Sudah berapa kali kamu melakukan user research?
Belasan kali? Puluhan kali?
User research yang dilakukan berulang-ulang namun kualitasnya kurang oke, rasanya jadi percuma. Pernah dengar istilah ini nggak, “Quality over quantity”?
Ini istilah yang tepat banget diaplikasikan ke user research.
User research tahap yang krusial banget buat dilakukan namun rawan terjadi kesalahan. Atau mungkin selama ini kamu pernah melakukan kesalahan user research tapi nggak sadar kalau itu salah. Supaya nggak ngulangin lagi dan bisa menghindari, cermati lebih dalam yuk tentang 7 kesalahan user research berikut ini:
1. Kredibilitas
Tanda kalau kesalahan kredibilitas terjadi adalah menanyakan apa yang user inginkan dan meyakini bahwa jawaban tersebut benar. Bisa jadi yang mereka katakan hanya opini pribadi. Kesalahan ini terjadi karena pertanyaan yang diajukan saat user research juga kurang tepat. Contoh pertanyaan yang salah:
Dari ketiga jenis produk ini, mana yang paling kamu sukai? Dan mengapa?
Cara untuk mengetahui apa yang orang inginkan, adalah bukan dengan menanyakan langsung ke orang yang bersangkutan.
Lantas, bagaimana caranya?
Cara paling tepat untuk mendapatkan hasil user research adalah dengan observasi. Amati objek dan lakukan analisis. Proses ini akan menghasilkan insight yang membawa pada sebuah hipotesis. Salah satu cara untuk observasi adalah dengan menganalisis bagaimana masalah tersebut berhasil dipecahkan.
2. Dogmatisme
“Kalau banyak orang yang percaya, berarti hal itu benar adanya”
Nah kalimat itu adalah kesalahan dogmatis yang bisa terjadi saat user research. Secara lebih jelasnya, dogmatisme adalah kecenderungan untuk percaya tanpa berpikir terlebih dahulu karena banyak orang yang mempercayai hal tersebut.
Contohnya, banyak orang percaya bahwa salah satu cara user research yang tepat dengan melakukan survey. Kenapa orang percaya? Karena banyak orang yang melakukan survey sehingga cenderung mereka menganggap survey adalah metode yang paling tepat. Padahal sebenarnya masih ada cara lain untuk melakukan user research, contohnya dengan wawancara dan riset melalui website.
3. Bias
Bias bisa terjadi jika terdapat kesalahan sistematis dalam memahami pikiran seseorang dengan cara yang tidak sama.
Ada beberapa jenis bias yang dapat terjadi. Antara lain, bias seleksi, adalah kesalahan sistematik karena keliru dalam memilih subjek. Setelah itu ada bias informasi, yang muncul karena informasi yang dikumpulkan dari subjek penelitian tidak tepat.
Yang ketiga ada bias recall. Terjadi karena responden salah mengingat dan melaporkan paparan yang dia alami.
Agar terhindar dari bias, kamu dapat melakukan wawancara tanpa landasan minat pribadi. Karena pada tujuannya, user research dilakukan untuk menggali kebenaran, bukan mendapatkan hasil yang diinginkan.
4. Obskurantisme
Mungkin memang istilahnya agak susah disebutkan, ya. Tapi maksudnya adalah, tindakan yang sengaja memberikan informasi dengan tidak lengkap dengan tujuan agar tidak ada yang tanya atau follow up. Jadi sebenarnya sengaja membangun ketidaktahuan agar informasi yang benar hanya diketahui oleh pihak tertentu.
Cara agar tidak terjebak dalam dosa ini adalah membangun budaya yang fokus kepada user. Ini semua dilakukan agar saat user research, semua orang punya tanggung jawab yang sama besarnya untuk terlibat dengan user.
5. Kemalasan
Mager atau males jadi alasan yang dapat mengganggu segala aspek, termasuk dalam user research, lho.
Contoh kemalasan saat user research adalah tidak mau repot untuk mencari data baru, karena persona hampir mirip dengan studi kasus project sebelumnya. Akibatnya, tim desain dan researcher menggunakan data lama karena casenya mirip, seolah-olah ini sah buat dilakukan. Padahal, kemalasan cari data user research seharusnya dihindari banget supaya kita bisa dapat informasi yang valid.
6. Ketidakjelasan
Ini bisa terjadi karena tim yang gagal fokus saat merencanakan pertanyaan utama pada user research. Melalui user research, kamu dapat explore banyak hal melalui pertanyaan yang banyak namun lebih lengkap. Ibaratnya, kamu fokus untuk melihat big picture, sekaligus menaruh perhatian lebih kepada hal yang detail.
7. Keangkuhan
Angkuh yang dimaksud di sini adalah kebanggaan terhadap hasil yang didapat dari user research secara berlebihan. Misalnya, saat laporanmu sudah selesai, tentu saja ada rasa bangga karena telah berhasil menyelesaikan user research. Selanjutnya, karena sudah merasa puas akan hasil pencapaian, maka kamu berhenti melakukan proses analisis. Kesalahan ini yang sebaiknya tidak dilakukan. Karena poin setelah membuat laporan user research adalah mengubah data menjadi informasi yang diolah menjadi insight untuk pengembangan produk.
Gimana, ada berapa poin yang “menyentil”-mu? Tidak apa-apa kalau kamu menemukan beberapa poin itu relevan dengan apa yang kamu lakukan. Sudah merupakan langkah yang baik untuk memahami kekurangan diri, supaya selalu ada yang dapat kamu tingkatkan lagi! Menjadi orang yang telat mengetahui itu lebih baik daripada menjadi orang yang tidak tahu kalau ia tidak tahu.
Bagikan artikel ini