Supaya ngga buang-buang waktu cari ide startup.
Seberapa sering kamu habisin waktu duduk mikirin ide untuk startup-mu? Duduk manis sama satu tim di ruangan ber-AC; berharap ada ilham datang entah darimana memberi sedikit penerangan. Ya, kalau ilhamnya datang. Kalau nggak?
Ketimbang menunggu hal yang nggak pasti dan akhirnya kamu cuma buang-buang waktu, mending mulai mikirin cara yang lebih efisien untuk menemukan ide. Ada berbagai cara untuk nemuin ide saat kamu dan timmu lagi sibuk mempersiapkan bangun startup. Salah satunya adalah dengan cara brainstorming.
Untuk sekian banyak orang, brainstorming dianggap wasting time banget. Mungkin kamu juga berpikiran sama. Timmu bakalan mengeluarkan ide-ide yang random di tengah-tengah sesi. Malah bisa saja satu ruangan sesi sepi, terlalu overthinking mencari ide bagus berkualitas untuk dibahas. Brainstorming itu bukan soal menemukan banyak ide yang bagus untuk dieksekusi, melainkan menemukan banyak ide bagus untuk dieksekusi.
Kelihatan perbedaannya? Well, boleh, sih, menemukan banyak ide-ide yang kualitasnya harus bagus, tapi ayo kita fokus dulu ke berapa banyak ide yang bisa kita dapat selama sesi brainstorming.
Banyaknya ide yang bisa didapat jadi fokus dari setiap kegiatan brainstorming. Ada anggota tim yang speak-up, ada yang cuma jadi pendengar angguk-angguk. Selain itu, ada kecenderungan saat ada satu atau dua ide muncul dan dianggap bagus, semua anggota tim akan terlalu fokus ke ide tersebut tanpa mencari kemungkinan ide-ide lain. Ini baru namanya brainstorming yang nggak bagus.
Saat semua anggota duduk bareng untuk brainstorming, memang seluruh anggota tim diharapkan untuk ikut menyumbang ide-ide mereka masing-masing. Namun kita juga mesti sadar kalau anggota tim kita masing-masing punya sifat yang berbeda-beda; ada yang introvert, ada yang extrovert. Anggota yang extrovert akan lebih cenderung untuk lebih bersuara. Sedangkan para introvert hanya diam menerima saja, mengangguk-angguk. Itu udah pasti berita buruk untuk sebuah sesi brainstorming. Jadi brainstorming dengan cara satu arah itu nggak cocok dan nggak efektif.
Brainstorming memang menjadi salah satu cara untuk bisa dapetin ide saat tim kita memang sudah stuck (atau malah sebelum keburu stuck) untuk cari solusi yang bakalan dihadapi oleh startup kita. Biar brainstorming jadi efektif dan menyenangkan, ada trik yang bisa kita pakai.
Quantity over Quality
Ketimbang minta siapapun di tim untuk menyumbangkan ide secara sukarela, atau nungguin ada yang angkat bicara, kasi timmu waktu untuk menulis ide-ide yang bisa mereka cari dan beri. Siapkan secarik kertas atau lebih, beserta alat tulis, bagikan ke masing-masing (atau pakai punya sendiri juga boleh, jadi nggak repot!).
Beri waktu anggota tim untuk menulis ide-ide yang sesuai dengan topik yang startup-mu angkat di kertas yang sudah diberikan. Bisa satu hari, satu minggu, satu bulan, bebas, sesuai dengan kesepakatan. Cara ini akan menghindari timmu agar nggak terlalu fokus pada ide-ide tertentu yang sudah dibagikan oleh anggota lain. Semua anggota tim, termasuk yang pasif pun, jadi bisa berkontribusi dengan lebih leluasa.
Tapi nggak mesti harus pakai kertas, kok. Kalau kalian adalah tim startup yang lebih sering komunikasi secara online pun bisa dengan cara bertukar e-mail atau file dokumen. Tulis ide sebanyak mungkin. Ingat, quantity over quality.
Brainstorming Kilat
Sejatinya sama dengan trik yang pertama; namun dengan ditambah sedikit tekanan. Kalau biasanya saat melamar pekerjaan ada kriteria “bisa bekerja dalam tekanan”, mungkin ini yang dimaksud salah satunya.
Tekanan yang dimaksud di sini adalah dengan memberikan time limit pada sesi brainstorming. Dengan nambahin batas waktu akan beri anggota timmu tekanan untuk bisa produce ide sebanyak mungkin sebelum waktu habis.
Panjang-pendeknya batas waktu yang diberikan tergantung kesulitan dari topik yang kalian tentukan. Sejam, dua jam, your choice.
Dibawa Santai
Kalau disuruh brainstorming ide untuk startup, biasanya kita akan terlalu overthinking. Ujung-ujungnya nyangkut juga, nggak ada progress. Sayonara, idea.
Ketimbang terlalu fokus cari yang serius-serius di sekitarmu, coba deh sesekali perhatiin masalah-masalah konyol yang kamu atau sekelilingmu alami. Masalah kecil yang lucu pun, siapa tahu, bisa bawa timmu jadi sukses. Siapa tahu, kan ya.
Coba dari hal-hal kecil dulu ketimbang langsung lompat ke ide yang lebih besar. Ga perlu harus ide yang super serius. Absurd pun is fine.
