Jika kamu pernah mendengar cerita tentang seorang karyawan yang memanfaatkan sumber daya perusahaan untuk kepentingan pribadi, bekerja dengan melanggar kode etik, hingga mencuri data perusahaan, kamu tidak sedang berada dalam adegan film Hollywood. Ya, itu semua kita sebut dengan karyawan toxic, dan mereka nyata dalam dunia kerja.
Sebagai seorang pemimpin, kamu perlu untuk belajar mengenali karyawan yang toxic. Karyawan seperti ini punya ciri-ciri yang bisa dikenali, antara lain selalu mengeluh pada pekerjaan, menjelek-jelekkan personal atau perusahaan, bahkan mengganggu kinerja partnernya. Dengan mengenali dan mengambil sikap atas hadirnya karyawan toxic ini, perusahaan bisa terhindarkan dari beberapa kerugian, misalnya kerugian dari sisi biaya. Karena karyawan toxi bisa menjadi penyebab hilangnya kepercayaan pelanggan atau hilangnya semangat kerja karyawan. Bahkan, satu orang karyawan toxic bisa menyebarkan keburukan dan menyebabkan karyawan lain menjadi toxic. Jelas, ini berbahaya bagi budaya organisasi dan kinerja tim. Supaya kamu bisa kenal lebih jauh dengan karyawan toxic, beberapa tipe karyawan toxic ini bisa kamu jadikan rujukan:
Tipe yang tahu segalanya
Sebut saja Mr. Know It All. Tipe karyawan toxic macam ini biasanya menganggap dirinya paling bisa dalam segala hal. Akibatnya, mereka meremehkan pendapat atau orang lain yang tidak setuju dengannya.
Tipe yang nggak tahu apa-apa
Jika ada karyawan yang saat ditanya progress kemudian menjawab “saya tidak tahu, lebih baik tanya saja sama si A”, maka kamu harus menganalisis lebih lanjut tentang tipe karyawan toxic ini. Pada umumnya, mereka tidak percaya diri dengan apa yang dilakukan dan bergantung pada orang lain untuk menyelesaikan pekerjaannya. Bahkan bisa menjadi beban bagi individu lainnya.
Tipe yang ingin meraih semuanya
Karyawan toxic dengan tipe ini mengerjakan lebih dari apa yang harusnya ia kerjakan. Ini berbeda dengan inisiatif, karena tipe toxic kali ini ingin mengerjakan segala sesuatunya sendirian, tidak ingin mendelegasi-kan pekerjaan, dan mengerjakan tugas milik temannya. Hingga pada akhirnya mereka kewalahan karena beban kerja yang terlalu besar dan mengeluh.
Pemalas
Cirinya adalah perhatiannya mudah teralihkan, tidak fokus dalam bekerja, dan biasanya kurang disiplin karena mengedepankan kemalasannya.
Tukang gosip
Tipe karyawan toxic yang memulai obrolan dengan, “Eh tau nggak, si A dan si B ternyata kalau kerja nggak bener, loh.” Ya, mereka suka ikut campur urusan orang lain dan menyebabkan turunnya produktivitas kerja dalam tim.
Superhero
Mereka biasanya memang punya banyak skill dan dapat diandalkan dalam tim. Namun celakanya, mereka tidak mau bekerja sama dengan rekannya dan lebih mengutamakan pencapaian individu daripada pencapaian tim.
Pemarah
Selalu menggerutu dan meluapkan kemarahannya saat sedang bekerja. Mereka sulit untuk mengendalikan emosi dan bisa mempengaruhi suasana kerja bagi tim lainnya. Ini bisa jadi sulit karena lingkungan kerja menjadi tidak kondusif.
Sebenarnya, untuk mengantisipasi hadirnya karyawan toxic dalam perusahaan, kamu dapat mencegahnya dengan cara melakukan filtering saat sedang merekrut pekerja. Akan tetapi, jika ternyata karyawan toxic baru diketahui saat sudah di tengah situasi kerja, maka kamu berhak melakukan tindakan terbaik. Entah itu memberi peringatan, kemudian memantau kinerjanya, atau jika sudah tidak dapat ditolerir, berkoordinasi dengan divisi HRD untuk melakukan pemecatan bisa jadi jalan keluar yang adil.
Berikut adalah cara preventif yang dapat dilakukan saat sedang merekrut tim demi terhindar dari meloloskan kandidat yang berpotensi menjadi karyawan toxic:
- Tambahkan perspektif dari orang lain
Saat sedang proses hiring, sangat penting untuk mendengar masukan dari orang lain yang ada di divisi berbeda atau berkonsultasi dengan HRD. Mereka biasanya paham tentang analisa psikologi dan karakter terutama saat sedang proses perekrutan. Adanya masukan dari orang lain akan menambah sisi objektif sehingga kamu lebih mudah untuk melakukan penilaian. - Wawancara dengan efisien
Mengamati respon dari setiap pertanyaan yang dilontarkan untuk kandidat adalah salah satu hal yang bisa kamu lakukan untuk menghindari merekrut karyawan toxic. Lakukan wawancara dengan cermat dan juga tidak terlalu lama, amati perubahan gestur dan jawaban yang diberikan oleh calon kandidat dari pertanyaan-pertanyaan yang mungkin terkesan seperti ‘pertanyaan jebakan’. Dari sini, akan terlihat bagaimana cara mereka berpikir, problem solving, dan menyampaikan respon secara bertanggung jawab. - Rekrut karyawan yang punya keterampilan sekaligus pengetahuan
Pengetahuan dan juga keterampilan adalah dua hal yang jauh berbeda. Jika mereka menjawab dengan teoritis namun sebenarnya belum memiliki pengalaman untuk mengerjakan hal tersebut, kamu perlu menguliknya lebih dalam lagi. Apakah memang dia hanya punya pengetahuan saja, tanpa tahu keterampilan yang sebenarnya. Jika perlu, lakukan tes keterampilan dan berikan tantangan untuk menjelaskan apa yang sudah dikerjakannya - Menetapkan ekspektasi yang jelas
Sebelum memulai merekrut tim, akan lebih baik jika kamu membuat kerangka penilaian secara objektif. Misalnya membuat tabel penilaian atau scoring card yang akan memudahkanmu menentukan ekspektasi di awal dan mencocokannya saat sesi perekrutan berlangsung.
Pada akhirnya, semua batasan di atas bisa menjadi panduanmu untuk meminimalisasi kesalahan dalam merekrut orang. Akan tetapi, pada akhirnya, gunakan intuisi serta kombinasikan dengan hasil penilaian karyawan untuk lebih mudah dalam mengambil keputusan. Semoga dengan melakukan hal ini, tercipta budaya kerja yang sehat demi produktivitas tim yang lebih hebat.
. . .
Artikel ini telah terbit pada Buku Saku RINTISAN Edisi 4: Leadership. Silakan klik link ini
untuk membaca artikel eksklusif lainnya di RINTISAN.
Bagikan artikel ini