Proses pengembangan ide startup sering kali menjadi proses paling mendebarkan bagi banyak perintis startup. Di sinilah semua ide brilian, passion, impian, sampai ambisi kamu bisa dicurahkan. Nah, supaya proses penting ini tidak hanya menjadi sebuah euforia semata, mari pelajari bagaimana caranya supaya kamu bisa memantapkan idemu dengan kerangka pemikiran yang lebih apik!
Jangan Takut Berpikir Jangka Panjang
Founders kerap terjebak dalam perbedaan ‘berpikir futuristik’ dan ‘berpikir tidak realistis’. Berpikir jangka panjang merupakan salah satu kelebihan yang harus dimiliki seorang founders untuk bisa mempertahankan napas dari startup yang ia miliki dan terus berkembang mengikuti perkembangan zaman dan kebutuhan klien.
Masa depan memang sulit diprediksi. Namun, pola pikir yang terbuka dengan perkembangan zaman dan kemajuan teknologi yang digunakan oleh startup sangat penting sebagai daya pembeda startup dengan jenis bisnis lainnya. Menurut Howard Morgan (co-founder dari First Round Capital), besar-kecilnya sebuah ide tidak dibedakan dari pendiri startup baru ataupun lama, melainkan dari rasa berani mereka dalam proses ideation. Hindarilah rasa malu dalam berpikir futuristik.
Gunakan Jurus ‘3 Pertanyaan’
Ada 3 pertanyaan yang bisa kamu gunakan untuk memetakan ide startup yang ada di kepalamu:
- “Apa permasalahan di sekitar saya yang bisa saya pecahkan?” — Cakupan area yang bisa kamu gunakan untuk dijadikan target bisa bervariasi. Kenali kapasitas dirimu dan tentukan cakupanmu sejak awal, sebab hal ini juga bisa berkaitan erat dengan target dari market pada startup kamu ke depannya.
- “Apa kelebihan saya yang bisa bermanfaat bagi bisnis ini?” — Konsep kenal diri penting bagi pengembangan karier kamu sebagai seorang founder. Kenali apa saja kelebihan kamu sebagai seorang founder (public speaking, financing, IT, dan lainnya), dan mantapkan poin tersebut. Jika ada kelebihan yang mau kamu kuasai, jangan ragu dan menunda latihanmu. Sebab, menjadi seorang founder yang menguasai maupun perhatian akan aspek-aspek lain dalam bisnis, akan membantu kamu semakin berkembang dan kuat.
- “Bagaimana ide ini bisa menjadi bisnis yang berkelanjutan?” — Sangat disayangkan bila sebuah ide luar biasa mati begitu saja karena ketidakmampuan tim maupun pendiri untuk konsisten dalam menjalankannya. Selain memiliki ide yang keren, kamu pun harus memikirkan kapasitas, sumber daya, dan kemampuan kamu serta tim kamu dalam melanjutkan bisnis tersebut sampai jangka panjang. Maka saat kamu brainstorming, jangan lupa untuk ajak rekan bisnismu mengelaborasi pertanyaan ini.
Cari Ide dari Tempat yang Tak Terduga
Mencari ide maupun hal-hal positif yang dapat dicontoh dari lini startup lain merupakan hal yang lumrah. Meski startup kamu bergerak di bidang investasi, tidak ada salahnya melihat contoh-contoh baik; teknologi yang dipakai, pengelolaan cash flow, pengembangan prototipe atau proses MVT dari bidang transportasi maupun F&B. Dengan cermat, kamu bisa mengadaptasi hal-hal tak terduga tersebut menjadi sebuah inovasi.
Luasnya wawasan kamu akan trik dan cara startup lain bertahan di dalam dinamika bisnis akan membuat kamu menjadi founder yang open-minded dan bisa berkreasi out of the box.
Gunakan ‘Jobs-to-be-Done’ Framework
Sunita Mohandy, seorang angel investor, menggunakan JBDT (jobs-to-be-done) framework. Pada docs ini, ia telah menjabarkan kerangka pikiran yang biasa ia pakai pasca kelulusannya dari Standford University.
Foto di atas juga merupakan salah satu bagan yang digunakan untuk menggagas ide startup. Sebagai contoh, bagan ini bisa digunakan untuk mengetahui pekerjaan atau kesempatan apa yang sebaiknya dihindari karena tidak begitu menghasilkan dalam proses-proses awal pembentukan startup.
Biarkan Idemu ‘Resting’ Sebentar
Dalam menggagas sebuah ide, seorang pemimpin kerap ingin segera merealisasikan idenya ke dalam bentuk yang ia inginkan. Sebaiknya, dalam tahap ideation ini, kamu bisa menggunakan waktu untuk beristirahat dari euforia dan menyempurnakan lagi idemu sesuai dengan keadaan yang ada. Gunakan juga waktu luang ini untuk memprediksikan apa yang akan terjadi pada saat kamu memulai eksekusi dari idemu.
Memberi ruang kepada idemu sebelum direalisasikan akan membuatmu lebih terbuka dan teliti terhadap kekurangan yang sekiranya muncul dalam idemu. Kamu bisa melihat kekurangan dari idemu dengan sudut pandang ‘orang ketiga’, terutama bila kamu membuat framework dalam bentuk tulisan maupun visualisasi lainnya yang bisa dijadikan acuan.
Tidak ada kata berhenti dalam menyempurnakan startup, jadi jangan menyerah ya!
Bagikan artikel ini