Mulai dari Pertanyaan
Kalau disuruh mikir cari ide itu bikin kamu dan timmu capek, coba ganti metode brainstorming-mu. Daripada ngumpulin pernyataan berbentuk ide, ubah aja jadi ngumpulin ide berbentuk pertanyaan. Buat list pertanyaan mulai dari apa, siapa, kapan, dimana, kenapa, sampai bagaimana.
“Apa yang dibutuhkan customer agar bisa memesan makanan kapan saja, di mana saja?”
“Bagaimana caranya agar para penyandang difabel bisa mendapatkan akses ke pekerjaan yang layak?”
“Kenapa persentase pemerataan literasi anak-anak di Indonesia masih kecil?”
dan lain-lain.
Nah, dari daftar pertanyaan yang kamu buat, ide dan solusinya pun bisa kamu temukan dan bisa dibahas nantinya sama timmu saat sesi brainstorming selesai. Tulis frequently asked questions punya startup-mu dari sekarang!
No Judgement!
Emang udah jadi kebiasaan kita untuk menilai sesuatu lebih dulu, dan selalu ada kecenderungan untuk nge-judge opini orang. Tapi dalam suasana brainstorming, kita harus tahan diri untuk nggak menghakimi lebih dulu.
“Idemu kayaknya kurang pas untuk topik startup kita.”
“Wah, asyik tuh idenya, boleh juga.”
“Kalau seandainya idenya kayak gitu, eksekusinya gimana?”
“Sama aja dong sama idenya startup A?”
STOP!
Kamu bakalan memberi batasan ke ide-ide yang akan muncul.
Jangan coba untuk memberi penilaian dulu sebelum sesinya selesai. Walaupun penilaiannya bagus, ini bisa membuat timmu untuk stop dan fokus ke ide yang dinyatakan bagus. Ataupun kalo kamu nilai idenya nggak pas, timmu akan semakin tertekan untuk mencari ide yg cocok untukmu karena takut akan judgement kritis setelahnya. Jadi biarkan semua ide terkumpul hingga sesi selesai, baru dianalisis satu per satu.
Nah, sudah terkumpul semua ide-ide brilian dari timmu? Keren! Brainstorming dengan cara seperti ini terasa lebih menyenangkan, ya nggak? Tapi itu baru fase ngumpulin ide aja. Now we’re talking about the real game.
Semua ide yang terkumpul itu bisa saja tepat sama topik yang diangkat startup-mu. Bisa saja ide yang cuma popped-up secara random. Which one is gold? which one belongs to the trash bin? Tapi gimana caranya?
Dots!
Kalau tadi semua anggota tim ikut serta untuk memberi ide saat sesi brainstorming, sekarang semua anggota tim juga ikut serta untuk memberi penilaian dari semua ide yang ada.
Tempelkan semua kertas yang berisi ide-ide tersebut di tembok atau papan. Berikan setiap anggota tim sticker dots atau yang sejenisnya. Biarkan mereka memilih ide yang mana yang menarik perhatian mereka dan punya prospek untuk bisa dieksekusi, sesuai dengan ide topik startup yang kalian geluti. Tempelkan stikernya di ide tersebut. Ide dengan stiker terbanyak, itulah ide yang sepertinya cocok untuk seluruh anggota tim.
Kalau brainstorming via online? Nggak masalah. Bisa dibuat dalam bentuk polling.
Namun, anggota timmu tidak boleh memilih ide yang mereka buat sendiri. Biar adil, dong!
Pros and Cons
Selain pakai sticky dots, kamu juga bisa mengarahkan timmu untuk memilih dengan cara lebih subjektif. Berikan anggota timmu waktu (kamu juga ikut, dong) untuk menulis apa pro dan kontra dari ide-ide yang sudah dikumpulkan bersama (bukan ide sendiri).
Buat daftar alasan kenapa ide-idenya akan berhasil, gagal, atau bisa dipertimbangkan. Beri anggota timmu ruang untuk memberikan value judgement mereka terhadap ide-ide yang ada.
Setelah penjelasan tadi, jadi apa, sih, keuntungan dari brainstorming?
Selain jadi cara cepat buat menghasilkan banyak ide dalam kurun waktu tertentu, brainstorming juga bisa membantu tim startup-mu untuk nemuin ide dari berbagai sudut pandang yang mungkin ga akan terjamah kalau yang bicara cuma satu-dua orang saja. Jadi makin lebih paham dengan potensi pasar dan perkembangan startup-mu ke depannya.
Tapi tetap saja ada yang harus dihindari kalau mengadakan sesi brainstorming. Jadi jangan biarin satu-dua orang untuk bagiin ide mereka terlebih dahulu sebelum mulai sesi diskusi setelah brainstorming, karena kebanyakan anggota pasti akan fokus ke ide tersebut (atau yang sejenis dengan idenya). Jadi nggak akan ada ide yang fresh nantinya. Selain itu, kamu sebagai leader dari sesi brainstorming pun harus bisa mengajak anggota tim untuk mengeluarkan ide sesimpel, sekonyol, seliar, sebanyak mungkin. Ingat, quantity over quality. Kualitas bisa nanti. Jadi biarin anggota timmu menggali ide mereka sendiri tanpa harus kamu judge terlebih dahulu.
— Tulisan ini dibuat oleh Adhitya Putra.
Bagikan artikel ini