Era digital dikenal sebagai masa perubahan. Semua aspek mulai beralih, seperti perubahan dari luring ke daring. Kemudian percepatan proses, dari lambat menuju semakin cepat. Perubahan seperti ini perlu disikapi lebih oleh para pemimpin dalam mengorganisasi timnya. Karena situasi dan kondisi yang tidak lagi sama, artinya ada cara atau sistem baru yang mungkin lebih efektif untuk diaplikasikan dalam menyikapi hadirnya perubahan.
Salah satu hal yang sudah tidak efektif diterapkan di masa sekarang oleh para leader adalah tentang komando dan kontrol. Komando dan kontrol adalah proses mengajari orang lain cara untuk melakukan sesuatu. Kemudian leader mengevaluasi kinerja mereka. Tujuan dari komando dan kontrol ini adalah untuk mengembangkan karyawan agar memahami cara kerja bisnis dan mampu mereplikasi kesuksesan dari masa sebelumnya.
Namun tidak untuk hari ini. Perubahan yang sangat cepat sudah menjadi hal yang biasa. Apa yang berhasil di masa sebelumnya sudah tidak bisa dijadikan panduan untuk masa yang akan datang.
Lantas, seperti apa solusi yang bisa dilakukan oleh leader dalam mengorganisasi timnya?
Cara yang cukup efektif diterapkan adalah melalui coaching atau pembinaan. Agar leader bisa memiliki pola pikir yang tepat tentang pembinaan, berikut adalah matriks yang bisa digunakan untuk memahami lebih jauh tentang gaya kepemimpinan.
Style of Coaching
Keterangan
Sumbu vertikal artinya informasi, saran, atau keahlian yang diberikan leader kepada anggota timnya.
Sumbu horizontal artinya energi atau motivasi yang diberikan leader dengan memancing wawasan dan solusi dari para anggota tim.
Kuadran 1 (kiri atas) adalah gaya kepemimpinan Direktif
Leader membagikan ilmunya kepada anggota tim, dan anggota tim mendengarkan dengan cermat. Sesi mentoring adalah bagian dari gaya kepemimpinan ini.
Kuadran 2 (kiri bawah) adalah gaya kepemimpinan Laissez-Faire
Ada waktu di mana anggota tim bekerja secara produktif dan justru lebih maksimal kinerjanya dengan membiarkan mereka bekerja sendiri. Bisa disebut juga gaya kepemimpinan ini memberikan delegasi tugas pada anggota tim dengan sedikit atau tanpa pengawasan.
Kuadran 3 (kanan bawah) adalah gaya kepemimpinan Nondirektif
Gaya kepemimpinan ini berlandaskan mendengarkan dan bertanya kepada anggota tim. Leader juga meminta para anggota tim untuk memberikan wawasan, ide, atau solusi dari permasalahan yang muncul. Tujuannya agar anggota tim bisa belajar memecahkan masalah dan mengatasi tantangan yang ada.
Kuadran 4 (kanan atas) adalah gaya kepemimpinan Situasional
Gaya kepemimpinan ini merupakan sweet spot. Semua leader sebaiknya melatih gaya kepemimpinan ini karena menyeimbangkan gaya kepemimpinan direktif dan nondirektif, serta disesuaikan dengan kebutuhan spesifik di lingkungan kerja.
Kemudian, jika berbicara tentang gaya kepemimpinan nondirektif, maka leader bisa menjadi lebih baik dengan menerapkan model GROW. Model ini dibuat oleh Sir John Whitmore pada tahun 1980-an. Berikut adalah penjelasannya:
Goal (Tujuan)
Saat leader sedang melakukan diskusi dengan anggota tim, tentukan secara jelas apa yang ingin ia raih dan ia harapkan bisa didapatkan setelah menyelesaikan program atau tugas. Fokuslah kepada tujuan personal anggota tim, bukan peran atau job descriptionnya dalam perusahaan atau tujuan proyek.
Reality (Fakta)
Dengan tujuan pribadi yang sudah ditetapkan tadi, lanjutkan dengan pertanyaan:
- Apa (apa tujuannya, apa penjelasannya, dan lain-lain)
- Kapan (kapan waktunya, kapan tahap pertama selesai, dan seterusnya)
- Di mana (di mana bisa memproses tahapannya, di mana koordinasi dengan tim yang berhubungan)
- Siapa (siapa saja tim yang berhubungan dengan pekerjaan tersebut, siapa orang yang bertugas untuk menerima laporan tugas, dan lain-lain)
Tidak perlu menanyakan pertanyaan “mengapa”. Alasannya karena pertanyaan “mengapa” cenderung membuat orang untuk mengeksplorasi jawaban dan alasan daripada fakta.
Options (Pilihan)
Seringkali, anggota tim dihadapkan pada beberapa pilihan. Tugas leader adalah mengajak mereka untuk bisa berpikir lebih luas, terlepas dari adanya pilihan-pilihan yang tersedia. Ini mendorong anggota tim agar bisa mulai berpikir dengan cara yang baru, segar, dan produktif. Selain itu, penting untuk leader mengeksplorasi sudut pandang positif, negatif, risiko, dan manfaat dari beberapa pilihan tersebut.
Will (Kemauan)
Tutup sesi dengan tanyakan,
“Jadi, apa yang akan kamu lakukan setelah ini?”
Jika anggota tim dapat menjawab secara jelas langkah-langkah yang sudah ditetapkan mulai dari proses Goal – Reality – Options, maka ia sudah paham dengan diskusi yang berjalan serta punya rencana jelas. Jika belum bisa menjawab dan meninjau langkah- langkah yang harus dilakukan, maka tahapan Goal – Reality – Options harus diperdalam dan diperjelas kembali.
. . .
Artikel ini telah terbit pada Buku Saku RINTISAN Edisi 13: Fintech. Silakan klik link ini
untuk membaca artikel eksklusif lainnya di RINTISAN.
Bagikan artikel ini