Kita semua tahu kalau startup hadir untuk memecahkan masalah. Namun realitanya, para founder kerap kesulitan atau mengalami kebuntuan untuk memilih ide startup mana yang berpotensi menjadi sustainable business. Kalau kamu googling ‘cara menghasilkan ide startup’, akan ada banyak tips di luar sana yang mungkin justru bikin kamu tambah pusing.
Sebaliknya, kamu perlu menerapkan kerangka berpikir dalam menemukan ide yang sudah lebih banyak terbukti berhasil untuk startup yang sudah sukses.
Jadi, seperti apa kerangka berpikir untuk menghasilkan ide startup?
1. Carilah FMF (Founder Market Fit)
Istilah founder market fit diambil dari istilah product market fit. Di mana, founder market fit adalah keselarasan antara keterampilan, pengalaman, dan passion dari founder, sudah bisa memenuhi kebutuhan dan karakteristik dari pasar.
Dengan kata lain, cara terbaik untuk bisa menemukan ide startup adalah dengan memikirkan keahlian, pengalaman, dan hubungan (relasi), serta bagaimana hal tersebut bisa dimanfaatkan secara positif untuk membangun sebuah produk. Dengan menciptakan startup menggunakan keunggulan tersebut, artinya kamu mencapai founder market fit.
Jika kamu sudah punya rekan kerja atau co-founder, kamu dapat mempertimbangkan keahlian masing-masing dan menggabungkannya sehingga startupmu punya keunggulan unik (unique value).
Contohnya datang dari founder dan co-founder Microsoft, yaitu Paul Allen dan Bill Gates. Mereka punya founder market fit untuk Microsoft. Keduanya terampil dalam pemrograman komputer dan ilmu komputer, dan ide startup mereka memanfaatkan kedua keterampilan mereka dengan sempurna.
2. Menyelesaikan masalah pribadi (bottom up)
Sudah banyak kisah nyata startup yang sukses di luaran sana ternyata berawal dari masalah pribadi yang dialami oleh para founder/co-foundernya. Contohnya datang dari para founder DoorDash yang berhasil membangun aplikasi pesan antar makanan. Startup mereka sukses besar lantaran mereka punya masalah besar tidak bisa mengirimkan makanan Thailand ke orang-orang yang tinggal di pinggiran kota. Mereka melihat kesulitan tersebut sebagai peluang dan menciptakan aplikasi pesan antar makanan yang mudah digunakan di mana saja.
Buat kamu yang masih kuliah atau sudah bekerja, kamu bisa flashback dan memikirkan berbagai masalah yang sudah pernah kamu alami dalam kehidupan pribadi atau karir profesional. Lakukan brainstorming, dan pemetaan masalah yang memungkinkan munculnya peluang bisnis.
Cara lainnya, kamu bisa memikirkan produk apa yang kamu harap orang lain bisa menciptakannya untukmu. Misalnya, kamu ingin punya aplikasi untuk membantumu antar jemput katering sehat dan menyesuaikan dengan kebutuhan dietmu. Nah, dari situ, kamu bisa mempertimbangkan untuk membuatnya sendiri, alih-alih kamu berharap tidak pasti akan ada orang lain yang menciptakan aplikasi tersebut.
Sebenarnya tidak ada satupun manusia yang tidak punya masalah. Namun, jika kamu masih merasa kesulitan untuk memikirkan masalah, kamu bisa memikirkan ide produk baru untuk dipecahkan. Kamu bisa menempatkan diri di posisi orang lain atau melihat dari sudut pandang lain, sehingga memungkinkanmu untuk menemui masalah baru.
Salah satu praktik terbaik yang bisa kamu lakukan adalah membuat catatan harian selama minimal 15 hari. Kamu harus mencatat setiap masalah yang terjadi, agar membiasakan pola pikir sebagai founder. Di mana, founder punya kepekaan tinggi untuk mengubah masalah yang ada sebagai sebuah kesempatan bisnis yang prospektif. Selanjutnya, evaluasi catatanmu di hari ke-15 dan tentukan, wawasan apa yang bisa kamu ambil dari catatan tersebut untuk dipraktikkan.
3. Memunculkan ide terhadap sesuatu yang baru (top down)
Ini berbeda dari poin sebelumnya, di mana ide yang hadir direalisasikan dari situasi terkini yang sedang terjadi. Contoh nyata adalah semua bisnis, produk, dan layanan baru yang muncul akibat pandemi COVID-19. Dari situasi pahit itu, ada banyak peraturan dan tantangan baru yang harus dihadapi agar kehidupan tetap berjalan normal.
Selama pandemi, banyak startup menciptakan aplikasi untuk melakukan hal yang sebelumnya tidak pernah dilakukan. Misalnya, penciptaan aplikasi bukti vaksinasi digital bagi mereka yang sering bepergian. Contohnya datang dari QuickHire, platform penemuan karir untuk tenaga kerja di bidang ekonomi dan jasa. QuickHire lahir karena begitu banyak orang yang kehilangan pekerjaan selama pandemi ini, terutama di industri jasa. Salah satu founder-nya yaitu Angela Muhwezi-Hall dan Deborah Gladney. Mereka melihat masalah tersebut sebagai hal yang genting dan membangun platform untuk membantu pekerja di industri jasa bisa mendapatkan pekerjaan dengan lebih mudah.
Itulah beberapa contoh kerangka berpikir yang bisa kamu terapkan dalam merintis startup. Tetap semangat dalam mencari solusi digital, founder!
. . .
Gerakan Nasional 1000 Startup Digital adalah upaya bahu membahu penggerak ekosistem startup digital Indonesia untuk saling terkoneksi, saling berbagi pengetahuan dan pengalaman.
Diinisiasi sejak 2016, gerakan ini diharapkan mendorong terciptanya mencetak startup yang menjadi solusi atas masalah dengan memanfaatkan teknologi digital. #1000StartupDigital memberikan pembinaan bagi calon founder untuk membentuk tim, membuat MVP, hingga meluncurkan produknya ke pasar.
Karena Indonesia maju, #MulaiDariKamu!
Bagikan artikel ini