Apa yang kamu lakukan saat sedang terlibat dalam sebuah konflik? Menghadapi atau menghindari?
Konflik sendiri bisa dipandang baik sekaligus buruk. Konflik menjadi baik apabila dapat menjaga tim agar terus tumbuh. Namun, konflik bisa menjadi buruk bisa memperkeruh budaya kerja dan menghambat kolaborasi.
Akan tetapi, sebagian besar menganggap bahwa kata ‘konflik’ sendiri sudah bermakna negatif. Konflik kerap dianggap buruk dan menjadi suatu hal yang harus dihindari. Padahal konflik tidak dapat dihindari. Yang ada, konflik
justru harus dihadapi.
Untuk mengatasi konflik yang terjadi di dalam tim, dibutuhkan pemimpin yang tahu bagaimana cara mengatasi konflik dan mengubahnya menjadi energi. Energi yang ada kemudian diubah lagi menjadi kreativitas yang dapat memperkuat kerja tim. Berikut adalah beberapa cara yang dapat dibiasakan agar kamu bisa mengubah konflik menjadi energi positif di dalam tim:
Latih Berdebat yang Sehat
Merupakan hal yang lumrah terjadi dalam sebuah tim apabila kita punya pendapat dengan orang lain. Perbedaan ini menimbulkan reaksi yang berbeda pula saat pengambilan keputusan. Sebagai pemimpin, biasakan untuk tidak menghindari konflik, namun hadapi konflik dengan persiapan. Karena apabila dibiarkan, peluang konflik untuk memanas akan semakin besar. Di mana hal ini berpeluang untuk menimbulkan konflik personal. Untuk itu, mulai biasakan untuk mengemukakan perbedaan pendapat secara jernih dan juga transparan. Kemukakan kepada anggota tim bahwa tidak masalah untuk mengemukakan perbedaan pendapat dan melakukan perdebatan, dengan catatan tetap fokus di penyelesaian masalah.
Bangun Budaya Respect dan Saling Percaya
Bagaimana cara memberi tahu staf dan tim agar dapat membangun budaya yang sehat? Berilah contoh nyata sikap seorang pimpinan kepada timnya. Misalnya saja dengan membangun budaya saling menghormati dan saling percaya akan kemampuan satu sama lain. Pemimpin bisa memberi contoh untuk terbuka akan kritikan dari para timnya. Maka dengan ini, anggota tim juga akan semakin terbiasa dengan menerima dan mengevaluasi kritikan. Agar tidak ada salah paham, maka kamu bisa membuat aturan yang jelas terkait pengembangan individu dan tim.
Fokus Pada Pekerjaan, Bukan Perorangan
Bekerja dalam tim, tidak akan luput dari yang namanya berdiskusi dan bertukar ide dengan teman kerja. Selama pertukaran ide ini berlangsung, pasti akan ada hal-hal yang tidak nyaman. Misalnya saja, kamu kurang setuju dengan ide temanmu dalam pemilihan komposisi warna pada gambar. Maka, kamu dapat mengemukakan ketidaksetujuan dengan cara santun dan juga bersifat membangun. Tahap inilah yang kerap menjadi sulit karena beberapa orang menganggap jika ada orang yang tidak suka dengan ide kita, maka otomatis dia juga tidak suka dengan kita. Padahal, tidak suka pada ide/gagasan/project (hal-hal yang berkaitan dengan objek), tidak sama artinya dengan tidak suka pada orang yang menyampaikan hal tersebut (subjek). Oleh karena itu, sebagai pemimpin, kamu dapat membiasakan untuk melatih pola pikir ini kepada semua anggota tim.
Bangkitkan Keberagaman Cara Berpikir
Apakah kamu familiar dengan ilustrasi di atas? Ya, perbedaan pendapat karena beda sudut pandang adalah hal umum yang kerap terjadi. Ajak orang-orang di lingkunganmu untuk speak up dan memandang perbedaan sebagai hal yang umum. Mengapa speak up atau berani mengutarakan pendapat sangat penting? Karena yang sering terjadi
adalah, saat pengambilan keputusan berlangsung, ada orang-orang yang maunya ‘ngikut aja’. Ternyata sewaktu keputusannya sudah final, mereka justru protes dan membicarakan hal tersebut bukan di forum. Tentu saja hal seperti ini justru rawan akan konflik. Ini dapat terjadi karena ada anggota tim yang belum terbiasa untuk bertanya, berkomentar, atau menyampaikan pendapatnya. Maka, ajaklah anggota tim untuk proaktif dan mengambil bagian dari setiap project yang dikerjakan bersama. Selain itu, penting untuk membangun semangat keingintahuan yang tinggi sehingga orang semakin terbiasa untuk menerima hal yang berbeda dari lawan bicaranya.
. . .
Artikel ini telah terbit pada Buku Saku RINTISAN Edisi 4: Leadership. Silakan klik link ini
untuk membaca artikel eksklusif lainnya di RINTISAN.
Bagikan artikel ini