Apa yang membedakan pemimpin sukses dan pemimpin yang biasa saja? Jawabannya terletak pada bagaimana cara mereka menerika kritik dan merespon umpan balik atau feedback.
Umpan balik yang pedas memang menyakitkan. Terkadang hal itu membuat kita marah, kecewa, takut, serta emosi negatif lainnya.
Namun, itulah yang membedakan dan membuat pemimpin sukses menjadi spesial. Mereka berani untuk menerima dan mendengarkan umpan balik kritis dan berhasil melangkah ke depan dengan aksi nyata.
Berdasarkan buku dan penelitian yang dilakukan oleh Kim Scott, Liz Fosslien, dan Mollie West Duffy yang dipublikasikan di Harvard Business Review, berikut adalah langkah spesifik yang dapat diambil oleh pemimpin untuk meminta umpan balik.
1. Membiasakan emosi negatif
Mendengarkan kritik memang tidak menyenangkan. Namun, kamu perlu membiasakan datangnya emosi negatif dari orang lain. Selain untuk melatih mental, kritik dari orang lain adalah umpan balik yang berharga.
Sebagai percobaan, kamu bisa bertanya pada diri sendiri, berapa kali dalam seminggu orang-orang yang bekerja denganmu memberi tahu hal-hal yang membuatmu cemas, kesal, atau bahkan bersikap defensif? Seberapa sering mereka memberitahumu tentang hal-hal yang membuatmu merasa luar biasa?
Jika banyak ucapan dan pujian yang menyenangkan serta tidak ada kritik yang kamu dengar dari orang lain, maka kamu perlu hati-hati. Mungkin saja kamu tidak mendapatkan cerita yang sebenarnya. Bisa jadi, itu hanya cerita yang dibungkus dengan manis aja untuk menyenangkan hatimu (sugar coating).
2. Bertanya kepada orang lain
Mungkin di awal akan terasa aneh untuk meminta masukan dari orang lain terkait dirimu. Agar terkesan natural, kamu bisa mengajukan go-to-question kepada kolegamu seperti, “Hai, apa ada yang bisa aku lakukan untuk memudahkan pekerjaan yang sedang kamu lakukan?”
Dengan meminta satu hal, kamu memperbesar peluang untuk mendapatkan respon yang spesifik dan dapat ditindaklanjuti.
Pertanyaan seperti “Apa yang dapat saya lakukan atau hentikan agar kamu bisa lebih nyaman bekerja dengan saya?” juga merupakan contoh pertanyaan lainnya yang bisa kamu terapkan.
Pertimbangkan untuk menjadikan pertanyaan tersebut sebagai hal rutin saat agenda feedback session atau agenda meeting lainnya secara face to face. Jika tim-mu mengetahui apa yang akan kamu tanyakan sebelumnya, mereka akan memiliki lebih banyak waktu untuk mempersiapkan jawaban yang berguna.
3. Menerima ketidaknyamanan orang lain
Dari pertanyaan sebelumnya yang kamu ajukan, mungkin jawabannya bisa membuat mereka tidak nyaman. Bahkan, kamu sendiri yang merasa tidak nyaman. Satu-satunya solusi adalah melaluinya. Tidak ada jalan lain selain merasakan rasa tidak nyaman yang ada. Saat pertanyaan sudah disampaikan, kamu bisa mencoba untuk diam dan menerima respon mereka. Hitunglah sampai enam detik, perlahan, di kepalamu. Sangat sedikit orang yang mampu bertahan dalam keheningan selama enam detik penuh. Mereka akan memberitahumu sesuatu.
4. Mendengarkan untuk memahami, bukan untuk menanggapi
Ini yang biasanya menjadi tantangan bagi banyak orang. Ketika komunikasi terjadi, akan ada pesan balasan dari orang lain untuk kita. Kerap kali, kita tidak menjadi pendengar yang aktif, akan tetapi lebih memilih untuk fokus menanggapi pesan tersebut.
Coba bedakan kedua percakapan di bawah ini:
Percakapan A: “Saya mendengar apa yang Anda katakan, terima kasih”.
Percakapan B: “Saya mendengar apa yang Anda katakan, tapi…”
Percakapan A merupakan ucapan dari pendengar aktif, sedangkan percakapan B hanya fokus untuk menanggapi namun tidak memahami.
5. Dengarkan dan wujudkan
Cara terbaik agar kamu bisa menjadi penerima umpan balik adalah dengan menindaklanjuti yang telah kamu dapatkan. Kamu dapat membagikan tindakan atau langkah selanjutnya berdasarkan dari apa yang kamu dengar, lihat, dan amati.
Ketika kamu menerima umpan balik yang kritis, kamu perlu melihat itu sebagai kesempatan emas dalam bertumbuh. Segera uraikan apa yang sebaiknya kamu lakukan setelah itu. Kamu tidak perlu muluk-muluk atau berjanji berlebihan untuk melakukan perubahan besar-besaran. Contoh kalimat tanggapan dari umpan balik kritis dari orang lain adalah, “Langkah saya selanjutnya adalah berbicara dengan pemimpin lain untuk melihat kemungkinan yang ada.”
Berani menjadi pemimpin artinya berani membuka ruang bagi orang lain untuk melihat pribadi kita lebih dalam. Berani menjadi pemimpin adalah sebuah langkah dalam menerima ketidakpastian, termasuk ketika menerima umpan balik berupa kritik.
Semoga kamu dapat menerapkan tips di artikel ini, dan menjadikannya kebiasaan menerima umpan balik, ya!
. . .
Gerakan Nasional 1000 Startup Digital adalah upaya bahu membahu penggerak ekosistem startup digital Indonesia untuk saling terkoneksi, saling berbagi pengetahuan dan pengalaman.
Diinisiasi sejak 2016, gerakan ini diharapkan mendorong terciptanya mencetak startup yang menjadi solusi atas masalah dengan memanfaatkan teknologi digital. #1000StartupDigital memberikan pembinaan bagi calon founder untuk membentuk tim, membuat MVP, hingga meluncurkan produknya ke pasar.
Karena Indonesia maju, #MulaiDariKamu!
Bagikan artikel ini