fbpx

43% Founder dan Co-founder Berselisih dan Bubar, Antisipasi dengan Cara Ini

Tahukah kamu, sebanyak 43% lead founder startup akhirnya ‘membeli’ salah satu pendiri (co-founder) mereka karena perselisihan pribadi hingga perebutan kekuasaan. Ini disebutkan dari sumber elitebusinessmagazine.co.uk di mana perselisihan bisa terjadi karena perbedaan pola pikir.

Lead founder mencari keahlian dari co-founder, sedangkan co-founder mencari kecocokan dari lead founder. Jadi, bagaimana supaya lead founder dapat menemukan co-founder yang tepat dan bisa bekerja sama dengan baik? Berikut adalah penjelasannya.

Melihat dan menempatkan diri dari sudut pandang orang lain

Sering kali ada perbedaan signifikan antara pola pikir lead founder dengan co-founder. Ini terjadi karena lead founder sudah lebih dulu terjun menangani startup sejak awal, sehingga mereka sudah memikirkan detail ide bisnis sebelum mereka mencari co-founder.

Selain itu, lead founder punya banyak tugas yang menyita fokus dan perhatian mereka. Mereka terus dikejar kebutuhan dan tenggat waktu yang mendesak, serta mereka harus mencari seseorang yang bisa membantu dalam menyelesaikan pekerjaan di startup.

Di sisi lain, co-founder punya pola pikir yang sedikit berbeda dari lead founder. Mereka tidak bekerja sedari awal di startup tersebut, sehingga bisa jadi belum terlalu paham tentang ide besar dan gagasan utama secara detail. Mereka bisa melihat adanya visi misi dari startup, tapi belum tentu memahami hal tersebut sepenuhnya seperti yang dilakukan oleh lead founder.

Kesimpulannya, lead founder memikirkan kebutuhan di startup. Di sisi lain, co-founder memikirkan keinginan untuk masuk di startup tersebut.

Maka, jalan tengahnya adalah, sering-sering mengingat banyaknya perbedaan pola pikir dan pendapat dari kedua peran tersebut. Masing-masing harus belajar untuk menempatkan diri pada posisi orang lain. Dengan begitu, mereka akan lebih memahami mengapa lawan bicaranya punya opini kuat tentang hal tertentu, dan akan memudahkan komunikasi ke depannya.

Tidak mengabaikan aspek interpersonal dalam percakapan awal

Penelitian yang dilakukan oleh Travis Howell, Steven Gray, dan Esther Sackett dan dipublikasikan di Harvard Business Review, menemukan perbedaan mencolok tentang partnershipPara lead founder lebih fokus membicarakan tentang keterampilan dan eksekusi bisnis, sedangkan co-founder lebih berfokus tentang hal interpersonal seperti mendiskusikan minat, hobi, komunitas, kontak, atau nilai-nilai yang sama.

Hal tersebut bukan berarti bahwa lead founder tidak bisa membicarakan tentang hal-hal interpersonal, akan tetapi mereka punya prioritas yang berbeda.

Untuk itu, lead founder perlu memperhatikan masalah tentang interpersonal sejak awal ketika sedang mencari co-founder, karena bagi co-founder hal tersebut sangat penting terkait kecocokan kerja dengan lead founder.

Merancang ide bersama-sama

Pada dasarnya, ada dua pendekatan dalam memulai kemitraan bisnis. Pendekatan pertama, yang umumnya sudah banyak dilakukan oleh orang-orang adalah lead founder menciptakan ide sendiri dan mencari co-founder yang bersedia membantunya.

Pendekatan kedua, baik lead founder maupun co-founder memutuskan untuk menjadi mitra bisnis dan menciptakan ide bersama-sama. Nah, pendekatan inilah yang direkomendasikan oleh Konstantin Guericke, salah satu pendiri LinkedIn.

Pendekatan kedua bisa menjadi cara untuk menghindari sulitnya mencari ‘jodoh’ dalam bisnis bagi lead founder. Dengan mengomunikasikan hal-hal yang bisa disepakati bersama, ada banyak manfaat yang didapatkan, salah satunya terhindar dari risiko pola pikir yang beda jauh seperti yang sudah dijelaskan dalam poin sebelumnya.

Meski mencari mitra bisnis bukan hal yang mudah. Namun, dengan memahami tentang sudut pandang, motivasi, dan bagaimana cara lawan bicara kita berpikir, tentu akan memudahkan lead founder dalam menemukan co-founder untuk startupnya.

. . .

Gerakan Nasional 1000 Startup Digital adalah upaya bahu membahu penggerak ekosistem startup digital Indonesia untuk saling terkoneksi, saling berbagi pengetahuan dan pengalaman.

Diinisiasi sejak 2016, gerakan ini diharapkan mendorong terciptanya mencetak startup yang menjadi solusi atas masalah dengan memanfaatkan teknologi digital. #1000StartupDigital memberikan pembinaan bagi calon founder untuk membentuk tim, membuat MVP, hingga meluncurkan produknya ke pasar.

Karena Indonesia maju, #MulaiDariKamu!

Bagikan artikel ini