Salah satu tantangan terbesar seseorang yang memimpin sebuah tim atau perusahaan adalah menghadapi perubahan. Di dunia startup, perubahan justru jadi hal yang bisa datang kapan saja dalam bentuk apa saja. Mulai dari tren teknologi yang terus berkembang pesat, adanya perubahan regulasi, perubahan kebutuhan dan ketertarikan pasar, hingga situasi tim yang tidak bisa terduga. Untuk menghadapi itu semua, kamu harus jadi pemimpin yang efektif, pemimpin yang mampu membaca situasi dan menyesuaikan cara kerja serta pendekatannya terhadap tim juga untuk bisnismu.
Meski begitu, kita semua paham kalau dalam kenyataannya, penyesuaian terhadap perubahan bukanlah hal yang mudah. Gak hanya buat kamu, tapi juga bagi seorang pemimpin yang telah berpengalaman dalam berbisnis. Salah satu hal yang membuat perubahan itu sulit adalah karena kamu memang enggan untuk berubah. Ada banyak alasan mengapa seseorang mungkin enggan untuk melakukan perubahan, meskipun itu diperlukan. Mari kita lihat beberapa alasan umum yang sering membuat pemimpin merasa ragu untuk melakukan penyesuaian.
Kehilangan Kontrol
Salah satu alasan utama mengapa pemimpin enggan menghadapi perubahan adalah perasaan kehilangan kontrol. Dalam situasi yang stabil, pemimpin memiliki pemahaman mendalam tentang cara kerja tim dan proses bisnis yang sedang berjalan. Namun, ketika ada perubahan besar seperti adopsi teknologi baru, perubahan tim, atau situasi pandemi COVID 19 lalu, pemimpin mungkin merasa kendali mereka atas situasi tersebut menurun. Dalam startup, di mana dinamika pasar bisa berubah dengan sangat cepat, ketidakmampuan untuk mengendalikan semua aspek bisnis bisa terasa sangat menakutkan. Contoh sederhananya, ketika startupmu harus melakukan remote working atau work from home, seorang pemimpin mungkin merasa bahwa ia kehilangan kemampuan untuk mengawasi setiap detail dengan sama efektifnya seperti sebelumnya.
Ketidakpastian yang Berlebihan
Ketidakpastian adalah musuh utama stabilitas. Ketika pemimpin dihadapkan dengan situasi yang penuh dengan ketidakpastian, mereka cenderung merasa ragu untuk bergerak maju. Dalam berbisnis, perubahan sering kali datang dengan risiko tinggi dan hasil yang belum pasti. Misalnya, kamu harus memutuskan apakah akan menyasar target pasar baru yang potensial, meskipun belum ada data yang cukup untuk mendukung keputusan tersebut. Ketidakpastian ini bisa membuat pemimpin berpikir dua kali sebelum melakukan perubahan yang signifikan, karena takut bahwa hasil yang didapatkan tidak sesuai harapan.
Segalanya Akan Terlihat Berbeda
Perubahan sering kali membawa rasa asing dan ketidaknyamanan, terutama ketika semua hal yang pernah kita kenal terasa berbeda. Pemimpin yang terbiasa dengan proses yang sudah stabil mungkin merasa sulit untuk menyesuaikan diri dengan cara baru dalam mengelola tim atau menggunakan teknologi yang belum pernah mereka gunakan sebelumnya. Contohnya, ketika kamu sebelumnya bekerja di perusahaan yang memiliki struktur hierarkis dan kemudian memilih membangun startup yang strukturnya flat dan cara kerjanya lebih ke pendekatan kolaboratif, kamu mungkin merasa sulit untuk beradaptasi dengan perubahan ini karena perbedaan mendasar dalam cara kerja.
Kehilangan ‘Wajah’
Sebagai seorang pemimpin, kamu sering kali diidentifikasi dengan keputusan-keputusan yang telah kamu buat. Jika kamu harus mengubah atau membatalkan sebuah keputusan besar, kamu mungkin merasa kehilangan muka atau harga diri. Misalnya, jika sebagi founder kamu telah menghabiskan banyak dana investor dalam sebuah proyek yang akhirnya harus dibatalkan karena perubahan arah bisnis, ada rasa malu yang muncul dari keputusan tersebut. Hal ini bisa menjadi salah satu faktor yang membuatmu mungkin enggan melakukan perubahan, karena tidak ingin terlihat “gagal” di mata tim atau investor.
Kekhawatiran tentang Kompetensi
Perubahan sering kali menguji kemampuan kita sebagai pemimpin. Ketika ada perubahan besar dalam teknologi atau strategi bisnis, pemimpin mungkin merasa bahwa mereka tidak memiliki keterampilan atau pengetahuan yang diperlukan untuk berhasil dalam lingkungan baru tersebut. Di ekosistem startup digital yang sangat dinamis, seorang pemimpin yang sebelumnya merasa sangat kompeten mungkin jadi merasa kurang percaya diri ketika harus mengadopsi teknologi baru atau membuat inovasi yang sebelumnya belum pernah ada. Kekhawatiran ini bisa membuat kamu ragu untuk melakukan perubahan yang sebenarnya sangat dibutuhkan.
Lebih Banyak Pekerjaan
Tidak bisa dimungkiri bahwa perubahan sering kali berarti lebih banyak pekerjaan. Pemimpin harus mengelola transisi, melatih tim, dan mungkin juga mempelajari keterampilan baru. Dalam melakukan keseharian, tambahan beban ini bisa terasa sangat berat. Misalnya, ketika startupmu sedang ekspansi memperluas jangkauan pasarnya ke lebih banyak daerah, kamu mungkin harus menyesuaikan strategi bisnis, mencari mitra lokal, dan memahami regulasi baru, semua ini menambah beban pekerjaanmu yang sudah ada. Apakah kamu siap?
. . .
Meski rasanya akan berat dan membuatmu ‘deg-deg-an’, sebagai pemimpin, kamu harus selalu siap menghadapi perubahan, baik itu perubahan dalam tim, teknologi, atau strategi bisnis. Namun, kamu juga harus memahami bahwa perasaan enggan untuk melakukan perubahan adalah hal yang wajar. Dengan memahami alasan di balik ketakutanmu terhadap perubahan, kamu jadi dapat mengambil langkah yang lebih bijak dalam mengelola transisi dan memastikan bahwa perubahan yang kamu lakukan membawa dampak positif bagi startup dan tim kamu.
. . .
Gerakan Nasional 1000 Startup Digital adalah upaya bahu membahu penggerak ekosistem startup digital Indonesia untuk saling terkoneksi, saling berbagi pengetahuan dan pengalaman.
Diinisiasi sejak 2016, gerakan ini diharapkan mendorong terciptanya mencetak startup yang menjadi solusi atas masalah dengan memanfaatkan teknologi digital. #1000StartupDigital memberikan pembinaan bagi calon founder untuk membentuk tim, membuat MVP, hingga meluncurkan produknya ke pasar.
Bagikan artikel ini