ELEVATOR PITCH
Feedloop menyediakan software sebagai building blocks untuk mendigitalisasi kebutuhan operasional dari enterprise.
VISION
Menjadi operating system untuk bisnis dan usaha
FOUNDER
Ahmad Rizqi Meydiarso, M. Ajie Santika, Ronaldi Kurniawan Saphala
DIDIRIKAN
Desember 2018
INDUSTRI
Enterprise SaaS
JUMLAH TIM
40 orang
FASE PENDANAAN
Pre-Series A
Narasumber profil startup kali ini adalah salah satu founder dari Feedloop, yakni Ahmad Rizqi Meydiarso.
Pada mulanya, bagaimana cerita latar belakang dalam membuat Feedloop?
Saya bergelut di bidang startup sejak akhir tahun 2015. Waktu itu saya masih tinggal di Jerman dan bekerja selama enam tahun di perusahaan pesawat terbang Airbus. Saat itu saya bekerja sebagai System Engineer dan Architect. Pada akhir tahun 2015, saya memutuskan untuk pulang ke Indonesia setelah diajak oleh teman saya,Irzan Raditya, untuk turut mendirikan startupnya yang saat itu bernama YesBoss. Singkat cerita, saya bergabung dan membangun Tim Teknologi dari Yesboss, yakni sebuah startup virtual assistant yang dapat membantu pelanggan untuk memenuhi kebutuhan-kebutuhan melalui chat.
Namun, sangat disayangkan perjalanan Yesboss cukup singkat dikarenakan tingginya biaya operasional dari layanan tersebut. Akhirnya kami pivot startup tersebut menjadi Kata.ai, sebuah platform yang menyediakan chatbot untuk membantu berbagai bisnis menyediakan layanan chat kepada pelanggannya.
Di tahun 2018, saya berkontemplasi akan apa yang sebenarnya ingin saya lakukan kedepannya, sembari merencanakan untuk pulang ke Jerman. Waktu itu saya bertemu dengan Co-Founder saya, Ajie, seorang teman lama sejak jenjang SMP ketika di Bandung yang juga seorang
certified coach. Dari proses coaching itu terbuka lah mata saya tentang sense of mission saya yang ingin membangun sebuah perusahaan berbasis teknologi yang membantu bisnis layaknya Salesforce dan SAP dari Indonesia. Dengan harapan suatu saat dapat berkontribusi secara devisa kepada negeri ini. Di situ saya mendapatkan pencerahan bahwa perusahaan yang saya ingin bangun adalah sebuah business enabler. Mungkin juga dikarenakan sebelumnya saya selalu berkutik di bidang tech-platform saat bekerja di Airbus dan Kata.ai.
Saat itu saya memutuskan mengajak Ajie yang sebelumnya berpengalaman mendirikan beberapa perusahaan Game Studio, dan Ronaldi yang sedang bekerja di Gojek sebagai Co- founder untuk membangun Feedloop.
Apa visi yang ingin dicapai oleh Feedloop?
Visi dari Feedloop sendiri adalah menyediakan building blocks berupa sistem operasi yang diperuntukkan bagi semua kebutuhan bisnis yang extensible dan scalable sehingga dapat membantu perkembangan bisnis dari level menengah hingga skala pemain global.
Ketika masih sekolah dulu, saya suka berkhayal dan entah kenapa saya suka berkhayal menjadi pimpinan dari sebuah perusahaan yang menyaingi Microsoft & SAP. Entah bagaimana hal itu terpatri di benak saya, bahwa tujuan hidup saya adalah membangun sebuah perusahaan seperti dua perusahaan tersebut, tepatnya sebuah enterprise enabler.
Memang mungkin jaman sekarang di Indonesia ini belum sexy, walaupun begitu saya sangat determined dan yakin bahwa membangun software giant berbasis di Indonesia adalah hal yang mungkin dilakukan.
Visi dari Feedloop sendiri adalah menyediakan building blocks berupa sistem operasi yang diperuntukkan bagi semua kebutuhan bisnis yang extensible dan scalable sehingga dapat membantu perkembangan bisnis dari level menengah hingga skala pemain global.
