Salah satu pertanyaan paling klasik dan paling banyak ditanyakan oleh orang-orang adalah, “Bagaimana caranya agar bisa menjadi orang yang inovatif?”
Kemampuan melakukan inovasi, apa pun bidang yang ditekuni, akan membawa seseorang jauh melampaui orang-orang dengan ‘ide biasa’. Untuk menjawab pertanyaan di atas, para peneliti yang terdiri dari Dyer, dari Universitas Brigham Young; Gregersen, dari Insead; dan Christensen, dari Harvard Business School, mengungkapkan bagaimana pengusaha inovatif berbeda dari eksekutif pada umumnya. Penelitian mereka menunjukkan bahwa lima “keterampilan penemuan” membuat para inovator begitu spesial sehingga disebut memiliki ‘DNA Innovator’. Apa saja DNA Inovator itu? Simak ceritanya lewat artikel berikut ini.
Keterampilan 1: mengasosiasi
Salah satu DNA inovator adalah mengasosiasi, yaitu kemampuan untuk berhasil menghubungkan pertanyaan, masalah, atau ide yang tampaknya tidak terkait dari berbagai bidang. Contohnya adalah kasus nyata yang dialami oleh Pierre Omidyar yang berhasil meluncurkan eBay pada tahun 1996 setelah menghubungkan tiga titik yang tidak terhubung. Pertama, daya tarik untuk menciptakan pasar yang lebih efisien, setelah ditutup dari IPO perusahaan internet panas pada pertengahan 1990-an. Kedua, tunangannya kesulitan dalam menemukan dispenser Pez. Ketiga, ketidakefektifan iklan baris lokal dalam menemukan barang-barang tersebut. Inovasi dapat muncul ketika seseorang berhasil membangun kemampuan dalam menghasilkan ide dan dapat digabungkan dengan cara baru.
Keterampilan 2: bertanya
Peter Drucker, seorang ‘ayah’ yang ahli di bidang pemikiran manajemen, menggambarkan kekuatan tentang pertanyaan. “Pekerjaan yang penting dan sulit bukanlah menemukan jawaban yang tepat, melainkan menemukan pertanyaan yang tepat,” tulisnya. Orang yang memiliki DNA inovator akan mengajukan pertanyaan yang menantang kebijaksanaan umum. Umumnya mereka tidak tahan dengan status quo, dan bertanya secara efektif dengan, “Mengapa?”, “Mengapa tidak…?”, atau “Bagaimana jika…?”
Gambarannya akan terlihat jelas dengan membandingkan keterampilan antara manajer ‘biasa’ dengan pengusaha yang inovatif. Jika manajer memiliki pemahaman tentang membuat proses yang sudah ada menjadi lebih baik, maka pertanyaan yang muncul adalah, “Bagaimana kami dapat meningkatkan penjualan widget?”. Lain halnya dengan pengusaha inovatif yang menanyakan tentang, “Jika kita memotong setengah ukuran atau berat widget, bagaimana hal itu mengubah proposisi nilai yang ditawarkannya?”.
Keterampilan 3: mengamati
Inovator yang berhasil menelurkan ide-ide bisnis cemerlang ternyata meneliti fenomena umum, terutama perilaku pelanggan potensial. Mereka secara hati-hati mengamati dan konsisten mencari detail perilaku kegiatan targetnya, misalnya pelanggan, pemasok, perusahaan, dan lain-lain. Tujuan dari mengamati ini adalah mendapatkan wawasan tentang cara-cara baru dalam melakukan sesuatu.
Contoh terbaik datang dari pendiri Intuit.com, yaitu Scott Cook yang membuat perangkat lunak keuangan setelah dua pengamatan utama. Pertama dia menyaksikan istrinya yang frustasi ketika melacak keuangan mereka. “Seringkali kejutan yang mengarah pada ide -ide bisnis baru datang dari menonton orang lain bekerja dan menjalani kehidupan normal mereka,” kata Cook. Lalu seorang teman memperlihatkan Apple Lisa sebelum diluncurkan. Setelah dari markas Apple, Cook pergi ke restoran terdekat untuk menuliskan semua yang dia perhatikan tentang Lisa. Pengamatannya menghadirkan wawasan tentang membangun antarmuka pengguna grafis agar terlihat seperti rekannya di dunia nyata (misalnya sebuah buku cek), sehingga memudahkan orang untuk menggunakannya. Kemudian Cook memecahkan masalah istrinya dan meraih 50% dari pasar untuk perangkat lunak keuangan di tahun pertama.
Keterampilan 4: bereksperimen
Inovator akan selalu mencoba ide-ide baru dengan membuat prototipe dan meluncurkannya. Orang-orang yang bereksperimen membangun pengalaman interaktif dan mencoba memancing respons yang unik dari pengamatannya untuk melihat wawasan apa yang akan mereka dapatkan. Salah satu eksperimen paling kuat yang dapat dilakukan oleh para inovator adalah tinggal dan bekerja di luar negeri. Penelitian mengungkapkan bahwa semakin banyak negara yang pernah ditinggali seseorang, semakin besar kemungkinan dia memanfaatkan pengalaman tersebut untuk menghasilkan produk, proses, atau bisnis yang inovatif. Bahkan, jika manajer mencoba bahkan satu penugasan internasional sebelum menjadi CEO, perusahaan mereka memberikan hasil keuangan yang lebih kuat daripada perusahaan yang dijalankan oleh CEO tanpa pengalaman seperti itu, yakni rata-rata kinerja pasar sekitar 7% lebih tinggi, menurut penelitian oleh Gregeren, Mason A. Carpenter, dan Gerard W. Sanders. A.G.
Keterampilan 5: jaringan
Pengusaha secara umum berjejaring untuk mengakses sumber daya, ‘menjual diri’ atau perusahaan, atau meningkatkan karir mereka. Namun perspektif seorang inovator sungguh berbeda. Mereka berjejaring untuk menemukan dan menguji ide dari orang lain yang memiliki latar belakang berbeda. Para inovator berusaha untuk bisa bertemu dan berkenalan dengan orang-orang dari berbagai jenis ide dan perspektif untuk memperluas pengetahuan. Bahkan, inovator tidak segan untuk mengunjungi negara lain dan bertemu orang-orang dari lapisan masyarakat lain. Banyak masalah berhasil dipecahkan ketika solusinya didapatkan dari berbagai industri dan bermacam ilmu pengetahuan.
. . .
Gerakan Nasional 1000 Startup Digital adalah upaya bahu membahu penggerak ekosistem startup digital Indonesia untuk saling terkoneksi, saling berbagi pengetahuan dan pengalaman.
Diinisiasi sejak 2016, gerakan ini diharapkan mendorong terciptanya mencetak startup yang menjadi solusi atas masalah dengan memanfaatkan teknologi digital. #1000StartupDigital memberikan pembinaan bagi calon founder untuk membentuk tim, membuat MVP, hingga meluncurkan produknya ke pasar.
Karena Indonesia maju, #MulaiDariKamu!
Bagikan artikel ini