Jika ingin menjadi founder startup, keterampilan apa saja yang harus dipelajari dan dikuasai? Apakah menjadi founder harus jago dalam bidang teknologi? Mengapa keterampilan-keterampilan tersebut penting?
Artikel ini menjawab semua pertanyaan di atas berdasarkan riset yang dilakukan oleh Tom Eisenmann, Rob Howe, dan Beth Altringer. Hasil penelitian dipublikasikan lewat artikel Harvard Business Review, di mana penulis mengajukan pertanyaan kepada founder yang merupakan alumni dari Harvard Business Review. Secara garis besar, penelitian berfokus untuk mencari jawaban atas, “Apa yang perlu diketahui oleh orang yang ingin menjadi pendiri startup?” Berikut merupakan ulasannya.
1. Keterampilan yang dimiliki tergantung pada tahapan startup yang sedang dijalani. Keterampilan founder akan berubah seiring dengan skala perusahaan yang semakin besar. Contohnya adalah pada tahap early stage, maka fokuslah pada keterampilan desain dan pengembangan produk, pitching, serta formula merancang tim. Di tahapan selanjutnya, keterampilan akan punya bobot lebih besar untuk merekrut karyawan ahli, mengkomunikasikan visi pada karyawan baru, dan manajemen budaya perusahaan.
2. Memilih mitra kerja seperti co-founder ternyata punya peran besar. Penting sekali belajar bagaimana membentuk tim pendiri yang saling memperkuat peran satu sama lain. Pendiri harus bisa menilai kekuatan dan kelemahan masing-masing, sehingga paham bagaimana merekrut dan memberikan motivasi untuk anggota tim pendiri yang lain. Seperti saling melengkapi.
3. Seorang pendiri harus memiliki pemikiran terbuka, termasuk ketika mendapatkan umpan balik. Bagaimana contohnya? Menerima pendapat orang lain dan tidak bersikap defensif, seolah dirinya sendiri yang paling benar. Jika ditilik lebih dalam, faktor ini lebih berhubungan pada mental sebagai seorang pemimpin. Selanjutnya, founder perlu untuk memprioritaskan mana yang menjadi fokus, apa yang harus didelegasikan, serta hal apa yang harus dikerjakan seorang diri.
4. Saat startup ada di tahap awal, founder harus punya pemahaman yang luas tentang kebutuhan pelanggan. Dilanjutkan dengan melakukan iterasi dan pengujian cepat untuk dapat membuktikan bahwa produk mereka mencapai product-market fit. Sebagai founder, jangan sampai terjebak teknologi adalah segalanya. Karena, founder tetap harus berbicara dengan pelanggan dan mengutamakan kebutuhan mereka.
5. Keterampilan penjualan adalah hal yang penting ketika sudah menjadi founder. Apa pun latar belakang pendidikanmu, ilmu penjualan akan selalu digunakan sampai kapan pun. Yang paling sederhana, sebenarnya ketika di awal menjadi founder, kamu harus bisa ‘menjual’ keterampilanmu untuk bisa menarik minat co-founder dan bergabung denganmu. Kamu sebagai founder harus bisa ‘menjual’ visi misimu dalam merekrut anggota tim. Dan proses ‘menjual’ yang lainnya.
Selain ilmu penjualan, ada satu keterampilan lagi yang menarik untuk diulik, yaitu storytelling. Ternyata storytelling adalah kemampuan yang mungkin dianggap remeh, namun perlu untuk dipelajari. Sebab, dengan menyusun dan mengkomunikasikan kisah menarik tentang perusahaanmu, maka orang lain (baik itu pelanggan, calon karyawan, hingga investor) dapat menerima ceritamu dan tidak segan untuk terus mengikuti perjalananmu.
6. Kemampuan negosiasi sering dibutuhkan ketika menjadi founder. Baik itu misalnya dealing dengan investor, atau bekerja sama dengan pihak ketiga seperti vendor. Sama seperti kemampuan penjualan, kemampuan negosiasi sering dianggap sebagai ilmu yang tidak diutamakan untuk dipelajari. Padahal bagi seorang founder, negosiasi justru sangat penting.
7. Setelah memiliki bisnis sendiri, memang sebagai founder kita bisa mempekerjakan orang lain yang lebih ahli di bidangnya. Namun setidaknya, founder harus memiliki dasar ilmu tentang beberapa keterampilan, salah satunya keuangan. Bagaimana model bisnismu berjalan dan dapat menghasilkan keuangan? Seperti apa alur kerja uang yang masuk dan keluar? Bagaimana bisa startupmu mendapatkan pendanaan? Seperti apa strategi dalam penggunaan dana setelah mendapatkan fundraising? Dan lain-lainnya yang harus kamu pelajari lebih dalam. Tujuannya agar kamu tidak mudah terjebak dalam hal-hal yang tidak mengenakkan, seperti penipuan, penggelapan dana, dan ‘kamuflase’ keuangan lain yang bisa saja terjadi apabila tidak hati-hati.
Kesimpulannya, hasil survei mendapati bahwa tidak ada satu keterampilan yang lebih menonjol di antara yang lainnya. Responden memberi pernyataan bahwa founder perlu menjadi jack of all trade atau orang yang serba tahu. Founder membutuhkan penguasaan keterampilan manajemen yang cukup luas. Jadi, ternyata fokus di satu bidang saja dan menjadi expert tidaklah cukup untuk bisa menjadi founder sukses dan berpengaruh.
. . .
Gerakan Nasional 1000 Startup Digital adalah upaya bahu membahu penggerak ekosistem startup digital Indonesia untuk saling terkoneksi, saling berbagi pengetahuan dan pengalaman.
Diinisiasi sejak 2016, gerakan ini diharapkan mendorong terciptanya mencetak startup yang menjadi solusi atas masalah dengan memanfaatkan teknologi digital. #1000StartupDigital memberikan pembinaan bagi calon founder untuk membentuk tim, membuat MVP, hingga meluncurkan produknya ke pasar.
Karena Indonesia maju, #MulaiDariKamu!
Bagikan artikel ini