Sebelum membuat startup, apa pekerjaan/ kegiatan Anda sebelumnya? Mengapa memutuskan untuk membuat startup?
Saya berdomisili di Jerman sejak duduk di bangku SMP. Dari kelas sembilan, saya sudah menggeluti bidang programming secara otodidak dan merilis beberapa software open-source dan bekerja lepasan untuk perusahaan startup Amerika. Ketika menempuh pendidikan SMA, saya mengikuti program kuliah dini dan mendapatkan beasiswa dari Airbus. Dalam program tersebut, saya berkuliah dan bekerja silang setiap tiga bulan sekali. Di sana saya terpapar dengan sistem elektronika kabin dan kokpit. Setelah lulus kuliah, saya lanjut bekerja di Toulouse, Perancis, di bidang Avionics System dan Airforce Base di Manching, sebuah kotamadya dekat Munich di departemen untuk simulasi dari pesawat tempur Eurofighter.
Waktu itu saya cukup merindukan bekerja di startup, karena pace bekerja di perusahaan pesawat terbang seperti Airbus tidak begitu cepat. Bayangkan, pesawat baru hanya dirancang sekitar lima tahun sekali. Dan memang dari kecil, saya memiliki impian untuk mendirikan perusahaan sendiri. Sewaktu teman saya, Irzan, yang berdomisili di Berlin mengajak saya untuk mendirikan startup, saya tertarik melihat ekosistem startup di Jakarta yang sudah mulai terbentuk. Di sana lah saya bertekad untuk kembali ke Indonesia, meskipun orang tua sempat tidak setuju, terutama Ibu saya yang cukup bangga anaknya bekerja di Airbus.
Apa tantangan terbesar yang dihadapi saat tahun pertama merintis Feedloop? Apakah tantangan tersebut sudah diprediksi sebelumnya, atau di luar prediksi?
Feedloop merupakan startup kedua saya setelah YesBoss/Kata.ai. Sewaktu di Kata.ai, saya memegang peran sebagai Chief Technology Officer (CTO) yang perannya cukup berbeda dengan CEO. Hal itu juga berarti cita-cita saya yang cukup besar tidak bisa langsung serta- merta direalisasikan. Jadi memang di awal saya cukup struggling to get off the ground.
Awal-awal mendirikan Feedloop, kami cukup struggling untuk mencari celah dimana harus memulai. Karena walaupun cita-cita kami ingin menjadi end-to-end enabler untuk perusahaan, kami harus mulai dengan sebuah produk yang dapat menjawab kebutuhan pelanggan yang urgent dan paling menantang.
Jadi kami memulai dengan sebuah product feedback analytics. Salah satu tantangan bagi kami adalah bagaimana caranya merilis MVP (Minimum Viable Product) dengan cepat. Membuat software bagi B2B itu cukup menantang karena hasilnya mungkin tidak dapat langsung terlihat, serta membutuhkan waktu untuk menyiapkan fitur yang dapat memuaskan kebutuhan bisnis yang menggunakan jasa kami. Selain itu, karena tidak bisa langsung dijual, cukup berat bagi kami untuk mempertahankan moral dari tim. Sampai akhirnya, di awal tahun 2020 kami hampir kehabisa dana dan pemasukan bisnis juga belum ada.
Waktu itu saya cukup stres karena untuk mendapatkan pendanaan tambahan, kami belum memiliki traction yang memadai. Memutar otak, saya kebetulan bertemu dengan Managing DIrector Accenture yang dulu sampat bekerja bersama di suatu proyek ketika masih di Kata. ai. Kebetulan dia ingin membuat sebuah product customer analytics yang mirip dengan produk yang sedang kami bangun. Akhirnya Accenture memberikan Feedloop pendanaan untuk mengerjakan produk tersebut. Di Q4 2020 kami sudah bisa go-to-market, lambat laun mendapatkan semakin banyak pelanggan, dan revenuenya pun melonjak.
