Saat startup semakin berkembang dan menambahkan lebih banyak personil seperti karyawan baru di entry level dan juga manajer, karyawan awal bisa jadi merasa kehilangan sosok founder.
Bayangkan sepertinya baru kemarin kamu sebagai founder bekerja dan duduk dengan enam orang karyawanmu, berbagi ruang yang sama, bahkan menggunakan meja yang sama. Obrolan ringan hingga berat semuanya dapat mengalir bebas, menjalin komunikasi dan hubungan yang dekat dengan semua personil.
Kemudian, saat startup sudah semakin maju dan membutuhkan lebih banyak sumber daya manusia, karyawan lama mungkin merasakan kecemasan karena founder yang dulunya dekat dan mudah ditemui sehari-hari, sekarang terasa jauh. Jadi, apa yang perlu dilakukan founder untuk mengatasi hal ini?
1. Mendiskusikan dengan tim secara transparan
Startup yang semakin berkembang, perlu mengubah alur penyampaian informasi, cara kerja, dan mungkin banyak hal lainnya. Hal ini alamiah karena startup terus bertumbuh, akan tetapi founder dan tim perlu mengelola ekspektasi. Dari yang semula semua informasi bisa menyebar dengan cepat karena semua tim bekerja dalam ruang yang sama, kini tentu saja berbeda. Founder perlu mengungkapkan keterbukaan informasi pada anggota timnya.
Misalnya, “Ini kabar yang menggembirakan karena startup kita semakin berkembang. Namun, ini artinya kita juga perlu mengubah cara kerja yang lama, dan sebagian dari kita tidak akan lagi mengetahui segala informasi dibandingkan sebelumnya.”
Di sisi lain, ini adalah kesempatan tepat untuk founder agar bisa bertanya pada tim tentang apa saja yang mereka butuhkan dan di mana kesenjangan terbesar yang mereka rasakan. Ceritakan kepada mereka bahwa kamu sebagai founder mampu membantu mereka. Namun, perlu digarisbawahi bahwa kamu mungkin tidak dapat memenuhi semua permintaan mereka. Contohnya, tidak semua karyawan akan tahu masalah yang ada di level direksi seperti yang mungkin terjadi di masa lalu.
2. Memastikan bahwa kamu sebagai founder mudah dihubungi oleh anggota tim
Ini adalah salah satu cara untuk membangun kedekatan dengan karyawan. Founder perlu meluangkan waktu baik secara terstruktur atau tidak terstruktur. Misalnya dengan membuat jam kantor terbuka atau makan siang dan belajar untuk anggota tim selain bawahan langsung dari founder. Mengagendakan ‘jam buka kantor’ sebagai contoh 1–2 jam per minggu, artinya siapa saja dapat mampir ke kantor dan membuka sesi diskusi singkat dengan founder (atau menggunakan video conference jika jarak jauh).
Kamu juga dapat memperjelas bahwa sesi diskusi tersebut bertujuan untuk mengobrol atau melontarkan ide, bukan untuk pengambilan keputusan atau membuat strategi yang membutuhkan jangka waktu lama dalam membahasnya.
3. Menetapkan batasan dan mendorong ‘karyawan lama’ untuk rajin berkonsultasi dengan atasannya
Bagi sebagian ‘karyawan lama’, sosok founder bisa jadi teman dekat karena dahulu sering berdiskusi langsung dalam satu ruangan. Namun, sekarang situasinya menjadi berbeda. Sebagai founder, kamu tetap bisa bersikap terbuka untuk mendengarkan ide atau keluhan mereka, akan tetapi kamu bisa mengarahkan mereka ke atasan barunya dalam mengambil keputusan.
Dengan begitu, kamu menetapkan batasan sekaligus menjalin komunikasi yang terbuka dengan karyawan lama. Sebenarnya hal ini tidak berlaku untuk karyawan lama saja dan dapat diaplikasikan untuk semua karyawan. Cara tersebut dapat membangun hubungan komunikasi yang menciptakan budaya transparansi, percaya, dan hormat di antara anggota tim startup.
. . .
Gerakan Nasional 1000 Startup Digital adalah upaya bahu membahu penggerak ekosistem startup digital Indonesia untuk saling terkoneksi, saling berbagi pengetahuan dan pengalaman.
Diinisiasi sejak 2016, gerakan ini diharapkan mendorong terciptanya mencetak startup yang menjadi solusi atas masalah dengan memanfaatkan teknologi digital. #1000StartupDigital memberikan pembinaan bagi calon founder untuk membentuk tim, membuat MVP, hingga meluncurkan produknya ke pasar.
Karena Indonesia maju, #MulaiDariKamu!
Bagikan artikel ini