Pasca pandemi, ada hal menarik yang terjadi di dunia kerja, terutama pekerjaan yang berkaitan dengan teknologi atau dapat dikerjakan secara jarak jauh. Sebuah artikel New York Times menyatakan bahwa delapan dari 10 perusahaan Amerika terbesar mengawasi karyawan mereka dengan perangkat lunak pelacakan. Menurut The Washington Post, permintaan global untuk alat pemantauan karyawan meningkat 65% dari 2019 menjadi 2022. Dampak negatif dari pekerjaan jarak jauh adalah para pemimpin perusahaan menjadi khawatir tentang apa yang dilakukan para karyawannya, sehingga para pemimpin ingin selalu memantau aktivitas digital dari karyawannya. Namun, secara jangka panjang, hal ini bukanlah berita baik. Untuk itu, mulai sekarang, berhenti untuk ‘memata-matai’ karyawan dengan cara yang mungkin tidak objektif, dan mulailah untuk mencari beberapa solusi seperti yang akan dibahas pada artikel berikut ini.
Membuka pembicaraan tentang distraksi
Distraction atau gangguan akan selalu ada di manapun kita bekerja. Masalahnya, apakah gangguan ini dapat dibicarakan secara terbuka atau tidak. Misalnya, belum tentu karyawan mau membagikan keluh kesahnya tentang gangguan di tempat kerja. Meminta umpan balik pada karyawan tentang gangguan kerja akan gagal apabila mereka merasa takut untuk membagikan keresahan tersebut. Maksudnya, takut apabila opini mereka justru menyulitkan di kemudian hari.
Agar hal tersebut tidak terjadi, maka perlu dibangun budaya di mana pemimpin harus mengembangkan psychological safety, atau keselamatan psikologis. Ini merupakan rasa aman yang timbul bagi para pekerja karena tahu bahwa tidak ada hukuman ketika menyampaikan kekhawatiran atau keresahan mereka. Ketika karyawan sudah merasakan ‘aman’, maka di situlah mereka dapat menyampaikan keluh kesah dan komunikasi menuju solusi dapat dibangun. Sebab, jika tempat kerjamu tidak membuka ruang untuk karyawan berbicara tentang gangguan, maka ada banyak hal yang jalan keluarnya lebih sulit untuk ditemukan.
Sinkronisasi
Masalah utama dari manajer atau ketua tim adalah mereka umumnya tidak tahu bagaimana karyawan menghabiskan waktunya. Untuk itu, salah satu solusinya adalah dengan menggunakan sinkronisasi jadwal. Ini sangat membantu para manajer atau leader mendapatkan wawasan yang lebih baik tentang manajemen waktu dari karyawan. Salah satu cara paling umum untuk sinkronisasi adalah dengan membagikan kalender berbatas (hanya ke beberapa orang saja) tentang agenda kegiatan selama seminggu atau beberapa waktu ke depan. Agenda kegiatan ini mencakup tanggal, waktu, dan tempat untuk pertemuan atau agenda penting lainnya. Sinkronisasi memberikan gambaran tentang kegiatan karyawan sehingga leader dapat menghindari gangguan selama jam kerja fokus atau waktu di luar jam kerja. Cara lainnya untuk sinkronisasi adalah dengan menetapkan waktu bebas gangguan, misal pada hari tertentu atau jam tertentu. Bebas gangguan bisa berarti tidak ada pesan, tidak ada panggilan, tidak ada email, atau kesepakatan lain yang bisa ditentukan bersama.
Memberi contoh
Budaya perusahaan bukanlah suatu hal yang dapat dibangun secara singkat. Ini semua membutuhkan kolaborasi dan waktu yang tidak sebentar. Termasuk ketika para pemimpin mengharapkan anggota timnya untuk melakukan apa yang direncanakan. Maka, pemimpin harus dapat memberi contoh agar anggota tim memiliki panutan. Misalnya, sebagai pemimpin, kamu tidak dapat memaksa stafmu untuk bekerja tanpa gangguan jika kamu sering mencuri waktu untuk mengecek ponsel ketika rapat berlangsung, atau mungkin mengirim email pekerjaan di tengah malam. Oleh karena itu, jadilah sosok yang patut untuk ditiru. Luangkan waktu untuk bisa fokus bekerja tanpa gangguan. Kamu dapat memberi tahu kapan waktu yang tepat orang-orang bisa berdiskusi denganmu, dan kapan waktu untukmu fokus.
Memang mungkin alat untuk melacak jejak digital karyawan atau alat memantau jam kerja bisa berguna di awal-awal. Namun jika ternyata akar masalahnya tidak selesai, itu sama saja tidak menyelesaikan masalah. Beberapa saran di atas adalah tulisan yang dikutip dari tulisan Nir Eyal dan dipublikasikan di Harvard Business Review. Dengan menerapkan solusi, maka itu akan lebih membantu pemimpin, meningkatkan kesejahteraan dan produktivitas karyawan dengan memahami akarnya penyebab gangguan di tempat kerja.
. . .
Gerakan Nasional 1000 Startup Digital adalah upaya bahu membahu penggerak ekosistem startup digital Indonesia untuk saling terkoneksi, saling berbagi pengetahuan dan pengalaman.
Diinisiasi sejak 2016, gerakan ini diharapkan mendorong terciptanya mencetak startup yang menjadi solusi atas masalah dengan memanfaatkan teknologi digital. #1000StartupDigital memberikan pembinaan bagi calon founder untuk membentuk tim, membuat MVP, hingga meluncurkan produknya ke pasar.
Karena Indonesia maju, #MulaiDariKamu!
Bagikan artikel ini