Bagaimana perkembangan Feedloop saat ini? Apa yang sedang fokus dikerjakan Feedloop sekarang?
Di akhir tahun 2020 dan awal 2021 ini perkembangan kami cukup pesat. Saat ini kami memiliki 40+ karyawan dan belasan pelanggan dengan kondisi keuangan yang cukup sehat, karena kami bisa mendapatkan revenue dan lini bisnis B2B tidak memakan biaya marketing yang tinggi. Sebenarnya kami bisa sangat profitable namun kami memilih untuk reinvesting revenue yang didapatkan untuk menambah jumlah tim dan terus memperbaiki produk.
Kami memiliki 2 produk, yakni Customer Analytics Software yang bernama Accenture Intelligent Experience Platform (AIXP), sebuah Co-Product dengan Accenture seperti yang saya sebutkan sebelumnya. Produk tersebut memberikan bisnis sebuah visibility tentang perilaku konsumen selama berinteraksi dengan bisnis tersebut dan wawasan tentang apa yang bisa dilakukan untuk meningkatkan customer experience. Selain itu, produk tersebut mengotomasi interaksi bisnis dengan customer seperti mengirim email/sms/ push notification secara otomatis.
Selain itu kami memiliki sebuah Application Platform yang bernama Qore, sebuah platform yang memudahkan perusahaan membuat aplikasi bisnis internal untuk mendigitalisasi proses-proses yang sebelumnya manual. Dengan platform ini, bisnis bisa mengorganisir dan mengintegrasi data-data mereka dan juga membuat aplikasi dengan application builder kita secara mudah dan agile.
Apa keunikan utama yang ditawarkan Feedloop bagi penggunanya?
Kami satu-satunya perusahaan lokal Indonesia yang menyediakan perangkat lunak di kategori ini. Karena masih jarang startup indonesia yang bergerak di teknologi perangkat lunak seperti kami. Selain itu, sejak pandemi COVID-19, kebutuhan-kebutuhan perusahaan di Indonesia akan digitalisasi semakin tinggi dan menyebabkan urgensi untuk beralih ke digital channels semakin besar. Untuk itu, mereka membutuhkan solusi-solusi yang dapat membantu mereka cepat mengimplementasikan aplikasi baik internal maupun eksternal, serta untuk mengerti kebutuhan user mereka.
Membuat platform seperti yang kami punya cukup menantang dan membutuhkan know- how dan investasi engineering yang besar. Oleh karena itu, produk kami tidak mudah untuk direplikasi dan ini merupakan suatu keunggulan yang kami miliki.
Apa hal yang paling berpengaruh besar pada pertumbuhan Feedloop?
Karena kami adalah sebuah startup B2B, reputasi adalah aset utama bagi kami. Dengan mendapatkan kepercayaan dari perusahaan perusahaan besar dan memastikan penyampaian produk kami sesuai atau bahkan melampaui ekspektasi klien, kami bisa memperbesar account-account kami sehingga tidak hanya menaikkan pendapatan dari klien yang sudah ada, namun juga mendapat kepercayaan dari klien-klien besar lainnya. Sehingga semakin lama Feedloop berdiri, semakin mature produk kami dan lebih mudah mendapatkan klien baru.
Apa pencapaian terbesar yang pernah diraih Feedloop?
Pencapaian terbesar kami saat ini adalah klien dari luar Indonesia pertama yaitu Accenture Singapore, dan mereka bilang bahwa mereka sangat terkesan dengan engineering quality dari Feedloop.
Apa prioritas utama dari Feedloop dalam 2 tahun mendatang?
Yang pasti kami akan melanjutkan pengembangan dari produk-produk kami, sehingga kualitasnya lebih mature, dan membangun kanal distribusi atas produk kami. Salah satu cita-cita kami juga untuk masuk ke Gartner Cool Vendor list dan membangun beberapa early customer dari luar negeri.
. . .
Artikel ini telah terbit pada Buku Saku RINTISAN Edisi 11: Kesehatan. Silakan klik link ini
untuk membaca artikel eksklusif lainnya di RINTISAN.
Bagikan artikel ini