Prototipe produk adalah jangkar dari kemajuan startupmu. Dengan menciptakan prototipe yang maksimal, maka prosesmu dalam merintis produk–mulai dari minimum viable test, beta testing, hingga launching produk–bisa sukses. Dengan memetakan apa yang ada di kepalamu, maka kamu tidak akan lari dari jalur dan mampu menemukan produk yang sesuai dengan kebutuhan konsumenmu.
Inilah cara yang bisa kamu ikuti untuk mengembangkan prototipe yang sesuai dengan impianmu!
Tentukan dengan Jelas Arah Produkmu
Selama masih ada waktu sebelum mempresentasikan idemu kepada investor maupun stakeholder lainnya, manfaatkanlah waktu luang untuk brainstorming dan bertanya kepada dirimu sendiri tentang serangkaian guiding questions. Hal ini tidak hanya jitu untuk produk fisik (perangkat keras), tetapi juga jasa dan software.
Saat-saat independen seperti ini bisa kamu gunakan untuk menentukan apa saja yang tidak bisa dinegosiasi dari prototipemu. Ketika berhadapan dengan stakeholders dan investor, tentu mereka memiliki banyak ide dan request yang mengubah sedikit maupun banyak jati diri dari produkmu. Tentukanlah pakem kamu sendiri–mana saja yang harus kamu pertahankan dan yang dapat dibuka untuk ide serta masukan pihak eksternal dan penyedia dana.
Kamu juga perlu pertanggungjawabkan idealismemu. Setiap poin yang kamu pertahankan harus punya alasan kuat dan menguntungkan bagi startupmu maupun seluruh bagian dari perusahaanmu. Tanpanya, argumenmu cenderung mudah goyah.
Ingatlah orientasi dasar dari lahirnya banyak startup: menjadi solusi bagi target market.
Mulailah Memetakan Prototipemu
Dalam proses memetakan prototipemu, jadilah founder dengan mental yang fleksibel dan tidak kaku. Asahlah kemampuanmu dalam membaca situasi dan kondisi, sehingga kamu tahu kapan harus berorientasi pada bobot produk, dan kapan berorientasi pada waktu pengerjaan.
Hal ini harus kamu pertahankan dalam jangka panjang, sebab mentalitas ini penting dalam menghadapi dinamika jumlah konsumen yang kamu hadapi. Pada tahap prototyping pertama kali, kamu perlu kehati-hatian tinggi dan orientasi kepada kualitas agar produkmu memiliki daya jual tinggi. Sementara, ketika kamu telah memiliki banyak konsumen maupun harus memproduksi dalam jumlah besar, kamu dapat menjadi orang perfeksionis yang tepat waktu dan tidak mengorbankan deadline demi idealisme yang tidak urgent.
Pola pikir ini pun harus dipelajari dan diketahui oleh seluruh anggota tim, sehingga kamu dan tim dapat bekerja secara sinergis dan memahami dinamika pasar produk.
Yang Kamu Bisa Mulai Lakukan…
Fokus pada upaya awal merupakan cara terbaik untuk menjaga ritme kerja dan kualitas produkmu. Terkadang kita tidak bisa menghindari human error atau bug yang ditemukan user pada versi 1.0, maka gunakan ruang kesalahan ini untuk fokus pada evaluasi produk sejak dini.
Mulai dari yang paling sulit ke yang paling mudah merupakan salah satu opsi workflow yang bisa kamu lakukan selama membuat prototipe produk. Dengan fokuskan energimu dan tim pada hal tersulit, energimu tidak akan habis saat mendadak menemukan rintangan atau masalah yang sulit.
Hindari multitasking dalam proses prototyping demi menghasilkan produk yang efisien. Jika pikiranmu terpecah kepada berbagai aspek, akan ada banyak hal yang membombardirmu di saat yang bersamaan dan memecah konsentrasi untuk memaksimalkan satu aspek yang vital. Contohnya saat mengembangkan beta version dari aplikasimu. Fokuslah terlebih dahulu kepada UI di homepage sebelum fokus kepada fitur-fitur tambahan.
Ada banyak cara lain dalam mengembangkan prototipe produkmu. Hal-hal penting yang harus kamu tanamkan adalah: efisiensi waktu, kerja sama tim, tanamkan etos dan prinsip kerja yang baik, dan berani memulai. Jangan khawatir akan prototipe yang tidak langsung sempurna. Milikilah dahulu pondasi dan sketsa awal yang bisa terus kamu kembangkan sampai mendekati waktu yang kamu targetkan. Sukses terus, ya!
Bagikan artikel ini