Menjalankan proyek besar membutuhkan fokus penuh. Di mana, mungkin ada waktu kritis ketika kamu harus memutar arah demi mencapai tujuan secara maksimal.
Namun, mengubah strategi ketika hal itu tidak diperlukan justru akan merugikan. Jadi, bagaimana agar kita tahu memang sudah saatnya untuk mengubah strategi? Kamu bisa mengevaluasinya dan menjawabnya lewat tiga pertanyaan ini.
Pertanyaan pertama:
“Apakah kamu mengubah strategi karena memang harus diubah atau karena eksekusinya yang buruk?”
Rencana besar dengan eksekusi buruk hasilnya tidak akan baik. Sama halnya dengan eksekusi hebat mungkin tidak dapat menyelamatkan rencana yang buruk. Jadi, baik rencana atau strategi, juga eksekusinya, keduanya harus benar-benar tepat.
Saat keadaan buruk, kondisinya tidak jelas, apakah strategi atau eksekusinya yang buruk, atau justru malah kombinasi yang buruk dari keduanya.
Agar tahu jawabannya, kita perlu mengidentifikasi kelemahannya. Cobalah untuk menjawab beberapa pertanyaan ini:
- Apakah kamu membuat beberapa asumsi tentang strategi yang tampaknya salah?
- Apakah ada elemen strategi yang belum pernah diuji sebelumnya dan mungkin perlu diperiksa ulang?
- Apakah strategi perlu dimodifikasi agar sesuai dengan budaya startupmu?
- Apakah tim memiliki keahlian yang tepat dan bandwidth yang cukup untuk menjalankan strategi tersebut?
- Apakah mereka benar-benar berkomitmen mewujudkannya?
Setelah melihat jawabannya, kamu mungkin akan terkejut karena akan membawamu memutuskan hal yang sulit. Sepertinya akan lebih mudah untuk mengubah strategi daripada meminta tanggung jawab pekerjaan dari karyawan, melatih mereka agar bisa bekerja lebih baik, atau mengganti tugas ke peran lain yang lebih cocok.
Pertanyaan kedua:
“Apakah kamu mengubah strategi karena ada tekanan dari luar?”
Proyek besar dan program strategis seringkali diawasi secara ketat. Ini membuat para stakeholder ingin segera melihat hasilnya. Sadar atau tidak, hal ini dapat memberikan tekanan kepada bawahannya.
Bayangkan jika kamu sering mendapatkan pertanyaan seperti, “Bisa selesaikan tugas ini lebih cepat?” atau “Bisa tidak kalau kita melakukan ini seperti perusahaan lainnya?”.
Untuk mengatasi hal itu, kamu perlu lebih teliti, apakah isu-isu yang diangkat oleh stakeholder itu valid? Kemudian diskusikan dengan tim untuk menentukan apakah isu tersebut relevan dilakukan demi kemajuan proyek atau justru ada cara lain yang lebih tepat.
Pertanyaan ketiga:
“Apakah kamu mengubah strategi karena muncul peluang baru? Bukan karena yakin bahwa strategi yang sekarang tidak akan berhasil?”
Disrupsi yang terjadi akibat teknologi dan industri yang semakin berkembang, menghadirkan peluang-peluang baru yang rasanya sayang untuk dilewatkan. Misalnya, muncul AI generasi baru yang menawarkan cara untuk menyelesaikan sesuatu.
Namun, saat peluang baru ini muncul, kamu harus mempertimbangkan dengan matang, apakah hal itu bisa meningkatkan kemungkinan keberhasilan dari tujuanmu? Atau peluang baru tersebut hanya tampak menarik saja, tetapi tidak akan mendukung kemajuanmu. Sebab, dalam beberapa kasus, daya tarik untuk melakukan hal baru benar-benar bisa mengalihkan perhatian dari tujuan sebenarnya yang ingin dicapai.
Kesimpulannya, mengubah strategi di tengah perjalanan bukan hal yang salah. Namun, pastikan bahwa kamu punya alasan yang valid, mengapa hal itu harus dilakukan demi kesuksesan proyek.
. . .
Gerakan Nasional 1000 Startup Digital adalah upaya bahu membahu penggerak ekosistem startup digital Indonesia untuk saling terkoneksi, saling berbagi pengetahuan dan pengalaman.
Diinisiasi sejak 2016, gerakan ini diharapkan mendorong terciptanya mencetak startup yang menjadi solusi atas masalah dengan memanfaatkan teknologi digital. #1000StartupDigital memberikan pembinaan bagi calon founder untuk membentuk tim, membuat MVP, hingga meluncurkan produknya ke pasar.
Karena Indonesia maju, #MulaiDariKamu!
Bagikan artikel ini