fbpx

User Research dengan Hati, Kunci Sukses Tumbuhkan Empati

Photo by David Travis on Unsplash

“People ignores design that ignores people”

-Frank Chimero

Planning udah, brainstorming udah, sekarang saatnya user research!

Tapi, apa yang perlu dipersiapkan ya, sebelum melakukan user research?

Kunci sukses dalam menjalani user research adalah menaruh empati pada apa yang dialami oleh user. Nah, tidak jarang ada startup founder yang melakukan riset hanya untuk menjustifikasi inovasi yang dia buat. Dari sana, ia bias untuk mendengar masukan dari user, hanya fokus mencari pembenaran atau kalimat dukungan dari user yang membuktikan bahwa inovasi yang dibuat itu memang dibutuhkan. Wah, bahaya banget kan! Makanya, latih dulu rasa empatimu, berikut adalah cara yang bisa kamu coba!

1. Jadi Pendengar yang Baik

Sepertinya ini terlihat mudah, ya? Namun, menjadi pendengar yang baik, ternyata cukup sulit, lho! Ini karena otak manusia cenderung menyetujui apa yang menjadi keyakinannya. Apabila kita mendengarkan orang lain, maka kadang muncul opini atau rasa ingin menyanggah. Atau bahkan kadang pengen banget komen, barang sedikit aja.

Nyatanya, sebagai researcher, skill mendengar ini harus dilatih. Dengan belajar mendengarkan orang lain, maka kamu sekaligus belajar tentang menjadi objektif dan fokus terhadap apa yang user utarakan.

2. Buang Jauh Ego

Sifat dasar manusia adalah menganggap dirinya lebih baik dari orang lain. Hal ini yang bisa menghambat proses empati saat user research. Cobalah untuk menampilkan sikap terbuka saat melakukan user research. Biasanya, gestur dan gerak-gerik user akan mirip dengan researcher. Apabila kamu sanggup membuang jauh ego, membuka diri, dan menerima segala jawaban dengan cermat, ini bisa membuat user merasa nyaman sehingga hasil yang didapat akan lebih padat informasi.

3. Penuh dengan Rasa Ingin Tahu

Penuhi pikiran dengan rasa ingin tahu. Dengan ini, kamu akan semakin terbuka dengan adanya pertanyaan detail yang nantinya merujuk pada insight. Anggap bahwa kamu tidak tahu apapun tentang topik kali ini, walaupun kamu sudah mempersiapkannya dengan sangat matang. Seperti kata Steve Jobs, “Stay hungry, stay foolish”.

Untuk menumbuhkan rasa ingin tahu, kamu bisa melibatkan seluruh indera untuk larut dalam proses selama user research. Ini akan menumbuhkan sense of belonging yang tinggi karena kamu punya rasa ikut serta dalam prosesnya.

4. Jam Terbang Observasi

“Practice makes perfect”

Quotes di atas gak pernah bohong.

Menumbuhkan rasa empati waktu user research bisa banget dilakukan kalau kamu sering melakukan user research.

Yash, semakin lama kamu berhadapan dengan user, memilah pertanyaan yang tepat, mendengarkan orang berbicara, sampai analisis informasi yang didapat, akan meningkatkan rasa empatimu. Contohnya, dari sebuah studi wawancara, kamu sangat bisa mengeksplorasi banyak hal dari kegiatan tersebut. Sebutlah mengamati gerak-gerik user, membaca bahasa tubuh, ekspresi non-verbal yang menyimpan pesan tersendiri, hingga raut wajah yang ditampilkan. Dengan melakukan ini secara terus menerus, sebagai researcher akan bisa peka terhadap apa yang dirasakan, dipikirkan, dan dialami oleh user.

5. Tukar Posisi

Kamu dapat memposisikan diri sebagai user yang punya masalah. Latih kemampuan menempatkan diri ini agar bisa merasakan apa yang mereka alami. Ini bertujuan agar produk yang dibuat bukan hanya terlihat bagus secara tampilan saja, namun memang benar-benar tepat guna. Salah satu trik terbaik yang bisa diterapkan adalah memancing rasa kepedulian terhadap user. Jika kamu peduli, maka secara naluriah akan timbul keinginan untuk melakukan tindakan dan turun tangan untuk mengatasi masalah user.

Nah, itu dia lima cara yang dapat kamu coba untuk mengasah rasa empatimu sebelum terjun melakukan user research. Memang tidak mudah untuk mencoba menerapkan kebiasaan baru, tapi ya mulai aja dulu, latih satu persatu!

. . .

— Tulisan dibuat oleh Sofy Nito.

Bagikan artikel ini