Bayangkan kamu sedang berada di sebuah rapat, mempresentasikan ide brilian yang sudah kamu kerjakan, tapi presentasimu tidak beda jauh dari kembang api yang dilemparkan ke kolam yang mana ide tersebut meredup tanpa meninggalkan kesan.
Masalahnya bukan hanya pada ide atau gaya presentasimu, tapi seringkali penyebabnya adalah kurangnya keterlibatan audiens. Lantas, bagaimana caranya memastikan ide yang kamu presentasikan berhasil diterima oleh audiens?
Untuk membuat presentasimu lebih menarik, coba pertimbangkan tiga tipe utama gaya belajar: visual, auditori, dan kinestetik, karena audiensmu akan terdiri dari campuran pembelajar ini. Kamu mungkin tidak tahu preferensi belajar setiap orang, jadi untuk mencapai sebanyak mungkin orang, kamu bisa mengembangkan keterampilan presentasi yang menarik bagi setiap gaya belajar. Yuk, Simak caranya di bawah ini!
1. Untuk Pembelajar Auditori
Pembelajar auditori cenderung menyerap informasi dengan mendengarkan. Mereka lebih mudah menangkap ide melalui cerita atau narasi yang memikat. Kamu bisa memulai presentasimu dengan cerita yang relevan dengan ide yang kamu sampaikan.
Penelitian menunjukkan bahwa pendengar lebih mungkin mengingat fakta ketika disampaikan dalam bentuk cerita.
Contohnya yang pernah dilakukan oleh Richard Branson, pendiri Virgin Group, ia dikenal menggunakan storytelling dalam presentasinya. Salah satunya ketika meluncurkan Virgin Atlantic, Branson sering menceritakan kisah pribadinya tentang bagaimana ia merasa frustrasi dengan pengalaman penerbangan yang buruk dan bagaimana hal itu mendorongnya untuk menciptakan maskapai yang lebih baik.
Metode ini dapat membuat ide yang kamu sampaikan seakan-akan hidup di benak audiens. Ketika menggunakan teknik ini, kamu juga bisa memberi variasi pada nada, ritme, dan jeda untuk menciptakan pengalaman mendengarkan yang menarik.
2. Untuk Pembelajar Visual
Selanjutnya adalah strategi presentasi yang bisa kamu terapkan untuk pembelajar visual. Mereka cenderung lebih mudah memahami informasi yang disajikan secara visual. Oleh sebab itu, unakan grafik, bagan berwarna, dan gambar yang menggambarkan poin-poin penting dari ide kamu. Kamu juga bisa menunjukkan prototipe, video demo, atau animasi dalam presentasimu.
Steve Jobs adalah contoh terbaik dalam menggunakan alat bantu visual selama presentasi produk. Presentasinya minimalis namun kuat, dengan fokus pada gambar berkualitas tinggi dan grafik sederhana. Misalnya, saat peluncuran iPhone pada tahun 2007, ia menggunakan visual storytelling yang membuat audiensnya terpukau. Kamu bisa meniru pendekatan ini dengan membuat presentasi yang jelas dan menarik secara visual.
3. Untuk Pembelajar Kinestetik
Kemudian ada pembelajar kinestetik yang cenderung memahami konsep dengan berinteraksi secara fisik. Kamu bisa menyertakan elemen yang dapat disentuh atau dipegang oleh audiens, seperti prototipe produk atau model interaktif yang akan membuat konsep lebih nyata dan mudah diingat.
Sebagai contoh, Joe Rohde yang merupakan desainer dan eksekutif di Walt Disney Imagineering, menggunakan tali di lapangan untuk menggambarkan layout Disneyland Paris. Dengan berjalan melalui tali tersebut, audiens bisa merasakan skala dan dinamika tata letak taman tersebut. Kamu bisa menciptakan aktivitas atau simulasi yang melibatkan audiens secara fisik, sehingga mereka dapat lebih mudah memahami ide yang kamu sampaikan.
Menggabungkan elemen visual, auditori, dan kinestetik dalam presentasimu merupakan cara yang bagus untuk memastikan bahwa tidak ada ide yang terlewatkan. Dengan pendekatan ini, kamu tidak hanya menyampaikan ide, tetapi juga membuatnya menjadi pengalaman yang berkesan bagi semua audiens. Jadi, jangan hanya berkomunikasi, tapi buat ide kamu tak terlupakan dengan melibatkan setiap gaya belajar. Selamat mencoba!
. . .
Gerakan Nasional 1000 Startup Digital adalah upaya bahu membahu penggerak ekosistem startup digital Indonesia untuk saling terkoneksi, saling berbagi pengetahuan dan pengalaman.
Diinisiasi sejak 2016, gerakan ini diharapkan mendorong terciptanya mencetak startup yang menjadi solusi atas masalah dengan memanfaatkan teknologi digital. #1000StartupDigital memberikan pembinaan bagi calon founder untuk membentuk tim, membuat MVP, hingga meluncurkan produknya ke pasar.
Karena Indonesia maju, #MulaiDariKamu!
Bagikan artikel ini