Pernah terpikir kenapa kalau nonton film berdurasi 90–120 menit bisa ingat ceritanya dari awal sampai akhir, tapi kalau isi presentasi yang hanya 15 menit bisa cepat lupanya? Terus, kalau soal nama-nama & karakter di film bisa hafal luar kepala, tapi kenapa nama sebuah startup atau nama orang yang presentasi malah gak ingat?
Hal tersebut disebabkan oleh informasi yang diterima pada sebuah film bisa dirasakan dan mengenang di pikiran seseorang. Berikut ada beberapa langkah yang bisa kamu adaptasi dari sebuah film ke pitch deck kamu, agar pitching berjalan lancar.
Perluas pola pikir tentang pitching
Ada dua mindset terhadap pitching yang orang sering salah:
- Semua orang akan fokus dan memerhatikan presentasimu. Padahal yang sering terjadi, setelah 3 menit mendengarkan, mereka akan mengecek dan memecah atensi ke handphone-nya.
- Banyak orang menganggap kalau semua poin dalam presentasi saat pitching akan jadi hal penting untuk diingat. Nyatanya, tidak juga.
Kalau selama ini kamu hanya berpikir pitching selalu perihal menarik perhatian dengan tampilan dan isi presentasi yang enak dilihat, coba pikirkan lagi. Memangnya iya hanya itu saja?
Kamu harus menggali segala aspek untuk membuat orang lain tidak hanya tertarik, tapi bisa mengingat dan terbayang-bayang akan apa yang kamu sampaikan. Pitching juga berarti membuat kamu terhubung dengan audiensmu. Hal penting untuk terhubung dengan orang lain adalah membuat mereka tertarik dengan kamu, dan yang lebih penting lagi yaitu membuat mereka merasakan apa yang kamu lakukan.
Mulai dengan sebuah cerita
Penting bagi kamu untuk memasukan sisi emosional secara visual pada pitch deck. Kamu bisa gunakan sosok karakter, ceritakan masalah yang akan dihadapi karakter tersebut. Kamu perlu menempatkan psikologi orang lain di atas kebutuhan kamu untuk membuat argumen logis.
Rayu audiensmu
Setelah kamu menceritakan tokoh dan permasalahannya, kenalkan juga produk kamu pada kisah tersebut. Jadikan produkmu solusi atas permasalahan sang tokoh utama. Ceritakan keunggulan produk yang bisa memudahkan kehidupan tokoh utama. Dari situ audiensmu bisa mulai penasaran dan ingin mengenal produkmu.
Akhiri dengan sempurna
Saat mulai menghadirkan produk, arahkan audiens untuk mengetahui unique selling proposition dari produk kamu. Produkmu eco friendly? Produkmu satu-satunya yang bisa diakses dengan mudah lewat smartphone? Atau punya keunikan dan keunggulan lainnya? Coba hadirkan di ceritamu!
Tips tambahan
Selama bercerita sebisa mungkin jangan gunakan penyebutan “aku,” “kamu,” “kami.” Tanpa kamu sadari, hal tersebut sebenarnya mematahkan pikiran audiens terhadap cerita yang sudah kamu buat. Biarkan presentasimu fokus pada tokoh utama yang sedang kamu ceritakan kepada audiens.
. . .
Gerakan Nasional 1000 Startup Digital adalah sebuah gerakan untuk mewujudkan potensi Indonesia menjadi The Digital Energy of Asia dengan mencetak startup yang menjadi solusi atas masalah dengan memanfaatkan teknologi digital.
Diinisiasi sejak 2016, #1000StartupDigital berfokus mendorong early-stage startup pada sektor agrikultur, kesehatan, pendidikan, pariwisata, logistik, dan maritim.
Karena Indonesia maju, #MulaiDariKamu!
. . .
— Tulisan dibuat oleh Mayasti Dwidya Nastiti.
Bagikan artikel ini