Ketika startup sedang dirintis, modal kerap kali menjadi sebuah hal yang jika tidak diantisipasi dengan cermat, dapat menjadi batu sandungan. Permasalahan terkait pendanaan harus dipikirkan secara matang mulai dari awal startup berdiri, bahkan ketika startup baru mengeluarkan ide-ide briliannya. Tapi, apa saja sekiranya hal yang perlu dipersiapkan oleh pendiri startup terkait dengan pendanaan? Upaya apa yang dilakukan startup agar memperoleh pendanaan?
Bekerja sama dengan GoTo Financial dalam Breakout Session di Ignition Gerakan Nasional 1000 Startup Digital, acara ini dibawakan oleh moderator Rechelle Rumawas, Public Policy & Government Relation GoTo Financial. Hadir sebagai pembicara yaitu Putri Rusli, Head of Merchant Partnership & Brand Strategy GoTo Financial, dan Dea Deviana, Head of Online Payments Strategy Midtrans.
Artikel di bawah ini merangkum diskusi hangat mereka yang bisa kamu baca di sini:
Bootstrapping atau sistem pendanaan yang mengandalkan kekuatan internal dari pendiri, umumnya kerap dilakukan oleh startup yang ada di fase awal. Misalnya mengandalkan dana dari pribadi, hingga meminta bantuan dari teman dekat atau keluarga. Namun, seiring skala pertumbuhan perusahaan yang semakin besar, tentu tidak bisa hanya mengandalkan sistem bootstrapping. Pendiri perlu mencari bantuan dari pihak eksternal terkait pendanaan agar bisnis bisa sustainable. Kemudian, apa saja hal atau resource yang perlu disiapkan ketika akan melakukan pendanaan?
Sebelum melangkah jauh ke sana, mari fokus terlebih dahulu pada tahap bootstrapping. Di tahapan ini, startup pada umumnya belum bisa menghasilkan pendapatan. Sebab, bootstrapping identik dengan startup yang masih ada dalam fase ideation atau tahap mengumpulkan dan mewujudkan ide. Setelah ideation selesai, akan ada momen di mana traction mulai terlihat dan semakin meningkat, yang menandakan bahwa ada potensi user yang perlu digali lebih dalam. Kesimpulannya, pendanaan baru bisa diraih pada tahap seed, yakni ketika traction dirasa ‘cukup mumpuni’ dan startup telah mendapatkan revenue.
Untuk itu, jika startupmu masih ada dalam tahap ideation, kamu harus mencari strategi untuk menaikkan traction dan memperoleh revenue untuk bisa mendapatkan seed funding. Dari seed funding, startup bisa terus ‘naik level’ untuk mendapatkan pendanaan series A, B, hingga C, tentunya apabila perusahaan menunjukkan pertumbuhan yang signifikan dari segi revenue, user, dan pengukuran lainnya, hingga valid secara business model.
Sejalan dengan upaya pendiri untuk bisa meningkatkan growth, startup harus rutin dan disiplin untuk menerapkan perilaku keuangan perusahaan yang sehat. Contohnya dengan melakukan pencatatan cash flow hingga proyeksi revenue agar dapat menempuh target growth yang diharapkan. Selain itu, startup perlu untuk menjalin komunikasi yang baik dengan financial partner yang memiliki visi dan misi yang selaras. Hal ini dilakukan agar saat tiba waktunya pendanaan, startup dapat bekerja sama dengan financial partner dan mencapai tujuan keuangan yang diharapkan.
Lalu, kapan waktu yang tepat bagi startup untuk dapat mempersiapkan strategi keuangan? Jawabannya adalah secepat mungkin. Bahkan saat startup masih punya ‘ide’ saja, pendiri harus mulai memikirkan bagaimana pengelolaan keuangan startup nantinya.
Karena, pendiri tentu saja ingin punya bisnis yang berkelanjutan, tidak bergantung pada keberadaan founder atau sokongan dana dari pihak luar. Bisnis dengan ide cemerlang serta dapat menyelesaikan masalah pengguna tidaklah cukup. Perlu dipikirkan sejak awal bagaimana caranya agar roda keuangan bisnis tetap berputar dan bisnis terus tumbuh.
Berbicara tentang ide menarik serta dapat menyelesaikan masalah pengguna, kedua faktor tersebut memang menjadi daya tarik bagi investor. Namun tidak hanya itu, investor ternyata mempertimbangkan tentang, ‘Bagaimana cara menyelesaikan masalahnya? Apakah caranya sulit atau mudah? Atau dengan kata lain, user experience seperti apa yang ingin kita suguhkan pada pengguna?’
Jangan lupa ketika sampai pada tahap payment, startup harus memberikan pengalaman yang menyenangkan. Proses transaksi tidak boleh rumit dan menyulitkan, karena pengguna otomatis akan mundur dan tidak tertarik lagi untuk menggunakan produk tersebut. Dan yang paling jelas, investor pasti akan mencari return pada setiap dana yang digelontorkan untuk berjalannya startup. Maka pastikan bahwa memang startupmu layak untuk mendapatkan pendanaan dengan menunjukkan potensi pertumbuhan yang berkaca pada data.
Kamu ingin #RintisSolusiDigital dan membuat startup, namun masih bingung harus mulai dari mana? Mari rintis startupmu bersama mentor dan praktisi digital dengan bergabung di Gerakan Nasional 1000 Startup Digital. Cari tahu lebih lanjut dengan mengunduh aplikasinya sekarang di Play Store dan App Store atau kunjungi http://1000startupdigital.id/aplikasi
Buka dan telusuri aplikasi #1000StartupDigital untuk terus update dan ikuti programnya sekarang, yuk!
. . .
Gerakan Nasional 1000 Startup Digital adalah upaya bahu membahu penggerak ekosistem startup digital Indonesia untuk saling terkoneksi, saling berbagi pengetahuan dan pengalaman.
Diinisiasi sejak 2016, gerakan ini diharapkan mendorong terciptanya mencetak startup yang menjadi solusi atas masalah dengan memanfaatkan teknologi digital. #1000StartupDigital memberikan pembinaan bagi calon founder untuk membentuk tim, membuat MVP, hingga meluncurkan produknya ke pasar.
Karena Indonesia maju, #MulaiDariKamu!
Bagikan artikel ini