Jadi, co-founder kaya apa yang kamu butuhkan?
Satu hal yang orang-orang atau kamu sendiri takutkan saat mengerjakan sebuah bisnis atau usaha adalah menanggung semua beban sendirian. Mungkin ada beberapa dari kita yang mempunyai stamina Superman; punya semua skill yang dibutuhkan sampai merasa bisa mengerjakan startup-mu sendirian. Akhirnya capek juga, sih.
Banyak founder startup merasa tak perlu kehadiran seorang co-founder karena alasan tertentu, seperti takut ada perbedaan visi dan konflik yang membuat semuanya jadi tersendat.
Wajar.
Banyak kepala pasti ada banyak gagasan yang berlawanan arah. Konflik bakalan ada.
But what if we tell you kalau kamu nggak harus membawa beban startup-mu sendirian terus-terusan? Kalau punya seorang co-founder itu juga akan membantu bisa berkembang, and it’s good for your startup as well.
Seberapa penting kehadiran co-founder?
Sebelumnya, mari cari tahu apa itu co-founder.
Founder adalah pendiri dari startup itu sendiri yang merintis startup secara solo. Tapi bukan berarti founder mengerjakan semuanya sendirian. Bisa saja ada beberapa bantuan-bantuan kecil dari orang lain, tapi tetaplah dia yang owns the startup.
Co-founder beda lagi.
Adalah dua atau lebih orang yang membentuk dan merintis startup dan para co-founders lah pemilik dari startup tersebut. Singkatnya, para co-founders bekerja sama dalam perkembangan startup tersebut. Contohnya Bill Gates dan Paul Allen dari Microsoft, atau Larry Page dan Sergey Brin dari Google.
Co-founder bukan cuma sekedar rekan kerja. Setiap co-founder memiliki peranan penting dalam struktur startup. Selain itu, kehadiran co-founder di startup juga membantu kita untuk bisa berkembang.
Why so?
Helping Hands
Karena membangun sebuah startup itu rumit dan time-consuming! Dengan segala peran dan masalah yang bisa saja muncul di dalamnya, mengerjakannya sendirian akan sangat menghabiskan tenaga dan pikiran. Mulai dari urusan rancangan, marketing, programming, dan segala embel-embel yang ribet di dalamnya.
Iya kali kamu punya banyak tangan atau bisa membelah diri a la kartun ninja. Di saat seperti inilah kehadiran co-founder diperlukan banget. Kerja bareng-bareng lebih cepat ketimbang jalan sendiri, betul?
Walaupun banyak kepala artinya bisa ada banyak konflik, itu juga bisa sebaliknya. Dengan adanya co-founders, kita nggak selalu memegang beban sendiri. Ada yang akan senantiasa ikut membantu di bagian yang mungkin bagi kita sulit dan stuck banget. Kita jadi punya teman untuk berbagi masalah yang dihadapi; saling mendukung.
Teman Diskusi dan Advisor
Konflik memang nggak akan pernah bisa dihilangkan kalau ada lebih dari satu kepala dalam satu badan. But that’s the fun isn’t it?
Perbedaan pendapat memberi pelajaran bahwa ada yang tidak sempurna dari gagasan yang kita punya; ada gap yang harus diperbaiki.
Para co-founders, dengan skill dan pengalaman mereka, akan sangat membantu dalam menentukan apa yang terbaik untuk startup. Mulai dari menyelesaikan permasalahan yang major sampai yang nggak kelihatan sama sekali. Kita memang akan selalu butuh opini orang ketiga atau lebih sebelum produk yang kita buat siap untuk dilempar ke pasar. Ya hitung-hitung debat dengan co-founder juga sekalian belajar pitching, kan ya.
Temukan Co-Founder yang Tepat
Adalah hal yang nggak mudah; tapi bukan berarti nggak mungkin. Co-Founder akan menjadi rekan kerja yang outstanding dan suka-duka kita di startup juga akan mereka rasakan. Begitu pula sebaliknya. Ada banyak hal yang harus kamu perhatikan sebelum “turun gunung” mencari co-founder yang tepat dengan apa yang kamu butuhkan dalam bisnis startup kamu.
