Hidup tiap orang berbeda. Tapi, kita punya satu persamaan. Yaitu kenyataan bahwa hidup kita tidak selalu mulus. Terkadang, jalan yang kita lalui retak, kadang terpeleset, kadang menanjak. Seperti halnya proyek, bisnis, hubungan, dan pekerjaan yang kamu lakukan tidak selalu berjalan sesuai rencana. Seringkali, kita tidak tahu kapan harus berhenti dan kapan harus ‘menyerah terhadap keadaan’.
Misalnya, kamu terpaksa mengerjakan proyek A meskipun hal itu membuatmu rugi dan sengsara hanya karena merasa “sayang nih, kalau duit yang sudah dikeluarkan jadi terbuang.”
Namun, sebagai pemimpin, kamu perlu punya keterampilan untuk bisa membedakan antara berhenti terlalu cepat, dan mempertahankan sesuatu yang seharusnya tidak dilakukan. Nah, berikut ini adalah tipsnya.
1. Pikirkan ulang niatmu.
Kita semua punya risiko untuk mengalami sunk cost fallacy. Apakah itu?
Contohnya begini. Pernah tidak, kamu mengeluarkan dana banyak dan merasa sia-sia kalau berhenti berupaya? Misalnya, kamu menggelontorkan banyak dana, waktu, dan tenaga untuk membuat suatu program, sehingga terus harus dilanjutkan. Jika tidak, kamu merasa rugi meskipun sudah tahu bahwa hasilnya tidak menguntungkan. Itulah sunk cost fallacy.
Itulah bias biaya yang menganggap investasi yang sudah dilakukan harus dilanjutkan meski hasilnya merugikan. Ini sering mempengaruhi pengambilan keputusan dalam bisnis. Padahal, jika kamu tidak melanjutkannya, bisa jadi akan lebih bermanfaat.
Untuk mengurangi bias itu, fokuskan kembali pemikiranmu. Kamu bisa menanyakan hal ini pada diri sendiri:
- Apa yang bisa aku peroleh dengan mengurangi kerugianku sekarang?
- Apakah aku lebih bahagia atau punya waktu untuk kesempatan lain (yang lebih baik)?
- Berapa biaya yang harus dikeluarkan jika aku tidak melanjutkan ini?
- Mungkinkan aku akan membuang lebih banyak uang setelah kehilangan uang (investasi yang sebelumnya)?
- Apakah ada kemungkinan lain yang lebih menjanjikan dan menguntungkan?
2. Nilailah apa yang bisa kamu kendalikan.
Mentalitas “saya tidak gampang menyerah, saya akan berusaha sekuat tenaga” ternyata bisa jadi batu sandungan jika dikelola dengan tidak tepat. Misalnya, kamu akan berjuang keras meskipun semesta tidak mendukungmu. Kamu tetap akan berusaha walaupun lebih banyak faktor di luar kendalimu akan mempengaruhi hasilnya, dibandingkan dengan faktor yang bisa kamu kendalikan. Nah, inilah yang perlu kita hindari.
Mulai sekarang, kamu bisa menilai apa saja yang bisa dikendalikan dan mana yang tidak. Meski mungkin kamu bisa memengaruhi orang lain, tapi kamu tidak bisa menyuruh mereka untuk berubah atau mengikuti keinginanmu.
Kamu bisa membuat daftar tertulis lalu buatlah dua buah kolom. Kolom pertama kamu isi dengan hal yang bisa kamu kendalikan, dan kolom sebelahnya yang tidak bisa dikendalikan.
Selanjutnya, cek apakah hal yang bisa kamu kendalikan bisa kamu teruskan upayanya dan sepadan dengan biaya yang sudah berjalan. Karena, mengeluarkan upaya maksimal pada hal-hal yang tidak bisa kamu kendalikan akan menguras tenaga, waktu, dan juga melemahkan mental.
3. Mencari perspektif lain.
Berkutat dengan pemikiran pribadi memang melelahkan. Untuk itu, kamu perlu mencari perspektif lain dengan meminta pendapat pada orang yang relevan dan kamu percayai. Misalnya, jika kamu mempertimbangkan untuk menutup bisnis, maka hubungi co-founder lain, bukan hanya mitra bisnis saja.
Kamu bisa menanyakan pendapat orang lain dengan, “bagaimana kamu mengelola situasi ini jika kamu menjadi saya?” Sebab, sudut pandang orang lain dapat membantumu melihat lebih luas terhadap kemungkinan lain yang mungkin belum kamu pertimbangkan.
Sebagai penutup, memang betul sifat grit atau ketabahan dan tidak mudah menyerah menyumbang kontribusi untuk kesuksesan. Namun, kamu juga perlu belajar hal lain, yaitu tentang mencari tahu waktu yang pas untuk berhenti demi kesejahteraan kita di masa mendatang.
Jadi, penting sekali untuk bisa membedakan berhenti terlalu cepat dan tetap bertahan pada tindakan yang gagal. Meskipun berhenti, melepaskan, atau merelakan adalah hal yang tak mudah, itu akan memberikan waktu, energi, mental, dan ruang pikir yang lebih agar kamu bisa mencari peluang dan kemungkinan yang baru.
. . .
Gerakan Nasional 1000 Startup Digital adalah upaya bahu membahu penggerak ekosistem startup digital Indonesia untuk saling terkoneksi, saling berbagi pengetahuan dan pengalaman.
Diinisiasi sejak 2016, gerakan ini diharapkan mendorong terciptanya mencetak startup yang menjadi solusi atas masalah dengan memanfaatkan teknologi digital. #1000StartupDigital memberikan pembinaan bagi calon founder untuk membentuk tim, membuat MVP, hingga meluncurkan produknya ke pasar.
Karena Indonesia maju, #MulaiDariKamu!
Bagikan artikel ini