Justika adalah platform bagi masyarakat dan konsultan hukum untuk bertemu, berdiskusi, dan mencari solusi terbaik dalam menyelesaikan permasalahan hukum dengan cara yang lebih efektif dan efisien tanpa dibatasi ruang dan waktu. Dengan visi ‘Memberikan akses pelayanan hukum yang mudah dan bisa dijangkau seluruh masyarakat Indonesia’, Justika didirikan pada tahun 2016 oleh tiga founders: Ahmad Fikri Assegaf, Melvin Sumapung, dan Muh. Husein. Saat ini, jumlah tim Justika adalah sebanyak 13 orang dengan status fase pendanaan Angel Funding.
Pada mulanya, bagaimana cerita latar belakang/inspirasi dalam membuat Justika?
Pada awalnya Justika bukan dimulai dari saya saja, namun diinisiasi pertama kali oleh Ahmad Fikri Assegaf dan didirikan secara legal di tahun 2016, ungkap Co-Founder dan CEO Justika, Melvin Sumapung. Justika berada di bawah naungan hukumonline.com, yakni website yang bertujuan mengedukasi dan memberi pencerahan kepada masyarakat tentang dunia hukum di Indonesia. Saat ini hukumonline.com memberikan layanan berupa akses ke pusat data perundang-undangan, menyediakan ringkasan analisis peraturan terbaru, mengadakan seminar dan pelatihan terkait isu hukum terkini, dan sebagai media promosi serta publikasi sosialisasi kebijakan dan/atau peraturan perundangundangan yang dikeluarkan pemerintah. Jumlah view dari hukumonline.com sendiri sudah mencapai jutaan. Maka dikarenakan ingin melebarkan fungsinya di bidang pelayanan hukum dan merasa kebutuhan masyarakat tentang akses informasi dan solusi hukum sangat penting, hukumonline.com berpikir untuk fokus dilayanan tersebut. Dari situ lahirlah Justika sebagai platform layanan hukum yang lebih mudah digunakan oleh masyarakat awam sekalipun.
Apa visi yang ingin dicapai oleh Justika?
Saat ini ada beberapa hal yang ingin kami capai. Karena kami menemukan bahwa dari 270 juta penduduk Indonesia, 70% dari mereka yang mengalami masalah hukum memilih untuk menyerah dan tidak melakukan apa pun untuk memperjuangkan hak hukumnya. Mereka bingung harus berbuat apa dan meminta bantuan kemana. Maka satu tahun terakhir kami benar-benar fokus mencari solusi akses pelayanan hukum yang mudah dan bisa menjangkau berbagai kalangan masyarakat Indonesia. Sehingga orang yang tadinya mau menyerah dan tidak tahu harus berbuat apa, begitu menggunakan Justika menjadi mau maju dan mencoba memperjuangkan hak hukumnya terlebih dahulu.
Sebelum membuat startup, apa pekerjaan/kegiatan Anda sebelumnya?
Mengapa memutuskan untuk membuat startup? Pekerjaan saya sebelumnya berkutat di bidang business strategy dan teknologi di sebuah perusahaan telekomunikasi, di sana saya mendapat banyak paparan tentang pengembangan bisnis di bidang teknologi. Setelahnya saya bekerja di salah satu BUMN untuk membantu proses implementasi teknologi juga. Sejak saat itulah saya mulai menyadari bahwa pemahaman tentang hukum itu sangat penting, sehingga orang maupun korporasi tidak ketakutan dalam mengambil keputusan-keputusan hukum. Lalu ketika saya bekerja di Dattabot, saya bertanggung jawab mengurusi analisis data perusahaan dan terlibat dalam proyek pembuatan semacam “Google for Lawyers”. Karena pada dasarnya para pengacara di Indonesia juga membutuhkan akses untuk mencari dasar peraturan hukum dalam mengerjakan suatu kasus. Dari sana saya berkenalan dengan hukumonline.com, yang akhirnya berlanjut ke pengembangan Justika. Karena saya merasa platform digital yang bisa dengan mudah menghubungkan pengacara dengan kliennya belum pernah ada di Indonesia, jadi saya mau mengisi bagian itu agar bisa memberi impact positif bagi masyarakat Indonesia.
Apa tantangan terbesar yang dihadapi saat tahun pertama merintis Justika? Apakah tantangan tersebut sudah diprediksi sebelumnya, atau di luar prediksi?
Di awal-awal, semua tantangan di luar prediksi bagi saya. Tetapi tantangan utama dalam mengembangkan Justika adalah menempatkan tim pada posisi yang tepat. Tahun 2018 hingga 2019 bisa dibilang menjadi learning cost yang memang harus dijalani hingga menemukan strategi yang pas. Justika sendiri sudah gontaganti anggota tim mungkin sepuluh hingga belasan kali hingga saat ini. Jadi lumayan banyak trial and error dalam pembentukan tim Justika sendiri. Karena dengan orang-orang yang tepat, eksperimen-eksperimen yang dilakukan Justika lebih membuahkan hasil.
Bagaimana perkembangan Justika saat ini? Apa yang sedang fokus dikerjakan Justika sekarang?