Kecuali kamu mau go solo, silakan skip langkah-langkah di bawah. Close tab. Sekarang.
Cari Tahu Kelemahanmu
Startup itu bukan cuma kepala. Ada badan, tangan, kaki, dan segala inderanya yang berjalan bersamaan. You can’t be all of them at once.
Langkah paling awal sebelum berpikir untuk mencari atau memasang iklan lowongan co-founder, cari tahu dulu apa kelemahanmu di startup yang akan kamu bangun. Jika kamu mahir di bidang programming, cari co-founder yang bisa mengisi peran marketing, developing, designing, ataupun yang lainnya. Jadi kamu bisa fokus ke bidang yang kamu mahiri.
Gila aja kalau semua co-founders punya skill di bidang yang sama. Nggak jalan kan tuh startup.
Tapi, pastikan mereka juga adalah ahli dan mantap di bidang yang kamu cari.
Visi Selaras
Nggak heran kalau banyak co-founders cabut dari startup karena adanya perbedaan selera atau pandangan di antara para co-founders-nya. Sebenarnya hal ini bisa dicegah dari awal sebelum terjadi; sebaiknya kamu harus tahu apa visi dari startup yang kamu akan buat.
Belajar buat visi yang bisa buat calon co-founders-mu tertarik dengan startup-mu.
Dari visi yang kamu punya mulailah memilah calon co-founders yang selaras dengan visi tersebut. Dari diskusi kecil, pitching, hingga pengenalan startup dan visi tersebut bisa memberikan gambaran apakah visi yang mereka punya sama dengan kamu; apakah mereka mempunyai excitement yang sama dengan kamu.
Dalam hal ini, visimu dan calon co-founders tidak harus benar-benar sama. Paling nggak, ya, selaras. Begitu pula ketika visi startup berubah suatu saat nanti, co-founders kamu pun juga akan selalu excited untuk terus bekerja sama.
Proactive
Kreatif memang hal yang penting mesti dimiliki entrepreneurs. Bisa nelurin ide dari yang konyol-serius hingga ambisius dibutuhkan banget untuk bisa survive dalam bisnis startup. Kreatif yang begini yang harus kamu temukan di co-founder kamu.
Tapi sekedar ngide aja nggak akan cukup. kamu harus pastikan kalau dia pun juga bisa mengerjakan ide-idenya bersama kamu.
Teamwork
Orang yang punya etos kerja tinggi dan kreatif pasti jadi prioritas banget untuk direkrut di startup kita. Siapa, sih, yang nggak ingin punya rekan kerja yang rajin apalagi skillful di bidangnya. Tapi yakin segitu aja cukup?
Hard skill memang penting, tapi soft skill pun nggak kalah penting. Co-founder yang bisa saling mendukung, percaya, dan sangat menghargai satu sama lain juga penting banget!
Co-founders dalam startup selayaknya pilar sebuah bangunan. Semua harus bisa selaras, nyaman, dan selalu bisa mendukung saat startup kamu berada di titik yang berat sekalipun.
Jika kamu malah merasa ada rasa nggak nyaman sama kinerja atau kehadiran si co-founder, bawaannya ingin jauh-jauh aja, berarti ada yang salah dengan si co-founder itu sendiri (atau kamu, mungkin?). But still, pastikan sebelum kamu memilih dia jadi co-founder-mu.
Temukan co-founder yang tepat dengan apa yang kamu butuhkan; bisa dimulai dengan networking, diskusi dengan kenalanmu, atau malah melalui online platform networking professional seperti LinkedIn. Tentukan job description untuk calon co-founder dan siapkan kontrak kerja, agar semua bisa aman, dan startup bisa berjalan dan berkembang sesuai rencana dan visimu.
Cari co-founder-mu sekarang. Belajar bareng. Berangkat bareng. Berkembang bareng.
Bagikan artikel ini