakat dalam berbelanja di pasar tradisional dengan visi memberdayakan pasar tradisional dengan teknologi. Ketiga founders nya: Bayu Mahendra Saubig, Muhammad Fu’ad Hasbi, dan Tri Asworo Mituhu mendirikan Tumbasin pada tahun 2017. Pada bulan September 2020, Tumbasin berada pada fase pendanaan angel round dengan jumlah tim sebanyak 30 orang.
Apa inspirasi awal dalam membuat Tumbasin ini? Apakah berdasarkan sebuah permasalahan di masyarakat atau mungkin berdasarkan tren?
Tumbasin hadir untuk membantu ekosistem pasar tradisional dengan teknologi. Ide ini terwujud karena melihat turunnya pertumbuhan pasar tradisional dari tahun ke tahun hingga -8%. Padahal pasar tradisional merupakan salah satu hal yang memberikan dampak terhadap pilar ekonomi bangsa dan menggerakkan kehidupan masyarakat. Saat ini, tercatat ada 12 juta pedagang pasar tradisional di 14.000 pasar yang tersebar di 512 kota di Indonesia. Melihat peluang dan potensi yang besar, Tumbasin hadir sebagai solusi untuk mendekatkan pasar tradisional dengan masyarakat melalui aplikasi.
Sebelum membuat startup, apa pekerjaan/kegiatan Anda sebelumnya? Mengapa memutuskan untuk membuat startup?
Di akhir tahun 2016, kami mengikuti program 1000 Startup Digital. Di sana, kami bertiga, dengan latar belakang yang berbeda satu sama lain, berkenalan dan akhirnya bersepakat untuk membuat sebuah tim. Dengan dipimpin oleh CEO Bayu Mahendra Saubig, yang sebelumnya bekerja 8 tahun di salah satu BUMN, lalu Muhammad Fuad Hasbi dengan latar belakang pendidikan statistik dan pengalaman kerja di media harian, serta Tri Asworo Mituhu dengan background pendidikan Sistem Informasi.
Kami yakin, dengan visi yang selaras, yakni membantu pasar tradisional untuk bisa go online, maka kami dapat membantu meningkatkan perekonomian dari sektor terkecil, yaitu melalui pasar tradisional.
Alasan terbesar kami mengapa memilih pasar tradisional adalah, karena masalah ini harus diselesaikan oleh banyak pihak. Tidak hanya menunggu pemerintah dalam membangun infrastruktur fisiknya saja, tetapi juga tetapi juga membutuhkan peran dari sisi pedagang dalam meningkatkan penjualan, serta sinergi dari Tumbasin melalui penyediaan sarana teknologi.
Apa tantangan terbesar yang dihadapi saat tahun pertama merintis Tumbasin? Apakah tantangan itu sudah diprediksi sebelumnya atau di luar prediksi?
Kami realistis bahwa tantangan akan selalu ada. Namun, dengan persiapan dan perencanaan yang baik, kami akan lebih siap untuk menghadapinya. Terkait dengan hal itu, tantangan seperti saat validasi customer yang tepat, efisiensi modal, hingga akhirnya mendapatkan customer awal melalui pesan Whatsapp di awal tahun 2017. Dari sini lah, kami mulai bertumbuh dengan mengawali langkah dari pembuatan website hingga ke aplikasi setelah melalui proses riset yang cukup panjang.
Bagaimana perkembangan Tumbasin saat ini? Apa yang sedang fokus dikerjakan sekarang ini?
Tumbasin kini sudah hadir di 8 kota di Indonesia, yakni di Semarang, Yogyakarta, Jakarta, Depok, Bekasi, Tangerang Selatan, Malang, dan Makassar. Jumlah pasar tradisional yang sudah bekerja sama dengan Tumbasin sebanyak 33 pasar. Fokus Tumbasin saat ini adalah meningkatkan jumlah pengguna hingga akhir tahun 2020 di 8 kota tersebut. Selain itu bisa terus menambah pasar tradisional lain untuk bisa bergabung bersama Tumbasin.
Apa keunikan utama yang ditawarkan Tumbasin bagi penggunanya?
Tumbasin sifatnya hyperlocal. Kami menjadikan pasar tradisional sebagai channel operasional kami. Di mana Tumbasin menjadikan pasar tradisional sebagai titik pengambilan barang serta para pedagang pasar sebagai mitra utama. Keunikan yang kami unggulkan adalah menjamin kualitas dan garansi produk kembali jika terbukti barang yang diterima customer kurang memuaskan.
Apa hal yang paling berpengaruh besar pada pertumbuhan Tumbasin?
Peran besar Tumbasin sehingga dapat berkembang hingga saat ini tidak terlepas dari founder yang solid dan bersedia untuk saling mendengarkan jika ada kritik atau saran. Selain itu, kami sadar bahwa dengan membuka networking yang luas, kami bisa mendapatkan banyak masukan dari mentor-mentor yang sudah berpengalaman sebelumnya, juga melakukan iterasi untuk setiap permasalahan agar bisa tercapai solusinya.
Di sisi operasional, kami memastikan pelayanan yang memuaskan bagi customer. Sehingga setiap bulannya, pengguna Tumbasin bisa terus meningkat dengan upaya dan strategi yang telah kami terapkan dan evaluasi secara berkala.
Apa pencapaian terbesar yang diraih Tumbasin?
Sejak pandemi Covid19, kami mengerti bahwa perilaku berbelanja customer mengalami pergeseran besar. Dari sini, Tumbasin hadir sebagai solusi agar customer dapat berbelanja di pasar tradisional tanpa harus keluar rumah. Selain itu, kami bisa melakukan ekspansi ke beberapa kota sejak bulan April 2020 dan dipercaya oleh 2 pemerintah kota, yaitu pemerintah kota Semarang dan Malang untuk melakukan digitalisasi terhadap pasar-pasar tradisional.
Apa prioritas utama dari Tumbasin dalam 2 tahun mendatang?
Tumbasin fokus untuk menambah base customer di tiap kota operasional. Target Tumbasin di awal 2022 adalah bisa beroperasi di 500 pasar tradisional di 30 kota di Indonesia.
Apa mimpi terbesar Anda untuk Tumbasin?
Kami punya keinginan agar Tumbasin bisa beroperasi di seluruh pasar tradisional di Indonesia, yaitu di 512 kota dan kabupaten. Selanjutnya, Tumbasin bisa menjadi solusi utama yang menghubungkan dan mempertemukan pasar tradisional dengan kebutuhan harian masyarakat Indonesia. Dengan ini, pasar tradisional akan memiliki daya saing yang lebih di era dengan pertumbuhan teknologi pesat seperti saat ini.
Tulisan ini juga dipublikasikan pada Buku Saku RINTISAN Volume 3.
Gerakan Nasional 1000 Startup Digital adalah sebuah gerakan untuk mewujudkan potensi Indonesia menjadi The Digital Energy of Asia dengan mencetak startup yang menjadi solusi atas masalah dengan memanfaatkan teknologi digital.
Diinisiasi sejak 2016, #1000StartupDigital berfokus mendorong early-stage startup pada sektor agrikultur, kesehatan, pendidikan, pariwisata, logistik, dan maritim.
Karena Indonesia maju, #MulaiDariKamu!
. . .
— Tulisan dibuat oleh Aulia Mahiranissa.
Bagikan artikel ini