Fokus utama saat ini adalah meningkatkan jumlah orang yang butuh bantuan hukum untuk mau mencoba Justika terlebih dahulu agar bisa memperjuangkan hak hukumnya. Karena secara prinsip, banyak orang tidak tahu bahwa masalah yang mereka hadapi itu ada dasar hukumnya dan sangat bisa diperjuangkan keadilannya.
Apa hal yang paling berpengaruh besar pada pertumbuhan Justika?
Yang paling berpengaruh besar adalah kemampuan tim internal Justika dalam menemukan the right pair of problem and solution. Misalnya ketika di awal kami menggunakan layanan telepon bagi klien, tapi ternyata cara tersebut ternyata tidak cukup mudah dan nyaman untuk customer. Maka dari itu akhirnya kami mencoba pakai layanan chatting sehingga penjelasan yang diterima kedua belah pihak bisa sangat jelas.
Apa keunikan utama yang ditawarkan Justika bagi penggunanya?
Klien tidak perlu pusing memikirkan apakah pengacaranya memiliki rekam jejak yang bagus, karena aspek itu telah dikurasi oleh Justika. Dengan hanya menuliskan 2–3 kalimat penjelasan mengenai permasalahan yang sedang dihadapi.
Proses yang perlu dilakukan juga hanya membutuhkan waktu dua menit hingga bisa berbicara dengan pengacara yang dipilihkan. Jika berlanjut, pengacaranya akan melihat apabila ada dokumen yang perlu di review lebih dalam, dan jika klien berkenan melanjutkan pelayanannya, mereka tinggal mengunggah dokumen tersebut dengan biaya tambah yang telah ter-standardisasi. Ada juga kasus yang membutuhkan layanan mediasi, disiapkan dokumen untuk pihak lawannya, hingga pendampingan di pengadilan. Layanan Justika ini bersifat end-to-end, dan klien juga tidak perlu ragu jika tidak ingin melanjutkan pelayanan Justika ke tahap selanjutnya, karena seluruh riwayat laporan dicatat di Justika dan dapat diakses sewaktu-waktu oleh klien.
Apa pencapaian terbesar yang pernah diraih Justika?
Buat saya, it’s not about the awards, tapi lebih besar dari itu. Kita sudah bisa melayani 15.000 klien yang memiliki masalah hukum. Mereka yang awalnya menyerah dan tidak tahu harus mencari bantuan kemana, akhirnya bisa mendapat bantuan dari Justika. Itu adalah pencapaian terbesar bagi saya. Meskipun Justika belum punya banyak resources, pun belum mengeluarkan biaya yang banyak untuk pemasaran, tapi Justika sudah bisa membantu belasan ribu orang, dan menurut saya itu adalah hal yang paling memuaskan.
Apa prioritas utama dari Justika dalam 2 tahun mendatang?
Prioritas Justika kedepannya adalah membuat produk-produk yang dapat membantu klien Justika lebih jauh lagi dari sekedar konsultasi. Tahap-tahap konsultasi hukum lanjutan, misalnya menentukan mediasi yang cocok untuk klien, atau pendampingan hukum bagaimana caranya agar lebih murah, terjangkau, dan mudah digunakan. Serta membuat produk-produk yang benar-benar cocok dan dapat menjawab kebutuhan klien dengan cara yang paling optimal. Harapan kedepannya, bukan hanya pengacara yang menjadi mitra Justika, tetapi juga berbagai pelayanan yang komplementer dan serupa, misalnya kenotariatan. Lalu untuk pemasaran, Justika akan menjalin kerjasama dengan berbagai macam institusi yang komplementer. Misalnya, layanan hukum waris akan berhubungan dengan platform religi, dan sebagainya. Selama pandemi di tahun 2020 kami bekerjasama dengan Kementerian Koperasi dan Usaha Kecil dan Menengah untuk memberikan konsultasi gratis bagi UMKM yang terdampak selama pandemi, selain itu juga membantu korban kekerasan dalam rumah tangga bersama Asia Foundation.
—
Justika merupakan salah satu alumni dari program pembinaan early-stage startup yang diselenggarakan oleh Kementerian Komunikasi dan Informatika Republik Indonesia, yakni program ‘Startup Studio Indonesia’. Untuk tahu lebih banyak tentang program ini, silahkan mengunjungi website startupstudio.id.
Tulisan ini juga dipublikasikan pada Buku Saku RINTISAN Volume 8.
Gerakan Nasional 1000 Startup Digital adalah sebuah gerakan untuk mewujudkan potensi Indonesia menjadi The Digital Energy of Asia dengan mencetak startup yang menjadi solusi atas masalah dengan memanfaatkan teknologi digital.
Diinisiasi sejak 2016, #1000StartupDigital berfokus mendorong early-stage startup pada sektor agrikultur, kesehatan, pendidikan, pariwisata, logistik, dan maritim.
Karena Indonesia maju, #MulaiDariKamu!
. . .
— Tulisan dibuat oleh Aulia Mahiranissa.
Bagikan artikel ini