Menjadi pemimpin ternyata belajar untuk tidak disukai oleh orang lain. Dari manajemen konflik yang terjadi, kita sudah berusaha dengan maksimal untuk memberikan kinerja yang terbaik.
Banyak hal ‘dikorbankan’. Terkadang kita jadi mendadak berani mengambil hal yang bertentangan dengan naluri kita, demi kepentingan banyak orang. Kita terus-menerus mengambil risiko tidak dicintai oleh banyak orang. Hal ini adalah salah satu tantangan psikologis paling sulit sebagai pemimpin.
Namun, pada akhirnya, hasil harus diputuskan, dan kamu adalah orang yang bertanggung jawab atas hal tersebut. Mari pelajari sudut pandang seorang pemimpin dalam mengambil keputusan, bahwa mereka tidak bisa menyenangkan semua orang.
Sudut pandang pertama
Kamu punya kewajiban untuk memperhatikan anggota tim-mu. Hal ini adalah prinsip, bukan sesuatu yang bisa ditawar. Setiap anggota tim berhak mendapatkan kepemimpinan yang kompeten. Maka, sebagai pemimpin, kamu bertanggung jawab atas kesejahteraan fisik dan mental karyawanmu. Dan hal tersebut tidak bisa dibilang mudah.
Jika kamu mencoba untuk berempati dengan menempatkan diri pada posisi orang lain, kamu akan punya kesediaan yang lebih besar untuk memperhatikan mereka. Kamu akan lebih punya keberanian untuk mengalahkan rasa takut memberikan rasa kritis bagi mereka, jika itu perlu. Sebab, kamu yakin, anggota tim-mu akan menerima lebih banyak dampak positifnya dibandingkan negatifnya.
Sudut pandang kedua
Kamu tidak bisa mendapatkan hasil dari tim di atas standar, jika kamu tidak melatih mereka. Pemimpin bertanggung jawab untuk membangun tim dengan kinerja maksimal yang berorientasi terhadap proses dan hasil. Itu tidak akan terjadi jika kamu tidak berani untuk menantang mereka bekerja di luar zona nyaman, melatih, hingga mengonfrontasi orang-orang untuk menghasilkan yang terbaik.
Jika kamu masih ragu untuk memberikan kritik yang membangun pada tim, ingatlah hal ini, “Pemimpin yang hebat menempatkan komitmen mereka untuk membangun kemampuan dan kinerja tim di atas segala ketakutan, kecemasan, atau ketidaknyamanan yang mungkin mereka alami.”
Sudut pandang ketiga
Karyawanmu berhak mendapatkan kesempatan untuk berkembang. Sebagai pemimpin, usahakan untuk tidak gatal ingin menyelesaikan tugas dari karyawanmu yang mungkin masih belum maksimal. Hal tersebut justru membiarkan mereka untuk tidak tumbuh.
Sebagai pemimpin, kamu perlu memilih untuk memberikan umpan balik yang membangun untuk anggota tim. Kamu mengambil risiko, misalnya mungkin menyakiti perasaan mereka, atau takut mereka tidak akan menyukaimu. Jika karyawan tidak dapat berkinerja dengan baik, itu bisa jadi masalah. Namun, jangan menambah masalah dengan membiarkan mereka hidup di bawah kesalahpahaman bahwa masalah tersebut adalah hal yang normal dan baik-baik saja.
Kamu perlu berani memberikan umpan balik yang membangun yang mereka butuhkan, meski mungkin mereka kurang menyukai pada awalnya. Jelaskan bahwa hal tersebut akan terlihat hasilnya secara jangka panjang, dan minta mereka untuk berani menikmati prosesnya, meskipun mungkin sulit.
Sudut pandang keempat
Semua orang bisa menilai mana yang baik dan buruk. Jadi, jika kamu sebagai pemimpin membiarkan kinerja buruk sebagai suatu hal yang lumrah, kamu akan mengecewakan anggota tim-mu yang berusaha dengan maksimal dan kinerjanya mumpuni.
Bagaimana pun, keburukan tidak bisa ditoleransi jika kita bisa berusaha bersama untuk memperbaikinya. Tentu saja, kamu tidak ingin orang-orang baik pergi dan keadaan yang buruk dianggap sebagai budaya yang wajar. Maka, jangan jadi pemimpin yang lemah dan mengalah untuk tidak mengelola kinerja karyawan secara adil dan bijak.
Sudut pandang kelima
Bagaimana jika kamu perlu melepaskannya?
Terkadang, saat kita sudah berusaha maksimal untuk memperbaiki keadaan, anggota tim kita ternyata memilih untuk tidak ingin berubah dan tetap pada keadaan sebelumnya. Mereka merasa, berkembang bukan merupakan kesempatan emas yang bisa dimanfaatkan untuk menjadi pribadi yang lebih baik. Dan sudah merasa cukup dengan keadaan yang sekarang.
Jika memang itu keadaannya, kamu perlu memikirkan apakah kondisi tersebut akan merugikan pihak lain dalam tim? Jika dampaknya signifikan, kamu bisa memberikan kesempatan lagi atau mungkin melepaskan mereka. Semua keputusan ada di tanganmu.
Bagi setiap keputusan yang akan dibuat, akan ada pro kontranya. Sebagai pemimpin, tugasmu adalah mendengarkan semua orang dan beri mereka rasa hormat seperti yang ingin kamu dapatkan sebagai pemimpin. Namun, pada akhirnya, kamu perlu melakukan apa yang diyakini sudah benar, dengan segala pertimbangannya, dan berani mengambil risiko untuk tidak bisa menyenangkan semua pihak.
. . .
Gerakan Nasional 1000 Startup Digital adalah upaya bahu membahu penggerak ekosistem startup digital Indonesia untuk saling terkoneksi, saling berbagi pengetahuan dan pengalaman.
Diinisiasi sejak 2016, gerakan ini diharapkan mendorong terciptanya mencetak startup yang menjadi solusi atas masalah dengan memanfaatkan teknologi digital. #1000StartupDigital memberikan pembinaan bagi calon founder untuk membentuk tim, membuat MVP, hingga meluncurkan produknya ke pasar.
Karena Indonesia maju, #MulaiDariKamu!
Bagikan artikel ini