MVP adalah salah satu tahapan terpenting dan cukup menentukan lifecycle produk kamu loh, karena dapat memudahkan produkmu menembus pasar tanpa harus merogoh kocek yang besar.
Sebentar, sebentar, jadi MVP itu apa sih? MVP yang dimaksud adalah Minimum Viable Product yaitu produk dengan fitur-fitur dasar yang belum terlalu canggih (minimalis), namun memiliki nilai guna yang cukup tinggi karena dapat menjawab kebutuhan pasar secara akurat.
Biasanya MVP ini digunakan untuk pengembangan produk, dengan tujuan untuk mengumpulkan feedback positif dan negatif dari user. Feedback ini nantinya bisa diolah untuk menghasilkan produk akhir yang pastinya lebih sempurna! Jadi ingat ya teman-teman MVP yang sedang dibahas itu bukan Most Valuable Player.
Bagi beberapa first-time founders, merealisasikan ide mungkin terlihat mudah. Nyatanya, banyak dari mereka yang gagal pada percobaan pertama. Menurut CB Insights, lebih dari 50% startup gagal pada 4 tahun pertama mereka. 42% gagal karena kurangnya kebutuhan pasar, 29% gagal karena kehabisan uang dan 14% gagal karena mengabaikan pelanggan.
Kalau kamu bertanya-tanya “Lalu korelasinya dengan tidak merogoh kocek yang besar tuh apa?”. Begini contoh mudahnya, kamu akan memasarkan produk dengan fitur canggih a, b, c, d, e yang ‘menurutmu’ sangat baik dan dibutuhkan oleh masyarakat, tanpa ‘cek ombak’ terlebih dahulu. Nyatanya setelah produk tersebut rilis, masyarakat hanya membutuhkan fitur a dan b saja dari produkmu. Akhirnya kamu seperti membakar uang untuk membuat fitur c, d, dan e. Lain halnya jika kamu membuat MVP terlebih dahulu, pastinya kamu bisa menghemat lebih banyak biaya, bukan?
Para founders memang harus mempelajari proses MVP ini secara bertahap dan seringkali dihadapi dengan banyak kesulitan. Karena startup itu bersifat kontra-intuitif, kamu tidak bisa dan tidak boleh menebak-nebak, semuanya harus berdasarkan riset, riset, dan riset. Tenang, proses ini merupakan tantangan yang lumrah kok dalam mendirikan startup, dan memang harus kamu lalui, ngga akan nyesel kok.
Nah, berikut adalah hal-hal yang dapat membantu kesuksesan startupmu di tahap awal, namun seringkali diabaikan oleh para first-time founders:
- Mengenal users lebih dekat
Salah satu prinsip inti dari model bisnis startup adalah user-centered, yaitu berfokus pada kebutuhan users atau pengguna. Kamu akan menghadapi banyak kesulitan jika mengabaikan kebutuhan users. Product Development should go hand-in-hand with Customer Development, keduanya memiliki kedudukan yang sama untuk menentukan kesuksesan startupmu.
Nah, MVP yang nantinya akan kamu buat memang bertujuan agar Product Development dan Customer Development startupmu dapat berjalan secara beriringan.
“The Customer Development model is not a replacement for the Product Development model, but a companion.” -Steve Blank.
- Fokus pada satu sampai dua inti produk
Metodologi Lean Startup menetapkan bahwa produk pada dasarnya adalah sekumpulan hipotesis yang belum teruji dan harus dikonfirmasi oleh pasar/users. Sebagai seorang founders, kamu mungkin memiliki banyak ide mengenai produk yang ingin kamu ciptakan. Namun — begitu kamu mencapai tahap MVP — kamu harus mempersempit ide-ide tersebut ke satu atau dua ide inti untuk produk yang akan kamu ciptakan nantinya. Dengan membuat MVP, kamu juga bisa meminimalisir risiko kerugian saat mengembangkan produkmu.
Sekarang sudah terbayang, kan, betapa pentingnya MVP ini untuk kesuksesan startupmu?
. . .
Gerakan Nasional 1000 Startup Digital adalah upaya bahu membahu penggerak ekosistem startup digital Indonesia untuk saling terkoneksi, saling berbagi pengetahuan dan pengalaman.
Diinisiasi sejak 2016, gerakan ini diharapkan mendorong terciptanya mencetak startup yang menjadi solusi atas masalah dengan memanfaatkan teknologi digital. #1000StartupDigital memberikan pembinaan bagi calon founder untuk membentuk tim, membuat MVP, hingga meluncurkan produknya ke pasar.
Karena Indonesia maju, #MulaiDariKamu!
. . .
— Tulisan ini dibuat oleh Nadja Pradya Tasynim.
Bagikan artikel ini